🏵🏵🏵
Aku meminta izin pada teman - teman kelasku perihal melihat pagelaran seni di kelas Myungsoo. Katanya anak itu juga menyumbangkan karya seninya.
Aku baru tahu kalau Myungsoo juga punya jiwa seni selain ahli dalam bidang akademis. Ah yah, kurasa Sehun pernah membahas tentang bagaimana Myungsoo saat SMP dulu yang sangat betah berlama-lama di ruang seni, dan karyanya sampai diakui oleh guru-guru. Ia bahkan direkomendasikan untuk ikut berkompetisi, tetapi pria aneh itu malah menolaknya. The Second Caravaggio. Dan jangan lupakan tentang lukisan-lukisan yang bertebaran di kamarnya.
Aku datang ke kelas Myungsoo, masih mengenakan Cosplay. Tinggal butuh beberapa langkah lagi sampai aku berhasil meraih gagang pintu ruangan pagelaran kelas Myungsoo. Aku jadi tak sabar.
Kudapati beberapa murid berlalu-lalang. Terlihat puas. Lantas kulihat satu tempat yang dikerubungi banyak orang. Lukisan macam apa itu? Aku berusaha masuk ke tengah - tengah. Mataku membesar. Jelas sekali kalau lukisan itu milik Myungsoo. Di sana tercetak seorang wanita berambut hitam panjang mengenakan mantel hujan berwarna biru, berada di atas perahu, menatap teratai di sekelilingnya, terlihat damai meski cuaca sedang gerimis. Realism. Efek dramatis. Gradasi sempurna. Mengekalkan apa yang terbubuh di sana, bersama cerita yang coba dia bagikan. Seperti yang dituturkan Sehun dengan rapi. Dia, The Second Caravaggio. Perfecto.
Mataku tak berpaling dari lukisan itu sampai seseorang menarikku keluar dari kerumunan, membawaku masuk ke dalam sebuah kamar gelap, tempat untuk mencetak foto. Terasa remang, kemerahan. Banyak jejeran foto yang dijemur di atas tali.
Aku terperanjat. Kudapati Myungsoo merangkul sepasang bahuku. Dia menatapku lurus. Terasa semakin dalam. Aku menelan salivaku gugup. Apa yang akan Myungsoo lakukan?
"Boleh kucium?" Ucapnya dengan tegas dan terdengar sedikit memaksa.
Aku terkesiap. Hanya bisa meminimalisir detak jantungku yang makin tak karuan.
"Mwo?" Aku jadi seperti idiot.
Tanpa menunggu lagi, dia langsung melabuhkan bibirnya tepat di milikku. Pelan. Terasa lembut dan lembap. Sangat berbeda saat di bioskop waktu itu.
Tiba - tiba airmataku terjatuh. Sontak membuat Myungsoo berhenti.
"Wae?" Dia mencoba menyeka airmataku namun refleks kutepis.
Ada apa denganku ini? Semakin aku bersama Myungsoo, dadaku semakin sesak. Apakah karena latar belakang Myungsoo yang masih menjadi tanda tanya besar di kepalaku? Atau karena aku takut dengan alter ego Myungsoo?
"Aku mau ke toilet." Aku beranjak begitu saja meninggalkan Myungsoo yang terdiam.
***
Aku menatap wajahku yang basah di depan cermin. Sekali lagi kuusap wajahku dengan air yang mengalir dari westafel. Setelah selesai, aku melangkah keluar dari toilet.
Kulihat koridor di area ini cukup sepi. Mungkin karena festival fokus ke kelas masing - masing, sementara toilet terpisah dari ruangan kelas. Tempat ini dekat dengan perpustakaan. Kurasa tempat itu sedang tutup. Menambah sunyi area itu.
Derap langkahku teratur. Tapi semakin lama, aku merasa derap langkah yang kudengar semakin banyak. Aku langsung berbalik ke belakang. Tak ada siapapun. Entah mengapa perasaanku jadi tak enak. Kuputuskan berlari.
Baru selangkah, tanganku sudah ditahan oleh dua orang pria. Lalu satu yang lainnya tiba - tiba sudah berada di depanku. Sial. Mereka tiga orang pembuat onar di kelasku tadi.