"Buka pintunya Sel," perintah Ivan yang langsung dilaksanakan oleh Selvi, didalam kamar sudah ada Siti dan Aini, buru-buru Ivan langsung merebahkan tubuh Intan diatas kasur.
"Ikmal mana ,Ti?" tanya Selvi pada Siti.
"Udah balik tadi, dia mana boleh kekamar kita." Jawab Siti.
"Lah, tadi kan gue suruh dia buat panggil bagian kesehatan." Suara Selvi pelan yang hanya bisa didengar Siti.
"Gak tahu, siIkmal cuma kasih obat ini." Siti menunjukan obat yang ada digenggaman tangannya, dan Ivan sudah merebahkan tubuh Intan diatas kasur.
"Intan tadi udah makan belum?" wajah Ivan panik.
"Belum tad, dari tadi siang." Jawab Aini, Ivan bingung saat ini. Pasalnya ia juga tidak boleh lama-lama diasrama putri apalagi didalam kamar seperti ini, Ivan melihat jam yang melingkar ditangannya ternyata sudah pukul 22.10 yang artinya semua santri sudah tidak berada didalam kelas .Mereka semua sudah kembali kekamar untuk tidur, Ivan melihat kearah jendela kamar yah, keliahatannya didepan juga sudah gelap. Ivan juga tidak mungkin menelpon ustadzah yang lain karena takut mengganggu.
"Kalian panggil bagian kesehatan gih," suruh Ivan.
"Sudah ustad, dikasih obat ini." Siti menunjukkan obatnya pada Ivan, dan Ivan pun mengambil obat tersebut.Ia tambah bingung bagaimana meminumkan obat buat Intan, sedangkan Intan pun masih pingsan.
"Kalian kasih obat dan gantiin baju Intan yah, saya cari makanan dulu," dan dijawab anggukan oleh Aini, Selvi dan Siti serempak. Lalu Ivan pun bergegas keluar.
"Assalamualaikum." Salam dari Ivan.
"Walaikumsalam." Jawab mereka bertiga dan Ivan pun berlalu.
"Aku ngantuk banget," keluh Eka.
"Yaudah, kita ganti baju Intan sama minumin dia obat, abis itu kita tidur." Kata Siti sambil membuka kerudung Intan.
"Eh, kasur Intan basah gimana dong ini?" Aini panik.
"Yaudah, Intan nanti kita pindahin dikasur gue aja." Pinta Selvi.
"Kamu terus tidur dimana?" tanya Aini.
"Yaelah bedua muat kali, gue kan gak gendut." Protes Selvi , Siti hanya terkekeh melihat Selvi dan Aini berdebat.
Ivan sudah nangkring dimotor maticnya yang berwarna hitam, tentunya ia beli dengan uang tabungannya sendiri, kini Ivan menelusuri jalan raya yang tak terlalu ramai saat ini, ia bingung harus membeli apa untuk Intan sebenarnya saat mengangkat Intan, Ivan juga ragu tapi mau bagaimana lagi, Ivan tidak mau merepotkan ustad dan ustadzah yang lain, tadi ia sempat ingin kerumah Pak Kiyai tapi sepertinya sudah tidur karena lampu depan sudah dimatikan, dan Ivan merasa seisi pondok sudah tertidur lelap karena hanya beberapa lampu yang menyala dan motor Ivan berhenti ditukang nasi goreng yang ada dipinggir jalan, Ivan turun dari motornya lalu menghampiri tukang nasi goreng."Bang, nasinya dibungkus satu gak pedas yah." Kata Ivan pada abang nasi goreng.
"Iya, ditunggu yah. Mas" Ivan pun berjalan kearah meja dan duduk dikursi yang terbuat dari plastik berwarna biru, rasa bosan pun menghampiri Ivan akhirnya ia mengeluarkan ponselnya dan memainkan game mobile legend.
📖
Intan's pov
Aku terbangun dari tidurku karena perutku terasa lapar sekali, aku juga tidak tahu ini jam berapa tapi yang jelas teman-teman sudah tidur semua aku pun melihat kearah jam yang ada didinding, ternyata sudah pukul 00.15, tunggu seingatku.Aku tadi berada dikamar mandi dan dibawa oleh Selvi dan Eka lalu, kak Ivan, oh my god, kak Ivan mengangkatku dengan kedua tangannya terus aku tidak tahu lagi. Aku lapar dari tadi siang aku belum makan, pasti kalo ada mamah, mamah bakal cerewet kalo aku belum makan. Tapi tunggu, kenapa ada yang mendengkur disampingku bukannya satu kasur, saru orang yah. Lalu aku menoleh kearah samping ternyata ada Selvi yang tidur disampingku, aku bangun dan duduk diatas kasur ternyata aku satu kasur dengan Selvi dan aku baru menyadari bajuku sudah terganti. Memangnya kasurku mengapa? dan nasib bajuku dimana sekarang?, aku mengkhawatirkan semuanya jika saja dirumah, aku tidak perlu repot memikirkan tentang hal ini, aku berjalan kekasurku dan duduk didisana, basah, aku baru ingat bahwa bajuku yang sebelumnya itu basah tapi basah dikasurku tidak terlalu basah kok, mungkin besok juga sudah kering. Sekarang aku merasakan haus, biasanya sudah ada gelas yang berisi air dan tersedia dikamarku ,aku harus kedapur untuk mengambil air.Tok... Tok... Tok...
Eh, terdengar suara orang mengetuk pintu tapi ini sudah malam dan kamarku juga ada diatas, Lalu itu siapa yang mengetuk pintu,takut, perasaan yang kurasakan saat ini,tapi aku harus keluar juga dan menuju lantai bawah untuk kedapur. Tunggu, kurasa ketukan pintu sudah tidak ada, apa aku salah dengar ya?, aku takut ada Psikopat yang menggangguku, eh aku bicara apa sih, Psikopat mana mungkin ada dipondok. Aku berjalan menuju keluar sambil menggenggam gelas plastik, aku memegang kenop pintu. Sedari tadi mulutku tidak lepas dari kata Istigfar dan benar saja hantu atau Psikopat itu sudah tidak mengetuk pintu kamarku, pintu pun terbuka tapi hanya angin yang lewat, saat sudah melangkah keluar, aku melihat ada seseorang yang duduk dianak tangga sambil memegang ponsel kurasa ia sedang main game, aku baru sadar bahwa orang itu laki-laki tanpa harus ragu aku mengaggetkan orang tersebut dari belakang karena teringat kakakku dirumah.
Dorr...
"Astagfirullah," katanya sambil mengelus dada kemudian ia menoleh,what? ustad Ivan.
"Eh, ustad" aku menyengir.
"Ih ganggu aja udah tau lagi main di
rank," sesaat dia memandang ponselnya lagi lalu memandangku dengan wajah terkejut."Kamu udah sadar, sini duduk." Ustad Ivan memintaku untuk duduk disebelahnya, aku pun duduk .
"Ustad kok ada disini sih, ini asrama putri loh, gak boleh kesini tau. Udah malam" protesku, kulihat ia tetap memainkan game yang ada diponselnya sehingga ia tidak mendengarkanku.
"Ustad!" sontakku yang membuat ia menutup telinganya.
"Eh, kamu itu udah malam teriak teriakan." keluhnya.
"Abis saya omong gak didengerin," aku memutar bola mata malasku, ustad Ivan mematikan ponselnya dan menaruh disaku celananya.
"Kenapa?" tanyanya pelan.
"Kok kenapa?, ini tuh asrama putri ustad ngapain disini?"
"oh, ini saya beli nasi goreng buat kamu." Ia memberikan kotak nasi yang berisi nasi goreng kepadaku, aku memandang sesaat lalu mengambilnya memang perutku lapar sekali, ini kebetulan atau memang rezeki anak sholehah sih.
"Ini buat saya? " tanyaku untuk menyakinkan dan dijawab anggukan oleh ustad Ivan lengkap dengan senyumannya, aku membuka kotak nasi tersebut dan aroma nasi goreng yang khas membuat perutku semakin tidak sabar untuk menerimanya.
"saya maka yah tad," izinku dulu.
"Yaudah makan aja."
Tanpa ragu lagi aku mulai menyantap nasi goreng tersebut, aku tahu bahwa memakan nasi malam-malam begini bahaya, tapi mau bagaimana lagi aku lapar dan aku merasa janggal ustad Ivan memandangiku terus, aku jadi merasa tidak enak kalau makan dilihatin. Sebaiknya aku harus menawarkan padanya, mungkin dia memandangiku karena lapar juga.
"Ustad mau gak?" tawarku, dan aku melihat wajahnya yang tampak aneh kayaknya dia tersadar dari lamunannya deh.
"Ehm enggak, kamu aja." tolaknya tak lama, ia melihat jam yang melingkar ditangannya.
"Udah malam, kamu makannya didalam aja yah, saya mau kekamar."
"Iya ustad," kemudian ia berdiri dan menuruni anak tangga sesekali ia menoleh kearahku dan tersenyum,ganteng, aku pun membalas senyumannya kemudian aku masuk kedalam kamar melanjutkan makan malamku.
📖
Jangan baper:v, kayaknya disini doang deh ada ustad yang setia ama santrinya dunia nyata mah,zonk, tetep vote dan coment yaa:)