Ahmad mengendarai mobil dengan kecepatan kurang dari 60 km per jam sementara Intan ia hanya melihat ke luar jendela mobil dan Ilmi ia hanya menjaga rumah, semalam Intan diberi semangat oleh teman-temannya supaya ia betah dipondok karena dari sekian teman-teman SMP Intan hanya ada lima orang yang masuk pesantren jadi, mereka juga saling menyemangati satu sama lain.
Drrtt...
Ponsel Intan bergetar ternyata ada pesan masuk dari Sifa.Intan menghembuskan nafasnya membuang rasa yang tak enak dihati, tak lama mobilnya pun sampai dilingkungan pesantren ada pohon-pohon yang rindang ketika mobil masuk wilayah parkir, Evi dan Ahmad keluar dari mobil, Intan pun keluar juga dari mobil ia memakai gamis berwarna biru dengan kerudung bergo berwarna putih lengkap dengan kaus kaki karena sesuai peraturan yang tertera, Ahmad membuka bagasi mobil dan mengambil koper Intan yang berisi barang-barangnya suasana dipesantren saat ini ramai sekali karena seluruh santri baru berdatangan pada hari yang sama.
"Bentar ya, mamah mau kebagian tata usaha." Kata Evi yang dibalas anggukan oleh Intan.
Ahmad duduk digazebo yang berada dibawah pohon rindang itu yang diikuti oleh Intan sambil menggeret kopernya.
"Pah, aku takut" Kata Intan gugup.
"Kenapa dek? perasaan kemaren biasa biasa aja," Ahmad mengernyitkan dahinya yang dibalas gelengan oleh Intan.
"Intinya jika kamu benar jangan takut buat bertindak selagi itu masih dijalan yang benar dan jika kamu salah akui lah kesalahanmu dan belajarlah dari kesalahanmu itu, ngerti kan? dan orang mengalah buka berarti kalah dek. Kalau kamu lagi ngerasa hati kamu gak enak atau takut, tutup mata kamu terus baca Istigfar dan ingat Allah, papah dan mamah lalu lanjutkan terus baca Istigfar sampai hati kamu tenang, nak."
"Papah aku takut, disini gak ada orang yang aku kenal dan gak ada yang jagain aku."
"Ada kok nak, kan ada ustad dan ustadzah yang jagain kamu. O, iya ada teman kakak kamu juga kok nak, kalo ada apa-apa bilang keteman kakak kamu ya. Insyaallah nanti dia langsung kasih tahu kepapah dia juga jagain kamu, jadi kamu jangan takut nak." Nasihat yang sedari tadi Ahmad
lontarkan membuat hati Intan teguh dan ia ingat pesan mamahnya jangan membuat papahnya kecewa maka dari itu Intan tetap teguh toh, ini permintaan yang dulu ia inginkan jadi ia harus menerima walaupun banyak resiko yang akan ia hadapi."Dek, ayo masuk kedalam." terdengar suara Evi memanggil yang ditemani oleh santriwati berpakain rapi lengkap dengan name tag yang terpampang. Intan dan Ahmad pun menghampiri Evi dan santriwati itu, Intan menggeret kopernya.
"Sini biar kakak yang bawa," kata santriwati itu, Intan mengangguk dan memberikan koper pada santriwati itu ia sempat melihat name tag nya ternyata ia bernama "caca" semoga saja ia bisa Intan bisa mendapatkan teman yang baik disini.
"Mari bu," Caca pun menyilahkan Evi untuk mengikutinya menuju kamar yang akan ditempati oleh Intan nanti. Mereka melewati asrama putra terlebih dahulu cukup padat saat ini, tak lama ia memasuki gerbang. Gerbang itu adalah untuk perbatasan antara asrama putri dan asrama putra ,lalu Intan sudah berada diasrama putri dia menaiki tangga dan sampailah dikamarnya ada nama "Ibnu Rusyd" diatas pintu, Intan menerka itu adalah nama dari kamar ini. Evi, Intan dan Caca masuk kedalam kamar tersebut sementara Ahmad ia menunggu diluar karena kaum Adam dilarang masuk ,didalam kamar sudah ada ibu ibu yang lain yang membereskan peralatan anak-anak nya, Caca pun menunjukkan lemari yang menjadi milik Intan lemari itu tidak terlalu besar tapi cukup menampung barang-barang Intan.
"Yang paling atas untuk buku dan kitab-kitab bu,yang tengah diisi bebas bu dan yang paling bawah untuk baju-baju bu." Caca memberi arahan pada Evi supaya barang-barang milik Intan bisa ditampung oleh lemari tersebut.
"Makasih yah," kata Evi tersenyum dan tak lama Caca pun berlalu. Sementara Evi merapihkan barang-barang milik Intan dan Intan pun mengedarkan pandangannya melihat seisi kamar ini ternyata disini terisi oleh lima orang santri baru dan ada kosakata Bahasa Arab yang tertempel didinding kamar.
"babun, pintu." Intan membaca salah satu kosa kata Bahasa Arab yang tertempel didinding kamar.
"Dek, ayo kepapah dulu." Kata Evi ia sudah merapihkan barang-barang Intan.
"Iya mah," kemudian mereka keluar kamar dan menemui Ahmad.
"Eh, mamah udahan."
"Udah pah,"
"Intan, papah sama mamah pulang dulu yaa. Kamu yang benar belajarnya, kalo ada apa-apa bilang keteman kakak kamu aja ya. O, iya teman kakak kamu itu yang pernah dulu main kerumah,masih inget kan?"
Deg.
Kak Ivan, Intan teringat satu nama itu karena hanya Ivan lah teman Ilmi yang pernah berkunjung kerumah nya kemudian ia menganggukan kepalanya menandakan bahwa ia masih mengingatnya."Yaudah papah sama mamah pulang yah, " Ahmad mengusap kepala Intan.
Sementara Evi matanya sudah berkaca-kaca sedari tadi ia langsung memeluk Intan dan menjatuhkan kristal bening dari kedua matanya.
"Belajar yang benar ya nak," kata Evi dengan nada bergetar.
"Iya mah," Intan juga tak kuat ia juga menangis dalam pelukan Evi tapi apalah daya ini semua demi masa depan Intan, Evi mengurai pelukannya dan menyeka air mata Intan.
"Udah jangan nangis lagi yah," kata Evi menguatkan Intan, Intan masih dengan sisa tangisnya ia berusaha untuk tenang.
"Udah ya, mamah pulang dulu." Evi mencium kening Intan dengan lembut dan mengusap kepala Intan. Lalu Intan mencium punggung tangan Evi dan Ahmad tak lama mereka pun berlalu, Intan hanya menatap punggung kedua orang tuanya yang semakin lama semakin menghilang.
📖
Maafkan aku mah, aku harus pergi demi cita-cita.
~IntanHay semuanya terus vote dan coment yaa:).