🏵🏵🏵
Polisi sudah mengusut Myungsoo. Dia dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan perihal penculikan yang dia lakukan. Meski dia akan segera dibebaskan. Eomma dan Appa mencabut tuntutannya. Myungsoo hanya dimintai wajib lapor selama enam bulan. Mereka meringankan hukumannya karena Myungsoo sendirilah yang menyerahkan dirinya ke polisi. Yah, Myungsoo yang asli.
Aku tak tahu keadaan sebenarnya. Myungsoo kembali normal setelah aku berhasil kabur bersama Eun Woo, The Hero. Yang jelas, hal itu bisa jadi kabar baik, untukku, untuk semuanya. Sepertinya. Semoga.
Aku melihatnya tadi. Dia keluar dari kantor polisi dengan wajah kusut dan sorot mata kosong.
Ah, dan rencana rehab itu. Mereka akan melakukannya.
Myungsoo hanya meminta satu hal pada mereka.
Tolong beri aku satu minggu, katanya. Dia ingin berada di rumah orang tuanya untuk satu minggu. Rumah besar yang hanya ditinggali Myungsoo seorang. Eun Woo sekarang diminta untuk tak ke rumah itu, begitu pesan Myungsoo. Entah apa maksud dan tujuan Myungsoo. Orang - orang itu mengabulkan permintaan Myungsoo.
Dan di sinilah aku, sedang duduk di atas sofa ruang tengah. Myungsoo sedang sibuk di dapur menyiapkan makan malam. Katanya dia ingin merayakan ulang tahunku. Tepat hari ini.
Sudah hampir seminggu Myungsoo terus memintaku menemaninya. Sepulang sekolah aku langsung meluncur ke rumah Myungsoo. Makan malam bersama. Nonton film bersama. Bercanda ria. Tertawa.
Dan hari ini adalah hari terakhir.
"Tenanglah. Aku sudah minum obat." Kata Myungsoo tatkala dia melihat ekspresiku yang tak tenang. Tak bisa kubayangkan betapa mengerikannya kepribadian misterius Myungsoo itu.
Kepribadian asli, Myungsoo: normal, baik, tapi sangat tertutup. Alter ego, L: menyeramkan, sangat mengintimidasi, dan tak segan menyakiti. Kepribadian misterius, masih tanda tanya: sangat menakutkan, tanpa basa - basi, dan tak segan membunuh; membunuh pakai racun.
Aku jadi seperti psikolog saja membuat kesimpulan perihal kepribadian Myungsoo ini.
"Setelah makan malam, aku akan mengantarmu pulang." Sahutnya seraya beraksi dengan pisau dapur. Satu lagi hal yang kusukai dari pria ini. Dia pandai memasak. Masakannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Aku melemparkan pandanganku ke arah TV di depan. Meski pikiranku tak sinkron dengan apa yang kutonton. Saat ini aku hanya memikirkan Myungsoo. Setelah ini, apakah aku tak akan bisa melihat Myungsoo lagi? Apakah Myungsoo akan dikurung selamanya di sana? Apakah Myungsoo akan menemukan wanita lain nantinya? Dan kemungkinan - kemungkinan lain yang sejujurnya ingin kuhindari.
"Makan malamnya sudah siap." Myungsoo mempersilahkanku menuju ruang makan. Kami saling berhadapan. Ada steak dengan saus barbecue, mashed potato, vegetable salad, dan yang paling penting, black forest dengan lilin - lilin warna - warni, di tengahnya ada tulisan ucapan selamat ulang tahun. Happy Birthday Bae. Semua buatannya.
Myungsoo tersenyum sambil memotong steak di depannya.
Sedari tadi dia memperhatikanku makan. Sesekali ia melirikku saat aku memasukkan potongan demi potongan daging itu ke dalam mulutku.
Aku tahu Myungsoo selalu melakukan itu. Namun kali ini ada hal aneh yang menggangguku.
Aku berhenti mengunyah. Kuraih gelas di sampingku. Karena gugup tanganku malah tersandung. Gelas itu jatuh. Pecah. Menimbulkan bunyi berisik yang cukup memekik sampai ke telinga. Kulihat Myungsoo sedikit tersentak.