Kicauan burung dari luar membangunkanku dari tidurku yang lelap."Hooaaaamm" Aku menguap sambil merenggangkan otot-ototku.
"Junnie-ya.. bangun.." Ujarku setengah sadar. Aku mengguncangkan sebuah gundukan besar yang ada di bawah selimut di sebelahku.
Karena ia tak kunjung bangun aku pun membuka selimut tersebut.
"Bantal?"
Ternyata yang ku bangunkan sedaritadi adalah sebuah bantal. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan mencari Jun. Aku mengetuk-ngetuk kamar mandi dan tidak ada jawaban samasekali. Aku pun berlanjut ke kamarku namun ia juga tidak disana. Mama dan papa juga belum bangun.
Aku pun mencoba untuk menelponnya. Namun nihil, ponselnya tidak aktif. Sudah kucoba berkali-kali namun tetap tidak bisa.
Aku sudah mencarinya ke seluruh ruangan yang ada di rumah ini tapi tidak ada juga. Aku terdiam sejenak dan berpikir.
Aku bergegas menuju kamar yang ditempatinya dan membuka lemari bajunya. Dan yang tersisa disitu hanyalah tiga buah barang. Sebuah liontin yang sangat indah, sebuah usb dan sebuah kotak berisi CD.
"A-apa maksudnya" Gumamku. Aku segera mengambil laptopku dan memasukkan usb tersebut.
Jantung ku berdegup kencang, memikirkan segala hal yang mungkin dapat terjadi.
Aku memencet satu-satunya file yang ada di dalam usb tersebut dengan nama "Wen Junhui".
Sebuah video pun muncul di layar laptopku. Menampilkan wajahnya yang sudah siap untuk berbicara.
"Huft... okay... it's me, Jun, kekasihmu. Aku tau mungkin aku sangat bodoh dan jahat karena telah melakukan ini, tapi aku tidak kuat melihat air matamu mengalir karenaku. Aku minta maaf. Beberapa hari yang lalu, saat kita ke rumahku, kau ingat surat itu? Ya, itu adalah surat dari orangtuaku yang memintaku untuk kembali ke Cina. Dan saat itu ternyata paman sudah membawa Chan ke Cina tanpa sepengetahuanku..."
Seketika jantungku terasa seperti telah berhenti berdetak. Buliran air mulai membasahi pipiku.
"....please don't cry, im so sorry. Sungguh maafkan aku yang pengecut tak sanggup untuk memberi tahumu dari awal. Besok pesawatku akan berangkat pukul 7. Jadi aku harus meninggalkan rumahmu pagi-pagi. Entah sampai kapan aku akan berada di Cina, tapi aku tidak akan bisa mengontakmu lagi setelah ini, suatu saat kau akan tahu alasannya. Aku akan sangat merindukanmu, dan aku tau kau pun begitu. Oleh karena itu, aku memberikanmu dua barang itu. Ya, liontin itu aku yang memilihnya, cantik bukan? Sepertimu. Jika dibuka akan ada foto kita didalamnya. Dan satulagi ada sebuah CD yang berisi lagu yang pernah ku buat untukmu. Itulah yang membuatku selalu terlihat sibuk belakangan ini, maaf.
Sayang, terimakasih telah mengisi hari-hariku ketika di korea dengan kebahagiaan dan rasa cinta. Titipkan salamku untuk mama dan papa, terimakasih juga untuk mereka. Ini bukan akhir dari kita, aku akan selalu mencintaimu. Jangan lupakan aku, tunggu aku sampai kembali. Wipe your tears, baby. I love you so much, always."
Video pun selesai. Tangisanku pecah. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak memperdulikan isakan kerasku yang mengisi rumah ini.
"Kenapa.. kenapa Jun?!?! Kenapa tidak memberitahuku? Kenapa kau pergi meninggalkanku begitu saja?? Kumohon, jangan tinggalkan aku Jun kumohonnn!" Tangisku histeris.
Suaraku yang keras mungkin telah membangunkan mama yang bergegas menghampiriku.
"Kau kenapa sayang??" Tanyanya cemas.
"Junnn!"
"Ada apa nak? Jun kenapa?" Tanyanya lagi. Tubuhku melemas di dalam rengkuhan mama.
"Ma... jun.."
"Kenapa sayang?"
"Dia.. dia meninggalkan kita ma, dia pergi ma dia pergii.." Lirihku.
"A-apa maksudmu?"
"Dia harus kembali ke Cina, dia bilang dia tidak akan bisa mengontakku lagi selama disana, dan entah kapan dia akan kembali, atau bahkan mungkin tidak akan kembali" Jelasku masih terisak.
"Astaga, sayang. Sabar, mungkin dia ada keperluan. Keluarganya pun ada disana. Mama tau kau sangat sedih, mama mengerti" Ujarnya sambil mengelus-elus kepalaku.
Aku hanya bisa pasrah sekarang di dalam pelukannya.
"Apa yang akan kulakukan tanpamu Jun.." lirihku.
***
Hari-hariku di sekolah menjadi sangat hampa. Bagaimana rasanya jika seseorang yang sangat kalian cintai meninggalkan kalian begitu saja tanpa sebuah kepastian kapan akan kembali. Ya, seperti itulah.
Aku mulai banyak diam, terkadang aku kehilangan konsentrasiku di dalam kelas. Pikiranku yang selalu dipenuhi dengan Jun membuat hatiku semakin sakit untuk mengingatnya. Mengingat bahwa aku bahkan tidak bisa berinteraksi lagi olehnya. Oleh orang yang sangat kucintai.
***
"Hey, jangan terus dibuat sedih. Justru kau harus membuatnya bangga. Kau harus bisa menjadi seorang desainer yang hebat hingga namamu bisa terdengar sampai kesana. Dengan seperti itu dia mengetahui bahwa kau baik-baik saja disini. Aku percaya padamu." Ujar Sejeong menenangkanku.
Aku tersenyum kecil ke arahnya.
"Terimakasih, Sejeong" Ujarku.
"Cheer up! Kau harus semakin giat berlatih dan belajar, agar bisa menjadi orang hebat! Kau bisa!" Hiburnya.
Aku pun tersenyum dibuatnya.
***
"You're just like a ray of sunshine in the spring rain
that shines onto my heart
Letting that flower bloom quietly"Aku selalu memutarkan lagu itu. Suaranya yang merdu yang selalu membuatku tenang.
"Aku tidak akan pernah melepasmu" Ujarku kepada liontin yang Jun tinggalkan untukku.
Aku membuka liontin tersebut.
"Aku sangat sangat merindukanmu Jun, tapi aku akan menunggumu, aku yakin kau akan kembali" Ujarku sambil mengelus foto yang ada di dalam liontin tersebut.
.
.
..
.
.
.Tbc