Part 9

734 168 15
                                    


🏵🏵🏵

Seharian ini rapat OSIS diselenggarakan dengan lancar. Aku sebagai Ketua OSIS SMA Ganghan memutuskan untuk memeriahkan ulang tahun sekolah dengan menyelenggarakan festival. Setiap kelas dituntut untuk menunjukkan karya dan kemampuan mereka.

Festival terbuka untuk umum. Tak hanya perkelas, klub dan organisasi pun bebas menjajakan aksi dan karya mereka, para tamu boleh membelinya dengan uang. Tema yang sudah kami negosiasikan adalah tentang makna nama sekolah itu sendiri. Ganghan, berarti kuat. Setiap insan memiliki kadar kekuatan masing - masing. Yang juara adalah yang mampu memanfaatkan kekuatan tersebut sebaik - baiknya, baik untuk dirinya, maupun orang lain.

Rapat dibubarkan. Semua bertosan ria. Lega. Akhirnya rapat panjang itu berakhir.

Aku melirik jam tanganku. Ah, sudah pukul enam sore. Pasti Myungsoo sedang menungguku di depan pintu ruang OSIS.

Saat aku hendak membuka pintu, tiba - tiba Sehun menahan tanganku.

"Kuantar pulang, ya?"

"Tidak perlu, Sehun-ah. Myungsoo sudah menungguku." Tolakku halus.

"Myungsoo? Tadi dia buru - buru pulang. Sepertinya ada yang ingin dia kerjakan."

"Ah, mana mungkin Myungsoo meninggalkanku tanpa pesan." Sangkalku. Aku masih berusaha optimis.

"Memangnya kau bisa mengerti benak Myungsoo? Dia itu membingungkan."

Aku terdiam. Kubuka pintu ruang OSIS untuk mengecek posisi mainstream Myungsoo. Yang kulihat di sejauh mata memandang hanya koridor yang mulai gelap. Semakin ke ujung, semakin tak terlihat wujud nyata koridor itu.

Para anggota OSIS yang lainnya berhamburan keluar saat pintu itu sudah terbuka lebar. Satu - persatu dari mereka meninggalkan tempat. Tersisa aku dan Sehun.

"Jadi, mau pulang bersamaku?"

Aku mengangguk. Sedikit raut kecewa membias di wajahku.

"Oh ya, Eommamu sudah keluar dari rumah sakit?" Tanya Sehun saat kami sudah berada di dalam mobil. Benda beroda empat itu berjalan keluar dari parkiran menuju jalan raya. Pelan namun pasti.

"Ne. Hari ini. Tapi aku sudah minta maaf ke Eomma bilang ada rapat OSIS."

Sehun mengangguk maklum.

"Kau sudah tidak peduli lagi mengenai penyebab Eommamu kecelakaan?"

Aku sebenarnya tak mau mengungkit - ungkit itu lagi. Yang ada dibenakku adalah alter ego Myungsoo, L. Dialah pelakunya. Terbukti dari suaranya, dan teki - teki yang dia lontarkan lewat ponsel tempo hari. Meski ia menggunakan nomor orang lain. Toh, apa yang harus kulakukan? Marah pada Myungsoo? Aku tidak punya bukti sama sekali. Hanya ada prasangka. Aku sudah cukup bersyukur Eomma bisa siuman dengan cepat dan kembali ceria lagi. Sudah cukup. Itu sudah cukup bagiku.

Mobil itu memelesat menuju kawasan tempat tinggalku dan berhenti tepat di depan sebuah bangunan minimalis. Aku turun, berpamitan pada Sehun.
Aku masuk setelah mobil Sehun pergi.

Mungkin Myungsoo punya urusan penting. Yah, dia pasti punya urusan penting. Tak bisa ditunda.

***

Sabtu yang panas, aku seharian berada di dalam kamar mendinginkan diri, membaca buku sembari mendengarkan lagu - lagu klasik dari turntable, sok vintage. Musik menari - nari di atas piringan hitam. Membuka lembar demi lembar mahakarya Dostoyevsky dengan tarikan nafas teratur. Sedikit gelisah. Myungsoo belum juga mengabariku sejak kemarin. Ada apa gerangan? Tambahan dosis obat tidur lagi?

Bae & Her LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang