"Jun, sebaiknya jangan izin terlalu lama, aku senang sekali kau disini, tapi bukankah itu akan menyusahkanmu? Kau akan ketinggalan pelajaran, selain itu juga tugasmu akan menumpuk" Ujarku pada Jun yang sedang berkutat dengan ponselnya.
Sudah sekitar empat hari Jun tinggal disini dan ia selalu saja terlihat sangat sibuk. Ia sering ke luar yang katanya untuk mengurus sesuatu. Aku tidak mencurigainya, aku hanya cemas.
"Jun" panggilku karena tidak ada jawaban darinya.
"Iya? Oh, lusa aku akan kembali, tenang saja" Balasnya singkat. Aku pun mengangguk. Ia pun kembali dengan ponselnya.
"Junnn, kau kan sudah mengambil izin, apa kau hanya akan menghabiskan waktumu selama disini dengan ponselmu itu? Belakangan ini kulihat kau selalu serius dengan ponselmu" Ujarku sedikit kesal. Jun menoleh ke arahku dengan raut wajah yang risih.
"Bisa diam sejenak?? Aku bahkan sudah mengambil izin untukmu, Ini sangat penting, tolong mengerti!" Balasnya sedikit membentak.
Sontak, aku terkejut dan terdiam. Ini pertama kalinya ia membentakku. Bukan maksud aku melarangnya untuk seperti itu, hanya saja, aku tidak terbiasa. Ia selalu begitu lembut padaku.
"M-maaf, aku- akhh" Ia mengacak-acak rambutnya dan terlihat frustasi.
"Baik, aku mengerti, maaf" ujarku yang kemudian meninggalkan kamar yang ditempatinya.
Aku memasuki kamarku dan menutup pintunya.
"Hhhh" Aku menghela nafasku.
Aku mengambil sebuah kotak yang selalu berada di samping tempat tidurku, dan membukanya. Kotak itu adalah tempat menyimpan semua benda yang berhubungan dengan Jun. Bahkan bagian luar bungkusan cokelat yang pernah Jun berikan padaku ketika mendapat nilai bagus masih kusimpan.
"Ahaha" Aku tertawa melihat foto-foto saat kita bermain ski. Itu sangat menyenangkan.
Tok tok tok
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku segera menutup kotaknya dan menaruhnha di tempat semula.
"Masuk" ujarku.
Pintu pun terbuka dan memperlihatkan Jun yang sudah memerah matanya. Ia memelukku cepat.
"Maaf, sungguh, maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu, maaff" Ujarnya sambil terisak.
"Kau menangis?" Tanyaku sambil mengambil wajahnya dari pundakku. Air mata sudah membasahi wajahnya. Ku tangkupkan wajahnya dengan kedua tanganku.
"Hey, aku baik-baik saja, aku mengerti jika itu penting, don't cry, aku akan merasa sangat bersalah" Ujarku.
"Kau pasti tersakiti" Balasnya kembali memelukku.
"Well, aku hanya tidak menyangka, it's fine, itu hal biasa, apalagi mungkin kau sedang banyak pikiran, okay?"
"I'm sorry, aku mencintaimu" Ujarnya.
"Aku pun begitu" Balasku yang kemudian mencium keningnya.
Aku menatap wajahnya sejenak dan tertawa.
"Kau menangis hanya karena hal seperti itu? Ahahaha lucu sekalii" Ujarku sambil menyubit pipi kanannya.
"Yak! Itu bukan hal kecil! Aku baru saja menyakitimu" Balasnya cemberut.
"Ah yaampun, kurang beruntung apa aku mendapatkan lelaki sepertimu"
"Sebaliknya, aku yang sangat beruntung bisa mendapatkan seorang perempuan yang cantik paras maupun hatinya sepertimu"
Jun mendaratkan sebuah ciuman di bibirku. Aku pun membalasnya.
Beberapa saat kemudian, ia mengakhiri ciuman tersebut dengan sebuah gigitan kecil di bibir bagian bawahku.
"Ayo, makan! Kita belum makan malam, pasti mama sudah menunggu" Ujar Jun yang kemudian beranjak dan mengulurkan tangannya. Aku pun menggenggam tangannya dan bangkit dari dudukku.
Kami pun ke ruang makan dan menyantap makan malam yang sudah di siapkan oleh mama.
***
Malam ini entah mengapa aku tidak bisa tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.37 dini hari.
Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan berjalan menuju balkon kamarku. Bintang-bintang begitu terang malam ini. Aku mendudukkan diriku di bangku yang berada di balkon itu.
"Indahnya" ujarku sambil terus menatap langit malam tersebut.
Aku menoleh ke arah cahaya yang muncul dari jendela kamar Jun.
"Dia belum tidur?" Gumamku.
Aku pun bangkit dan keluar dari kamarku. Aku menuju ke depan pintu kamar Jun.
"Jun, kau belum tidur?" Ujarku dengan suara kecil di sela-sela pintu.
Tak lama kemudian Jun membuka pintunya dan menarikku masuk.
"Aku merindukanmu sampai tidak bisa tidur" ujarnya sambil memelukku.
Aku hanya terkekeh dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Tidur disini ya malam ini hehe kumohon" Ujarnya.
"Siap, kapten!" Balasku sambil melakukan gerakan hormat.
Aku dan Jun pun berbaring di bawah selimut yang sama. Kami sama-sama terdiam hanya memandangi langit-langit kamar.
"Your hair is as quiet as the dark night
Making me think of you from night till dawn
My long is hard to unravel
A riddle that can't be solved"Jun tiba-tiba menyanyikan beberapa baris lagu yang ia buat waktu itu. Aku menoleh ke arahnya.
"Kau ingat lagu itu?" Tanya Jun. Aku mengangguk.
"Can you sit by my side?" Ia menyanyikan lagi satu baris lirik pada lagu itu.
"Aku sudah disini Jun" Ujarku.
"Can I protect you by your side?" Lanjutnya lagi.
"Tentu saja, kau selalu bisa melindungiku, buktinya kau menyelamatkanku dari Jeonghan beberapa hari lalu" Ujarku.
Jun tersenyum.
"Bagaimana jika tidak 'selalu'?" Tanya nya.
"Apa maksudmu?" Tanyaku bingung.
"Ya, bagaimana jika suatu saat aku harus pergi, siapa yang akan melindungimu?"
"Kau akan pergi??" Tanyaku lagi.
"Ah, tidak, aku hanya bertanya. Anyways, kita harus tidur, ini sudah larut" Ujarnya.
Ia mencium keningku cepat.
"Goodnight, princess" Ujarnya.
Kepalaku yang tidak mencapai keningnya hanya bisa membalas ciuman tersebut di hidungnya.
"Goodnight, prince" Balasku.
Jun mengeratkanku ke dalam pelukannya. Setelah kurasa aku mulai mengantuk, aku memejamkan mataku.
.
.
..
Tbc