🏵🏵🏵
Besok hari minggu dan merupakan hari jadian kami. Resmi tujuh bulan. Myungsoo berencana merayakannya.
Dan aku masih ingin putus dengannya.
Tak peduli lagi lamanya kami berpacaran. Tak peduli lagi betapa tampannya dia. Tak peduli lagi dengan IQ-nya yang luar biasa. Aku tak peduli lagi. Yang aku inginkan adalah terbebas darinya. Aku ingin bebas. Aku ingin terbebas dari alter egonya yang mengganggu, serta tingkah anehnya yang hanya mengajak kencan ke bioskop setiap minggu.
Dan lagi, rasanya sangat menggelikan melihat Myungsoo yang sangat logis dan tampaknya sangat membenci pesta ternyata sangat suka merayakan hari jadian setiap bulan. Kupikir itu sedikit lucu untuk manusia macam Myungsoo. Ah, aku lupa, dia kan unpredictable, ck.
Hari itu, tepat jam 12 malam. Myungsoo mengirim pesan lewat aplikasi massenger.
Myungsoo: Aku sudah membeli tiket pesawat dua
Keningku berkerut. Apa jangan - jangan Myungsoo sedang merencanakan liburan keluar kota?
Aku jadi was - was.
Suzy: Terus?
Tak butuh semenit Myungsoo membalas pesanku.
Myungsoo: Kita ke Hongkong besok.
Tak sadar ponselku kulempar. Aku benar - benar kaget. Hongkong itu tidak dekat, Myungsoo! Dan hanya berdua?!
Suzy: Tapi senin kita sekolah. Aku ada rapat OSIS hari itu.
Agak lama baru Myungsoo membalasnya. Mungkin sekitar setengah jam-an.
Myungsoo: Sudah ku-sms teman - temanmu. Jadi batalkan.
Kuremas ponselku kesal. Tanganku terkepal.
Suzy: Kau menyuruhku bolos?
Myungsoo: Sudah jelas, kan?
Suzy: Tapi, Myungsoo-ah. Kau adalah murid teladan. Masa bolos hanya gara - gara liburan.
Myungsoo: Terus kau mau apa?
Suzy: Liburannya bisa nanti saja?
Myungsoo: Kan perayaannya besok.
Suzy: Tapi, Myungsoo-ah. Kita tidak mungkin pulang sampai hari senin, kan? Dengan perjalanan yang mungkin memakan waktu 3 jam-an, paling cepat hari selasa. Aku tidak mau bolos hanya karena masalah sepele seperti itu.
Myungsoo: Sepele?
Upss, diksi yang salah.
Jantungku mulai berdetak tak karuan. Myungsoo membalasnya dengan pertanyaan, berarti dia mulai kesal.
Suzy: Aku juga harus minta izin sama orang tuaku
Myungsoo: Sepele?
Aku mendecak. Dia mengirim kata itu sepuluh kali. I mean, sepuluh kali.
Setelah itu tak ada lagi balasan darinya.
Aku menyimpan ponselku. Menghela napas berat. Kutatap langit - langit kamar yang terasa berputar - putar.
Aku pusing. Pusing sekali.
***
Paginya, kurasakan kakiku seperti digelitik seseorang. Mataku perlahan - lahan terbuka. Kulihat siluet yang terasa familier di depanku.