Tidak usah bersedih.
Mungkin yang pergi itu memang cinta, tapi yang datang adalah jodoh.
.
.
.| Skenario Langit|
Hari libur pertama setelah ujian akhir semester, aku terpaksa tetap pergi ke kampus. Ada satu mata kuliah yang nilainya benar-benar anjlok. Daripada harus mengulang tahun depan, aku memilih memperbaikinya hari ini.
Mata kuliah yang diampu oleh Bu Melinda, yaitu Statistika.
Entah harus berapa kali mencoba, aku tak pernah mampu untuk menyukai mata kuliah itu barang sedikit pun. Padahal Bu Melinda adalah dosen muda yang cantik, baik, ramah, tegas, selalu menjawab pertanyaan para mahasiswa dengan jelas dan lugas. Namun, aku tetap tidak bisa menyukai mata kuliah ini.
Beliau selalu menilai setiap mahasiswa secara objektif, untuk itulah perbaikan selalu dilakukan dengan tatap muka, Bu Melinda suka menguji mahasiswa dengan matanya sendiri.
Tidak ada sisi killer dalam dirinya meski mata kuliah yang beliau ampu adalah mata kuliah yang paling dihindari para mahasiswa. Bu Melinda, yang cantik dan kuanggap sempurna itu, masih sendiri. Aku benar-benar sempat tidak percaya saat mendengarnya.
Aku bergegas memakai sepatu, umma dan abu sudah berangkat pagi-pagi sekali. Entah ke mana, tapi kudengar Mas Langit bilang Umma dan abu akan mengunjungi Kakek di Yogyakarta. Aku tidak sempat berpamitan dengan mereka karena saat keluar, Mas Langit bilang umma dan abu buru-buru.
Yasudah, aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Wajah Mas Langit masih terlihat kesal saat melihatku, jadi aku tidak mencoba membuka topik pembicaraan apapun.
Baru saja beranjak dan meraih knop pintu, terdengar langkah kaki seseorang dari balik punggung. Membuatku urung melangkah dan membalikkan badan.
"Mas Langit gak ke rumah sakit?" Aku memandangnya dengan tatapan bertanya-tanya. Pakaian Mas Langit benar-benar tidak seperti biasanya. Ia hanya memakai kaos putih bertuliskan I Love Yogyakarta. Khas kaos oleh-oleh. Ditambah celana boxer hitam kotak-kotak.
Jarang sekali kulihat Mas Langit sesantai ini. Bukan tidak pernah, tapi hampir tidak pernah. Karena biasanya meskipun weekend, Mas Langit tetap mendapat panggilan untuk pergi ke rumah sakit. Mas Langit yang gila kerja sih memang tidak pernah protes. Untuk itulah katanya tidak ada waktu untuk memikirkan perempuan. Padahal umurnya sudah seperempat abad lebih.
"Mau ke mana?" Mas Langit malah mengajukan pertanyaan lain, tidak berniat menanggapi pertanyaanku sebelumnya.
Aku menghela napas seraya mengacungkan totebag berisi laptop yang kubawa, "Ke kampus. Perbaikan nilai."
Mas Langit mengeryit, seolah tidak percaya.
"Statistika, Mas."
Akhirnya Mas Langit menganggukkan kepala seraya berujar, "Hati-hati, jangan lupa harus langsung pulang."
Tubuhku menegap seraya menaruh hormat seperti hormat setiap kali upacara, "Siap, Komandan!"
🦋
Aku bersenandung riang sepanjang perjalanan menuju ruang tata usaha. Bu Melinda bilang, aku harus mengkonfirmasi terlebih dahulu lalu mengatur jadwal hari ini. Bu Melinda masih tidak bisa mengatakan jamnya secara jelas, karena Bu Melinda mengatakan bahwa jadwalnya seringkali berubah-ubah, atau juga seringkali diundang rapat dadakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/179477137-288-k643554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Langit |Revisi-On Going|
Spiritual🗣️SEDANG REVISI, HARAP BERSABAR & MEMAKLUMI JIKA ADA BEBERAPA HAL YG BERUBAH DARI ALUR CERITA SEBELUMNYA. Jodoh. Adalah salah satu hal di bumi yang menjadi rahasia semesta. Tidak ada cara yang pasti untuk membuatnya datang mendekat juga tak ada ca...