🏵🏵🏵
Pagi ini mading sekolah heboh dengan foto seorang bocah berseragam Sekolah Dasar yang tengah mencekik seekor kelinci. Ada tulisan dengan font besar.
KIM MYUNGSOO
Aku terlonjak. Buru - buru berlari menuju kelas Myungsoo. Saat aku memanggil namanya, dia sudah tak ada di sana.
Terdengar teriakan dari ujung koridor. Suara derap sepatu para murid terus membahana menuju lokasi.
Aku sempat mendengar mereka berteriak.
"Myungsoo berkelahi! Myungsoo berkelahi!"
Napasku naik turun. Rasa takut mulai menghinggapiku. Aku berlari menuju tempat yang dimaksud.
Di sana, para murid mengerubungi sesuatu yang kuyakini adalah Myungsoo.
Aku menerobos kerumunan.
Mataku membulat. Myungsoo sudah menaklukkan seseorang. Orang itu jatuh tersungkur. Ia mengerang kesakitan.
Para guru mulai berdatangan dan melerai perkelahian mereka.
Aku termangu. Aku yakin, si jahat L-lah yang menyebabkan semua itu. Mana mungkin Myungsoo yang tenang melakukan hal itu. Yah, mungkin si alter ego muncul karena foto yang dipajang di mading tadi.
Aku ingin menghampiri Myungsoo, tapi sepertinya dia sedang disibukkan dengan guru - guru yang berusaha membawanya ke ruang konseling.
Semua mendelik melihat tingkah Myungsoo. Yang mereka tahu, Myungsoo adalah murid teladan dengan nilai akademik fantastis. Juga dikenal dengan kepribadian yang misterius. Sekarang, malah terlihat brutal dan beringas.
Kutatap punggung Myungsoo yang semakin menjauh. Saat dia sudah ditelan pembelokan, barulah aku sadar, si korban adalah sahabatku, Sehun.
***
Aku menjenguk Sehun di rumah sakit. Cedera kepala ringan dan patah di pergelangan tangan. Dia berbaring dengan tak acuh. Tampak enggan menatapku. Sementara Myungsoo, kudengar dia diskors selama seminggu.
"Sehun-ah, kau yang memasang foto itu?"
Sehun tak menjawab apapun. Dia tetap pada posisinya.
"Kau benar - benar menyebalkan." Aku mendesis. Tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi sikap Sehun yang kekanak - kanakan. Apa motif dia menyebarkan foto itu? Kenapa dia harus memermalukan Myungsoo? Apa urusannya dengannya? Pertanyaan - pertanyaan itu berkecamuk di benakku. Kepalaku mulai terasa pusing.
"Kalau benar kau yang memasangnya, apa motifmu melakukannya?" Desakku.
Dia tetap diam.
"Sehun!"
"Bukankah tak masalah selama apa yang ada di sana adalah sebuah kebenaran?" Sahutnya serta merta dengan ketus.
Aku mendengus.
"Bukan masalah? Itu aib orang, Oh Sehun! Seharusnya kau menutupinya!" Bentakku tak tahan.
"Yak! Kan sudah kubilang kau harus menjauhi psiko itu! Tapi kau tetap saja tidak mau mendengarku! Jadi kukasih bukti biar kau sadar! Dia bahkan sudah berani mengajakmu bolos!"
Aku tertegun. Aku sudah tahu Sehun! Aku sudah tahu kepribadian Myungsoo yang lain!
"Aku sudah tahu." Jawabku lirih.
"Terus? Kenapa masih mau dengannya?" Terdengar nada ngotot dari Sehun.
"Aku takut! Dia terus mengancamku saat aku mengutarakan kata putus! Alter egonya selalu muncul! Dan aku takut!"