🏵🏵🏵
Hari ini aku keluar dari rumah sakit. Tiga hari dirawat karena trauma leher dan retak tulang punggung. Sehun juga harus diobati karena cidera benda tumpul di kepala. Untung saja tak ada hal kritis terjadi pada kami.
Aku pulang-pergi diantar Sehun. Appa sudah kembali ke-kerjaannya di luar kota, dan Eomma sedang sibuk. Tak ada kabar Myungsoo selama beberapa hari ini. Eun Woo tak juga memunculkan batang hidungnya lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul lima saat rapat penutupan OSIS angkatanku ditutup. Aku dan Sehun bergegas keluar menuju basement. Sehun mengajakku ke Mall. Ku-iyakan. Toh aku butuh mengistirahatkan pikiranku. Selama beberapa hari ini hanya memikirkan Myungsoo, Myungsoo dan Myungsoo.
Kami sudah mengelilingi Mall dan menjajal berbagai makanan. Perutku penuh. Kedua tangan Sehun sudah dipenuhi paper bag.
Sehun bersikeras membelikanku baju. Katanya untuk menghilangkan stress.
"Juga hadiah. Sebagai pra-birthday-mu." Dia terkekeh.
Ah, karena masalah pelik yang silih berganti, aku sampai lupa ulang tahunku hanya tinggal menghitung hari.
"Kau mau merayakannya?"
Aku menggeleng.
"Tidak. Lagi pula tidak pernah kurayakan." Aku tertawa pelan.
Sehun tiba - tiba menggandeng tanganku, bahkan dengan tumpukkan paper bag di tangannya.
Kutepis pelan. Dia malah tertawa samar nan hambar.
"Bagaimana kalau kau merayakannya bersama anak panti asuhan? Pasti bakal ramai dan menyenangkan." Ucapnya mencoba mencairkan suasana yang nyaris kaku karena penolakanku.
"Ide yang bagus."
"Bagaimana dengan panti asuhan tempo hari?"
Tiba - tiba ingatan tentang Myungsoo kembali. Seperti halnya memori kelam yang coba kuhapus, kini seperti berbondong - bondong masuk, hendak menempati ruang yang sudah penuh. Kepalaku pusing lagi.
"Kau baik - baik saja?"
Aku menggeleng. Semakin pusing.
"Kita pulang saja?"
Kubalas dengan anggukan. Kami buru-buru masuk ke mobil. Aku bersandar. Mataku terpejam. Ah, kurasa aku butuh banyak istirahat.
Saat aku hampir dibawa bunga tidur, mobil Sehun seketika berhenti mendadak. Seseorang menghalangi mobilnya.
Motor thunder itu. Helm ungu itu.
Myungsoo!
Aku membatu saat Myungsoo memaksa membuka pintu, bahkan mengancam akan memecahkan kacanya jika tidak segera dibuka.
Aku diseretnya keluar. Sehun ingin melawan tapi langsung dihajar oleh Myungsoo. Aku tahu, sangat tahu kalau Sehun tak akan bisa melawan si tangguh Myungsoo.
"Sehun!" Aku menjerit. Myungsoo malah membekap mulutku dan mengangkatku ala bridal. Aku memberontak. Namun Myungsoo berhasil membungkamku dengan tatapannya.
Sial!
***
"Suzy."
Kami duduk berhadapan di suatu ruangan yang tak kuketahui apa. Di mana ini? Rumah kedua?
"Aku tak bermaksud menyakitimu saat itu."
Aku terdiam. Tak berani menatap matanya. Sepasang matanya selalu saja mencari - cari pandanganku. Tapi selalu berhasil kutepis.