SL 11 | Ilham, maaf.

1.7K 179 12
                                    

Ketika yang kugenggam erat, terpaksa harus kulepas, satu-satunya yang dapat membuatku kuat adalah mengikhlaskan takdir yang Allah gariskan.
.
.
.
| I L H A M , M A A F|
@MEGAMF_

Keringat di kepalan tanganku semakin banyak, menyaksikan dan mendengar langsung apa yang sedang mereka bicarakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keringat di kepalan tanganku semakin banyak, menyaksikan dan mendengar langsung apa yang sedang mereka bicarakan. Aku juga menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana anggunnya Mbak Sofie saat mengangguk mengiyakan. Membuat duniaku benar-benar terasa runtuh tak bersisa.

Kak Shen terlihat sangat bahagia, terlihat wajahnya seketika bersinar saat melihat Mbak Sofie mengangguk.

Oh Allah... skenario-Mu, mengapa membuatku jatuh seperti ini?

Seketika potongan-potongan puzzle setiap kejadian seolah bersatu di kepala. Bagaimana manisnya Kak Shen padaku, bagaimana caranya berbicara padaku, bagaimana dia menceritakan bahwa dia akan melamar seseorang setelah dia sidang skripsi dan terakhir, pesannya yang menanyakan alamat rumahku.

Sepertinya sejak awal bukan Kak Shen yang memberi harapan palsu. Tapi aku yang terlalu banyak berharap dan salah dalam mengekspresikan sikap Kak Shen selama ini. Kak Shen hanya mendekatiku sebagai calon adik iparnya.

Ya, sekarang aku menyadari. Bukan Kak Shen yang melukai, tapi harapanku lah yang terlalu tinggi.

Harusnya aku sadar lebih cepat. Agar rasa sakit yang kurasakan juga tidak berlama-lama berdiam di dada. Sungguh, rasanya teramat perih.

"Kalian sepertinya memang sudah akrab, ya?" Abu bertanya, yang dibalas kekehan oleh Kak Shen. Ia melirikku sebentar, lalu berdehem. Membenarkan posisi duduknya.

"Sebetulnya Shen sudah lama menandai Sofie untuk jadi jajaran calon masa depan. Tapi Shen tidak bisa mendekatinya. Sofie terlalu tertutup. Jadi Shen cari tahu segala informasi termasuk alamat rumah ini, dari Alea," katanya sembari tersenyum. Membuat seluruh orang di rumah ini melemparkan pandangannya ke arahku.

Semuanya menatap ke arahku seolah aku adalah adik yang baik. Membantu orang yang ingin mempersunting Kakaknya. Hanya Nayla yang memandangku dengan tatapan berbeda.

Jelas.

Nayla tahu segalanya. Nayla tahu bahwa selama ini, aku telah salah menyikapi maksud Kak Shen mendekatiku.

Aku mengharapkan cintanya, sedangkan Kak Shen mengharapkan informasi tentang orang yang dicintainya.

Miris.

Betapa menyedihkan kisah percintaanku.

Aku baru ingat, bahwa Shen memang seringkali membawa-bawa kakak perempuanku di sela percakapan. Tapi saat itu aku hanya mengira bahwa Kak Shen hanya mencari topik perbincangan saja. Ah, sudah terlihat jelas bahwa selama ini aku terlalu positif thinking tanpa menyisakan kemungkinan terburuk.

Skenario Langit |Revisi-On Going|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang