Part 6

853 179 10
                                    

🏵🏵🏵

Rumah Myungsoo sangat mewah. Bak rumah - rumah politisi. Seperti istana. Dengan banyaknya pilar - pilar besar yang tinggi menjulang. Aku tak menyangka, Myungsoo yang hanya membawa sebuah buku ke sekolah bisa punya rumah sebesar ini. Mungkin aku bisa tersesat di dalamnya.

Ah, sialan. Myungsoo benar - benar seperti karakter fiksi di novel - novel teenlit. Tampan, cerdas, dan kaya raya. Kalau saja kepribadian mengerikan itu tak ada, aku tak akan berfikir dua kali untuk bersama Myungsoo.

Semakin lama aku menelusuri rumah itu, semakin janggal yang kurasakan. Rumah yang sangat sepi. Ke mana kedua orang tuanya? Mana pembantu - pembantunya? Lalu saudaranya? Dan kenapa suasana di lantai dua terlihat gelap dan mencekam?

"Jika kau menanyakan orang tuaku, mereka sudah bercerai. Ibuku tinggal di luar kota sekarang. Ayah jarang pulang ke rumah. Para pembantu pada kabur. Dan aku anak tunggal."

"Oh ya, jangan pernah naik ke lantai dua, banyak hantunya." Tambahnya mengakhiri penuturannya yang sukses membuatku ternganga.

Jleb!

Myungsoo seperti bisa membaca isi kepalaku. Inikah yang disebut dengan ilmu membaca bahasa tubuh? Ah, mengerikan.

"Rumah jadi sangat membosankan, kan?"

Aku tak menjawab. Jadi seperti ini kehidupan nyaris sempurna Myungsoo?

Kami sudah berada di depan kamarnya. Pintu kamarnya terbuka. Diluar ekspektasi. Kupikir kamar Myungsoo akan berunsur ungu dengan ornamen teratai. Ternyata malah berwarna biru. Dengan beberapa lukisan berbau hujan di beberapa sisi.

Terlihat berseni dan padat.

"Kamarmu dari dulu seperti ini?" Tanyaku seraya duduk di atas kasurnya yang juga berwarna biru muda.

Dia mengangguk. Ikut duduk di sampingku.

Lalu mataku bergerak menuju foto keluarga yang ditidurkan di atas lemari pernak - pernik. Aku berdiri. Berjalan menuju pigura itu. Membangunkannya.

Ada sosok Ibu, Ayah dan bocah berumur sekitar tujuh tahun. Kurasa dia adalah Myungsoo. Anehnya, wajah Ibu dan Ayahnya dicorat coret serampangan dengan spidol berwarna biru. Aku bisa merasakan amukan kemarahan dari orang yang mencoret foto itu.

Aku terdiam.

Tersadar, punggungku mulai terasa berat. Myungsoo memelukku dari belakang. Menenggelamkan kepalaku di dadanya.

Oh tidak! Apa yang akan Myungsoo lakukan?

"Myungsoo?"

Tak ada jawaban.

"Myungsoo?"

"Biru itu menenangkan."

Aku jadi semakin tak mengerti dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Biru itu hujan."

"Myungsoo?"

"Aku bukan Myungsoo."

Oh tidak.

L muncul.

Kenapa dia bisa muncul tiba - tiba?

"Myungsoo yang malang. Dia harus kehilangan kedua orang tuanya dalam tragedi maut pesawat. Saat itu hujan deras mengguyur. Pesawat yang ditumpangi orang tuanya mengalami lost signal. Dan besoknya, bangkai pesawatnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Tak ada yang selamat. Ah, hujan benar - benar menyebalkan!"

Aku tercekat. Jadi Myungsoo berbohong? Kedua orang tuanya sudah meninggal? Sejak kapan? Lantas siapa yang membiayainya sekarang?

"Bagaimana bisa dia jadi terobsesi dengan hujan? Apakah dia ingin menghancurkan hujan?"

Bae & Her LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang