Solo-Ve-3

646 74 11
                                    

Dalam perjalanan pulang, Aufa tidak berhenti mengulas senyum. Pesan Farida untuknya masih berlalu lalang di ingatan, jangan sampai hilang sebelum Aufa sempat menyampaikannya kepada Agus dan Ima.

Akhirnya, Aufa tidak perlu bersusah payah memaksakan diri untuk menanyakan kelanjutan hubungannya dengan Dinda. Farida sudah mendahuluinya, dan tanpa berpikir panjang, Aufa mengangguk setuju.
Mengatakan, akan membawa kedua orang tuanya untuk berkunjung ke rumah Farida dengan niat baik, secepatnya.

"Bapak, kapan bisa anterin aku ke rumah Mbak Dinda?" Begitulah saat Aufa mengutarakan maksudnya kepada Agus yang baru pulang kerja sore itu.

Agus tidak langsung menjawab, dia menyesap teh kepyur buatan Ima, mengambil sekeping biskuit rasa lemon kesukaannya, kemudian meminta Aufa mendekat.

Setelahnya, Aufa mendengar berbagai wejangan dari Agus. Panjang lebar, tidak ada habisnya, namun tidak ada satu pun yang salah saat Aufa mencernanya lebih dalam.

Pernikahan bukan perkara sepele. Ada tanggung jawab besar menanti Aufa di masa depan. Ada kewajiban yang selalu menuntut untuk dipenuhi. Dan siapkah Aufa untuk itu semua? Agus hanya ingin memastikan.

Seberapa siap Aufa untuk menjadi imam, seberapa kuat niat Aufa yang ingin menghalalkan Dinda untuk dirinya sendiri, Agus perlu tahu.

Agus tidak ingin anak laki-laki satu-satunya berakhir menyakiti anak gadis orang lain dan mengecewakan keluarganya.

Agus benar, namun niat baik Aufa tidak perlu lagi diragukan. Laki-laki dua puluh delapan tahun itu mengangguk mantap, dengan mata tajamnya yang  bersih dia menatap lurus pada Agus.

"Inshaalloh, Aufa siap, Bapak."

***

"Budget-nya Mas berapa?"

Dengan setengah berteriak, Dinda kembali melayangkan pertanyaan. Mereka sekarang dalam perjalanan ke toko mas. Dinda yang semula sibuk dengan setumpuk lembar jawab siswa, terpaksa harus ikut ajakan Aufa untuk membeli cincin pertunangan mereka.

Aufa ingin segera melamar Dinda. Jadi mulai keesokan harinya setelah Agus mengangguk yakin atas jawaban Aufa, Aufa mulai menyiapkan segalanya. Termasuk cincin pertunangannya.

Dan di sinilah mereka sekarang. Di Toko Emas Semar Nusantara. Salah satu toko emas terbesar di Solo.

"Pilih aja yang Mbak suka, jangan mikirin budget!"

Aufa tersenyum hangat, menarik tangan kanan Dinda lembut, dan mengajaknya ke deretan engagement ring tertata.

Aufa hapal betul tempat itu. Karena hampir setiap bulan, Aufa mengantar Ima ke sana. Alih-alih menyimpan uang di bank, Ima lebih memilih menginfestasikannya dalam bentuk emas.

"Beneran nih, Mas?"

Aufa mengangguk yakin. Kemudian ikut tersenyum lebar saat Dinda mulai mengabsen satu-satu sederet engagement ring yang cocok untuk pertunangan mereka.

"Mbak mau yang kecil, manis gitu, tapi yang beratnya lumayan," ujar Dinda dengan senyum malu-malunya. Sedangkan Aufa, dia kembali mengangguk. Asal Dinda suka, tidak pernah jadi masalah untuknya. Termasuk kehilangan banyak rupiah sekalipun.

Pilihan Dinda jatuh pada sebuah Opal Ring sederhana dengan Australian Rose Opal yang cantik di atasnya. Beratnya pun sesuai dengan yang Dinda inginkan.

"Empat gram boleh, Mas?"

"Mbak suka?"

"Banget banget."

Aufa tergelak, mengusap kepala Dinda sayang, kemudian menyodorkan kartu debitnya.

"Yaudah, bayar gih!"

Seminggu kemudian acara pertunangan Aufa dan Dinda berjalan lancar. Kedua keluarga sepakat dalam menentukan tanggal pernikahan putra-putri mereka.

Tepat, sepuluh bulan kemudian, pada tanggal 13 april 2020 Aufa dan Dinda akan menggelar pernikahan mereka.

Dinda bahagia, sebagian lagi lega luar biasa. Akhirnya hubunganya melangkah maju, tidak lagi ngalor-ngidul tanpa tahu tujuan.

Mulai sekarang laki-laki yang selama ini dia idamkan resmi menjadi tunangannya. Selama tiga tahun Aufa menjadi kekasihnya, Dinda mendapatkan apa pun yang dia butuhkan. Kepercayaan, perhatian, kasih sayang, dan cinta. Selama itu pula, Dinda coba mempertahankannya. 

Sebentar lagi, dan mereka akan melangkah ke fase yang lebih indah.  Entah itu dengan melewati jalan yang sama indahnya. Atau jalan terjal yang membutuhkan banyak perjuangan untuk melewatinya?

Apapun jalan yang akan mereka tempuh, Dinda percaya mereka akan sanggup melewatinya bersama. Dinda yakin, dirinya tidak akan terlena seindah apapun godaannya.

Semoga. Harap Dinda, penuh doa.

10.06.19
Habi 🐘

Pesan Ayah Untuk Mbak Dinda

"Trus, apalagi Yah?"

"Lihat matanya! Cari yang bersih, bening."

"Alasannya, Yah?"

"Yang matanya kurang jernih, biasanya mudah marah. Mbak mau dapet suami pemarah?"

"Ya enggak lah, Yah. Keysip Yah, Mbak bakal inget-inget pesan Ayah."

SOLO-VE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang