SL 6 | Apa ini kejutan?

1.7K 180 16
                                    

"Kita memiliki rencana tapi Allah juga memiliki skenario. Kita menyusun segala rencana berdasarkan keinginan sedangkan Allah menyusun skenario berdasarkan segala pengetahuan; bahwa Allah mengetahui yang terbaik bagi hamba-hambanya."

_________

_________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________

Meski berkali-kali mencoba fokus pada sederetan teman-temanku yang sedang presentasi di depan sana, tetap saja raut kesedihan Ilham yang memenuhi rongga kepalaku. Oh Allah, ada apa dengan hamba-Mu yang satu ini?

Aku tidak menceritakan perihal rencana pernikahan ini kepada mereka bukan karena aku malu dan tidak ingin mengakui, tapi sempurna karena aku masih menyimpan nama seseorang di rongga hati. Jika Nayla dan Ara bertanya macam-macam tentang keputusan pernikahan ini, bagaimana? Aku hanya tidak ingin mereka tahu bahwa aku terpaksa. Mereka jelas mengetahui dengan baik bahwa aku menyukai Kak Shen sejak dulu.

Lagipula, kenapa aku harus memikirkan raut wajah Ilham? Yasudah, biarkanlah dia, Alea!

Aku berdecak.

"Lo kenapa sih? Tumben banget gak karuan gitu," tanya Ara berbisik. Aku dan Ara memang satu jurusan, satu kelas pula. Sehingga ke manapun aku pergi, Ara memang selalu ada. Sedang Nayla mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam. Jadi jadwalnya memang seringkali berseberangan dengan kami.

Aku menggeleng, tanda bahwa aku mengatakan semuanya aman. Aku tidak apa-apa.

"Bohong. Lo punya masalah yang disembunyiin dari gue dan Nayla, ya?" tanyanya lagi.

Ah, aku bernapas lega.

Sepertinya dugaanku benar, bahwa Nayla tidak akan mengatakan apapun kepada Ara sebelum memastikannya dengan benar. Nayla memang seperti itu, aku senang dengan sifatnya yang satu ini.

Aku menoleh ke arah Ara seraya berbisik, "Gue lapar, nanti beli seblak, ya?"

Alhasil Ara menggeleng. Dia mempercayaiku bahwa sikapku ini sempurna hanya karena lapar. Yah, memang hampir sama, sih. Kegelisahanku sebelum Ilham kembali memang hanya seputar makanan.

"Lima menit lagi keluar, nanti gue traktir lo seblak porsi lengkap," katanya. Membuatku berteriak tertahan dalam hati, seraya memeluknya dari samping, "Sahabatku yang pengertian," ucapku dengan nada menggelikan.

Ara berdecih.

Aku membuka ponsel di balik meja, membuka roomchat dengan Nayla.

Assalamualaikum, Nay? Ada kuliah?

Belum ada balasan. Sepertinya bumil cantik itu tidak menghidupkan notifikasi ponselnya.

Skenario Langit |Revisi-On Going|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang