🏵🏵🏵
Festival Sekolah ditutup dengan pidato dari kepala Sekolah. Myungsoo sudah tidak datang ke sekolah sejak hari itu. Dia seperti menghilang. Bahkan tak pernah membalas chat ku. Sama sekali belum membacanya.
Kemarin sudah kucoba datang ke rumahnya. Rumah bak istana itu kosong. Ke mana Myungsoo?
Saat Eun Woo mengatakan bahwa Myungsoo harus memutuskanku tempo hari, L, alter ego Myungsoo hanya terdiam sambil terus memegangi kepalanya. Sesekali ada erangan yang berusaha dia tahan.
Ada apa dengan Myungsoo? Ke mana dia?
Tetap saja pertanyaan - pertanyaan itu bergelayut di benakku. Tak bisa hilang.
"Aku melihat kalian di UKS." Tiba - tiba Sehun sudah duduk di sampingku. Sudah tiga hari berlalu dan Myungsoo masih belum memunculkan batang hidungnya.
Aku mengalihkan tatapanku dari ponsel ke Sehun.
"Kalian sudah putus?"
Aku tak menjawab.
Sehun tiba-tiba mengecup pipi kananku tanpa aba - aba yang sontak membuat teriakan teman - teman kelasku berderai keras. Suit - suitan redu redam. Aku termangu.
Pria itu melengkungkan bibirnya membentuk bulan sabit terbalik.
Apa maksud semua itu?
Kupegangi pipi bekas ciuman Sehun dengan kening berkerut.
"Will you go out with me?" Bisiknya.
Aku membatu. Apa yang sedang dilakukannya? Dia adalah sahabatku, kan?
"Sehun? Apa maksudmu? Kau pikir aku dan Myungsoo sudah putus?" Tandasku tak percaya.
Mulai lagi terdengar bisik - bisikan mengenai kabar putusnya aku dan Myungsoo. Terlebih, Myungsoo sudah tidak datang ke sekolah sejak insiden tiga murid sekolah Jangeomhan yang masuk rumah sakit karena diduga diadu domba oleh Myungsoo. Padahal bukan itu kenyataannya. Myungsoo-lah yang menghajar mereka, ditambah luka - luka yang Eun Woo buat sebelum Myungsoo menambah derita mereka lagi. Mereka patah tulang di sana - sini dan muntah darah. Dan Myungsoo hanya dituduh sebagai pengadu domba. Yah, mereka tak berani mengadu yang sebenarnya karena mereka pun tak kalah bersalahnya. Ada CCTV sebagai saksi kuat. Sementara Myungsoo menghajar mereka di tempat tak ber-CCTV. Myungsoo sungguh licik.
"Kkaja, ke kantin." Sehun menarikku keluar tanpa memerdulikan jawabanku. Siul - siulan mereka terus - menerus bersahutan. Aku benar - benar - benci keadaan ini.
Aku menuruti alur jalan Sehun. Terdiam dalam sejuta tanda tanya di kepala.
"Kau bisa menjawabnya kapan - kapan." Katanya seraya menatap lurus ke depan, terdengar bergetar.
"Sehun!"
Langkah kami terhenti. Kuhempaskan tangannya yang tercengkram di lenganku dengan pelan.
"Aku masih tak mengerti maksudmu. Kita ini... kita ini sahabat, kan?" Kali ini giliran suaraku yang bergetar.
"Mian... aku tak pernah menganggapmu sebagai sahabat."
Lidahku kelu. Harus kuakui, dari awal aku sudah merasa persahabatan cowok-cewek itu salah. Tapi aku membuat pengecualian untukku. Yah, siapa juga yang akan tertarik dengan sahabat semacamku? Dan kalau Myungsoo adalah pengecualian, itu karena Myungsoo adalah orang yang aneh.
"Aku selalu menyukaimu sejak dulu... tapi tidak sebagai sahabat."
Aku terdiam. Masih mencoba mencerna satu-persatu kata yang Sehun jabarkan. Oke, aku semakin tak mengerti. Memangnya aku adalah karakter utama serial harem dalam anime-anime yang sering dibicarakan para otaku di kelasku itu, huh?