Solo-Ve-4

607 81 16
                                    

Hampir semalam penuh Dinda tidak tidur. Selepas mengerjakan nilai Basa Jawa dari enam kelas yang diampunya, Dinda terpaku pada cincin pertunangan yang sejak dua hari ini dia kenakan.

Mengamatinya lamat-lamat, sambil sesekali tersenyum rancu. Entah mengenang masa pacarannya, atau tengah membayangkan wajah Aufa yang makin tampan saja setiap harinya.

Seingat Dinda, selama tiga tahun masa pacarannya dengan Aufa, mereka jarang sekali bertengkar. Mereka tidak pernah dihadapkan pada permasalahan dengan konflik berat. Karena sebelum masalah-masalah itu berubah keruh, Aufa akan dengan senang hati mengalah. Melunakan hatinya, kemudian datang meminta maaf terlebih dulu.

Bukan hanya Aufa, Dinda yang menyadari seberapa keras dirinya coba membantu Aufa mempertahankan hubungan mereka dengan lebih berhati-hati. Berusaha menjauhi masalah yang sekiranya akan memicu pertengkaran mereka.

Aufa sudah terlalu sering mengalah, dia sudah banyak berperan untuk menjaga hubungan mereka. Dan Dinda bersyukur karenanya.

Sebenarnya tidak banyak masalah yang pernah menghampiri mereka. Selain tentang Aufa dan permasalahannya dengan rokok, maka tidak jauh-jauh dari Lina.

Lina adalah rekan kerja Aufa. Dia guru Bahasa Inggris yang cantik, dengan postur menawan. Tentang kepribadiannya? Dinda tidak peduli. Yang jelas, nama Lina akan sesekali masuk ke dalam obrolan antara dirinya dan Aufa.

Dinda tidak suka.

Memang dalam menjaga hubungan perlu kerjasama dari kedua pihak. Namun, adakalanya akan datang pihak ketiga. Walau Lina belum benar-benar bisa disebut pihak ketiga. Tetapi, suasana hati Dinda bisa seketika berubah saat mendengar Aufa menyebut nama Lina.

Dinda jengkel sekali rasanya.

Padahal Dinda tahu betul, Aufa bukan tipe lelaki seperti itu. Aufa adalah sosok paling setia yang pernah datang dalam kehidupan Dinda.

Sedangkan Dinda?

Bagi Dinda, Aufa adalah lelaki satu-satunya. Tidak ada lelaki lain yang bisa menarik perhatiannya.

Dinda berharap akan seperti itu untuk waktu yang lama, selamanya.

***

Keluar dari kelas 8B, Dinda  berpapasan dengan Pak Bambang. Pak Bambang guru olah raga berperut gendut dengan kumis Pak Radennya itu tersenyum menjawab sapaan Dinda.

"Eh iya, Bu Dinda," panggil Pak Bambang. Dia menoleh ke belakang, menghentikan Dinda yang hendak kembali ke kantor guru. "Bu Dinda diminta menghadap Pak Kepala tadi, hampir aja saya lupa."

"Kira-kira soal apa ya, Pak?"

"Yang jelas bukan soal kenaikan gaji guru honorer, Mbak."

Keduanya tergelak singkat, gaji honorer memang selalu jadi bahan candaan ringan di kalangan pengajar. Beban kerja sama, tapi gaji ... jangan ditanya, yang penting ikhlas biar berkah. Begitu sih akhir ceritanya.

Jadi tanpa bertanya lebih lanjut--karena sepertinya Pak Bambang sama tidak tahunya--Dinda melanjutkan langkahnya ke kantor guru. Menempatkan bahan ajar di atas meja kerjanya untuk selanjutnya menuju ke ruangan kepala sekolah.

Setelah tiga kali ketukan, Dinda mendengar Pak Anwar yang setengah berteriak memintanya untuk masuk.

"Mbak Dinda, duduk," pinta Pak Anwar, sambil memberi batas pada buku Tersenyum Sebelum Pensiun dan Tertawa Setelah Pensiun milik Fikri C Wardana. Mengingatkan Dinda jika kepala sekolah yang paling dia segani itu akan purnatugas tahun depan.

"Wonten dawuh, Bapak?"

"Mboten." Pak Anwar tersenyum tipis, kedua tangannya bergerak acak merapikan lembaran kertas di mejanya. "Tadi Kepala Yayasan telfon Bapak."

"Nggeh?" Dinda tidak sabar. Tidak biasanya Pak Anwar bertele-tele.

"Bu Shintia, donatur terbesar kita butuh guru les Basa Jawa, Mbak."

Baru kali ini Dinda dengar les Basa Jawa, biasanya juga les Bahasa Inggris, Mandarin, Korea, dan bahasa asing lain yang sedang populer.

"Yang mau les siapa, Pak?"

"Putrane, yang baru pindah dari Singapur."


20.06.19
Habi 🐘

A.n
Bisa tanyakan langsung, jika ada yang kurang paham bagian dialog yang menggunakan bahasa daerah.

Pesan Bapak Untuk Mbak Dinda

"Sadar terus, Mbak. Kamu siapa, bicara dengan siapa, di mana, dan dalam situasi seperti apa. Pandai-pandailah menempatkan diri."

SOLO-VE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang