Pagi ini Intan memasuki kelas barunya, tentunya suasana kelas yang baru dan teman-teman yang baru Intan hanya mengenal teman-teman dikamarnya saja semoga saja dia bisa berteman dengan baik nantinya. Kini Intan duduk dibarisan paling depan dan ia juga tidak mengetahui temannya yang duduk sebangku dengannya sepertinya orang yang pendiam dan suasana kelas disini biasa saja tidak seperti suasana kelas Intan dahulu yang cukup ramai, mungkin mereka belum terbiasa dengan suasana disini.
"Hay, nama aku Intan. nama kamu siapa?" sapa Intan mencairkan suasana diantara mereka berdua.
"N-nama aku Nanda," jawab Nanda yang hanya sesekali menatap Intan.
"Eh, nama kamar kamu apa?"
" nama kamar aku Al-kindi,"
"oh, nanti kita bisa main bareng sama teman-teman sekamar aku."
"Iya," Nanda menunduk kembali.
Tak lama, seorang ustad pun datang memasuki kelas mereka.
"Assalamualaikum," salam dari ustad tersebut.
"Walaikumsalam," jawab seisi kelas,pastinya dengan riuh para santri putri.
"Gila ganteng parah,"
"wow calon suamiku."
Seperti itulah kegaduhan yang dibuat santri putri meskipun Ivan sudah menjadi guru dipesantrennya tapi tetap tidak mengurangi kadar ketampanan yang dimiliki oleh Ivan.
Deg.
Jantung Intan berdetak lebih cepat sesaat melihat Ivan dan bola matanya pun menatap tak percaya, itu kan kak Ivan. Dia jadi guru,kok bisa?, tanya Intan dalam hati. Sementara Ivan mengabsen nama-nama santri supaya ia kenal dengan santrinya nanti, saat nama Intan disebut oleh Ivan."Intan Lailitusholihah," kata Ivan sebelumnya Ivan juga sempat kaget melihat nama Intan dibuku absensi yang ada ditangannya ini.
"Iya," jawab Intan polos ia baru saja tersandar dari tatapan yang tak percaya tadi, yang dibalas dengan tawaan seisi kelas. Intan menoleh melihat seisi kelas yang tengah riuh menertawai dirinya saat ini, kenapa pada ketawa, kan gue gak lagi ngelawak?, tanya Intan pada dirinya sendiri.
"Emm, Intan ini tuh lagi diabsen. " Nanda memberi tahu yang dibales tatapan kaget oleh Intan.
"Tenang semuanya," Ivan menenangkan kelas, Kemudian ia melanjutkan pengabsenan.
"Ikmal Mustofa,"
"hadir tad,"
What the f*ck, kok Ikmal juga ada disini. Intan pun menoleh kearah Ikmal dibarisan sebrang laki-laki untuk memastikan apakah itu Ikmal atau bukan saat dia melihat, ternyata benar itu Ikmal ia membalas tatapan Intan dengan senyuman, Intan pun membalas dengan tersenyum paksa. Intan memijit pelan pelipisnya kenapa semua ini berubah sesaat, ia bingung harus bagaimana.
"Baik nama saya Ivan Maulana, kalian bisa memanggil saya ustad Ivan, saya disini mengajar pelajaran hadist kalian bawa bukunya kan?"
"Bawa tad,"
"bagus, karena ini waktu perkenalan jadi kita gak belajar dulu deh.Besok aja belajarnya, sekarang saya buka pertanyaan bebas."
"Ustad rumahnya dimana?" tanya Via ia duduk dibelakang Intan.
"Rumah saya diJakarta, kalo kamu dimana? "
"ciee ditanyain sama gebetan," ledek Silvi pelan supaya ustadnya tidak mendengar dan dibalas cengiran kuda Via, Silvi duduk sebangku dengan Via.
"Saya diRajeg ustad," jawab Via dengan senyumannya lengkap dengan mata genitnya juga , sesaat Ivan merasa ilfeel dengan tingkah laku Via ia menautkan keduan alisnya, kemudian para santri yang lain pun juga banyak bertanya pada Ivan yah, tak diragukan karena Ivan dulunya adalah favorit santri putri sementara Intan hanya memikirkan kejadian ini seolah ia bingung, apa yang terjadi pada waktu yang ia jalani saat ini, apakah semua ini nyata? Intan masih memutar mutar fikirannya.