SoLo-ve 35

815 76 21
                                    

Sepertinya Dinda perlu kembali menguatkan hatinya. Mempertebal keyakinan akan cintanya pada Aufa. Hingga rasa sekecil apa pun tidak akan bisa berkecambah untuk pria lain.

Jangan salah, rasa peduli adalah permulaan dari ratusan rasa lain, termasuk sayang, bahkan cinta, sekalipun.

Adalah rasa peduli yang sore itu menggagalkan rencana Dinda untuk mengajak Aufa bertemu Shindu. Semoga Dinda menyadarinya dan lebih berhati-hati karenanya!

Bermula saat Dinda yang sedang kurang kerjaan, iseng melihat story WhatsApp kontaknya. Hingga jarinya jatuh pada story Shindu. Ada gambar kursi roda elektrik, dengan sebuah emoticon bersedih sebagai caption-nya.

Kemudian niat Dinda untuk memperjelas kesalahpahaman Shindu pun luntur. Menguap, menyatu di awang-awang. Menggeser layar ponselnya ke atas, lanjut mengetikan pesan singkat untuk Shindu.

Kamu kenapa, Shin?

Pesan Dinda terkirim, tinggal tunggu dibaca. Yang lain nanti dulu, kesalahpahaman ini bisa diluruskan lain kali. Lagi pula Dinda tidak akan tega jika harus menghancurkan hati Shindu di saat kondisinya sedang tidak baik.

Selanjutnya yang terpikirkan oleh Dinda adalah Aufa. Memutar otak, mencari-cari alasan yang tepat untuk membatalkan permintaannya kemarin siang. Dinda menyentuh angka satu pada layar ponselnya, dan panggilan langsung ke nomor ponsel Aufa pun terhubung, menunggu Aufa mengangkatnya.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, iya Mbak Dinda, ini Mas lagi siap-siap. Masih nanti bada magrib kan ke rumah Shindunya?"

Celaka! Aufa sudah bersiap, Dinda jadi tidak enak hati untuk membatalkan ajakannya. Tapi kalau dirinya tetap mengajak Aufa, Shindu mungkin akan terluka lebih parah. Dinda jadi bingung sendiri!

"Mas udah siap-siap? Maaf, Mas. Ini kan Mbak lagi di luar sama Zani, rencana mau berangkat dari sini nggak pulang dulu."

Maaf Aufa, Dinda bohong.

"Lho, kapan keluarnya? Kok Mas nggak tahu?"

Dinda terkekeh dibuat-buat seolah-olah mengakui kesalahannya.

"Maaf, Mas. Tadi tiba-tiba Zani jemput ke rumah. Eh langsung ngajakin makan di luar, nggak sempet kasih kabar ke Mas deh."

"Jadi nanti mau gimana, Mbak? Nggak jadi sama Mas?"

"Iya, Mas."

"Pulang dari rumah Shindu jam berapa?"

SOLO-VE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang