Part 14

777 160 7
                                    

🏵🏵🏵





Sejak hari itu, Myungsoo seolah menghilang dari dunia ini. Tidak bisa dihubungi. Chat belum di-read. Eun Woo juga sulit ditemui. Sudah seminggu tidak ke sekolah. Dan rumah Myungsoo sudah sepi, seperti tak berpenghuni.

Aku berfikir, apakah hari itu adalah acara perpisahan yang sengaja Myungsoo siapkan untukku?

Mengajak ke bioskop, tempat yang mungkin Myungsoo terka adalah tempat yang kurindukan. Dan yah, memang begitu. Makan crepes, suasana berbincang saat makan yang Myungsoo pikir juga kurindukan. Dan terakhir ke rumah Myungsoo. Tempat yang mungkin akan kurindukan selama - lamanya. Tempat yang tidak akan kudatangi lagi?

Kenapa Myungsoo memutuskan untuk pergi? Untuk benar - benar menghilang? Seolah - olah aku adalah asa yang harus dia hapus. Seolah - olah aku adalah beban yang harus dia hindari. Kenapa? Kenapa Myungsoo berbuat seperti itu padaku?

Aku bertanya - tanya seperti idiot.

Sekarang, aku di sini, duduk di kantin bersama Sehun yang terus melontarkan berbagai kata yang tak satupun dapat kucerna. Aku kosong.

Kenapa Myungsoo harus pergi begitu saja? Masih banyak yang ingin kutanyakan. Aku mungkin akan mati penasaran jika aku tak menemukan jawabannya segera, seperti hiperbola anak - anak zaman sekarang. Benar, aku mungkin benar - benar akan mati. Entah karena jantungan, atau mati otak karena kebanyakan berfikir.

Shit. Airmataku mengalir lagi. Bisa kulihat Sehun di depanku kini memburam karena benda bening itu membanjiri mata dan wajahku.

"Suzy? Kau kenapa?" Sehun mencoba menggapai wajahku, refleks kutepis.

"Suzy?"

"Berhenti memanggilku Suzy! Dasar brengsek!" Aku berdiri, tak sadar dengan apa yang baru saja kuucapkan. Kupikir Myungsoo-lah yang memanggilku. Ah, aku tak peduli lagi. Aku berlari dari sana. Kurasa orang - orang sedang memandangku. Apakah suaraku sebesar itu?

Langkahku terhenti tepat di depan UKS. Aku masuk tanpa tanpa aba - aba dan langsung merebahkan diri di atas kasur salah satu bilik. Aku menangis sepuasnya di sana. Bel nyaring tak menyurutkanku untuk berhenti. Wajahku pasti sangat merah dan bengkak sekarang.

"Suzy..."

"Berhenti kubilang berhenti!"

Seseorang membuka horden tempatku berbaring. Sehun. Dia Sehun. Apa yang kuharapkan? Myungsoo membuka horden itu dan langsung memelukku? Menyuruhku berhenti menangis dengan kelakarnya?

Aku membalikkan badanku, memunggungi Sehun yang tampak mencemaskanku.

"Suzy-ah, kau kenapa? Kenapa jadi aneh begini? Pasti karena Myungsoo, kan?"

Aku memilih diam.

"Ayo masuk. Song Seongsaengnim sudah di kelas."

Aku menggeleng pelan. Benar - benar tak berselera untuk belajar sekarang.

"Yah sudah. Mau kutemani?"

Sekali lagi aku menggeleng.

Kudengar helaan napas panjang darinya. Dia kembali menutup horden putih itu. Sehun memang pengertian. Tidak seperti Myungsoo yang pemaksa. Kalau Myungsoo, dia mungkin akan tetap berdiri, menatapku intens, meski beberapa kali kuusir.

Ah sial. Setiap momen yang Myungsoo ciptakan membuat mataku mendadak perih. Sial kau Myungsoo. Terkutuk kau.

Kenapa kau tak enyah saat kusuruh dulu? Kenapa harus sekarang

Kenapa?

***

Hari ini lagi - lagi dadaku seperti kosong. Sudah dua minggu berlalu dan kabar Myungsoo terus memudar. Tak ada lagi suara - suara yang mencuat dari bibir para gadis centil sekolah. Tentang Myungsoo yang begini, Myungsoo yang begitu. Sepertinya baru kemarin aku mendengar mereka bergosip mengenai kepindahan Myungsoo keluar negeri. Pantas saja, susah sekali menghubungi pria itu. Aku mungkin tak akan sanggup menyusulnya ke sana. Dengan alasan apa aku ke sana? Dan bagaimana pula aku mencapai alamatnya yang entah di mana?

Bae & Her LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang