Dhira POV
Hari ini hari minggu, pesiar kali ini aku akan kerumah Rani. Aku mendapatkan alamat Rani dari kertas yang berserakan waktu aku tidak sengaja menabraknya. Beruntung sekali aku. Haha. Aku chat saja dia.
Andhira Negara
Rani, saya ada didepan rumah kamu
Buruan keluar. Saya udah minta izin sama mama dan papamu untuk ngajak kamu keluar.Tak lama kemudian, Rani muncul dari balik pintu.
"Mama, papa, Dhira" Rani mendekati kami yang sedang bercakap-cakap.
"Eh, kamu. Ini nak Dhira, nungguin kamu dari tadi." Mama Rani tersenyum.
"Mamah kenal Dhira?"
"Bukan, tadi dia datang pas mamah sama papah lagi duduk diteras. Dia ngenalin diri, terus ngobrol deh. Dia ngobrolin tentang kamu."
"Lah, kamu udah lama disini?" matanya menatap aku dalam
"Baru tiga puluh menit. Tadi kenalan dulu sama mamah dan papah kamu. Mereka orangnya asyik. Oh iya, saya mau ngajak kamu keluar, sebentar. Ada yang mau aku tunjukkan ke kamu. Mau, ya?" Aku menatap Rani dengan tatapan mata berharap.
Rani hanya menatap ke arah kedua orang tuanya. Dia tidak memberikan jawaban apapun padaku. Hanya menunggu isyarat dari kedua orang tuanya.
"Yaudah. Pergi aja. Tapi, jangan capek-capek. Besok kamu kuliah" ucap papahnya.
"Nak Dhira, titip Rani ya?" Mamahnya membolehkan.
"Tunggu ya, Dhira. Aku siap-siap dulu," pinta Rani.
"Sip. Tapi nggak pakai lama ya dandannya, takut kalau kelamaan. Lagian kamu udah cantik tanpa make up." ucapku sambil tersenyum.
Rani pun hanya tersenyum malu-malu kucing.
Rani naik ke jok depan mobilku. Eh bukan, tepatnya mobil mamaku. Ia bahkan tak bertanya lagi hendak ku bawa kemana. Ia hanya mengikuti kemana saja aku membawanya.
Diperjalanan, dia membuka topik pmbicaraan.
"Dhira, kamu asli semarang?" tanyanya.
"Iya, alm papa saya asli semarang. Sedangkan mama asli bandung." jawabku.
"Kamu punya adik?"
"Enggak. Saya punya abang, dia sedang pendidikan di Akademi Militer, 1 tahun lagi dia lulus,"
"Owalah.."
Mobil yang kami tumpangi berhenti dipinggir jalan. "Rani," ucapku mengarahkan kepala ke arah samping berhadapan dengan wajah Rani. "Kita sudah sampai," lanjutku.
Rani turun dari mobil, melihat ke sekelilingnya. Beberapa puluh meter dihadapan kami ada hamparan laut yang sangat biru. Rani menoleh sebelah kanan ada rumah-rumah penduduk. Didekat kami berdiri ada sepasang kursi yang terbuat dari papan, berada didekat sebatang pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi.
"Dhira, ini indah banget," Rani menatap haru ke arahku. Ia benar-benar kagum dengan apa yang sedang ia lihat.
"Kok bisa nemuin tempat kayak gini?"
Aku hanya tersenyum menatap ke arah Rani. Aku menggandeng tangannya, menarik Rani ke sepasang kursi tadi.
"Oh iya, sebelum saya jawab pertanyaan kamu, kita duduk dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiamu, Bahagiaku.
Genç KurguSebetulnya, alasanmu kecewa itu bukan karena orang lain atau hubungan yang gagal terjalin. Melainkan harapan pribadi yang kamu sematkan terlalu tinggi. Bahagiamu itu tanggung jawabmu sendiri.