27

1.4K 214 2
                                    

Semenjak kepergian papa, nafsu makan ku sangat menurun. Perutku semakin rata setiap harinya.

Semenjak itu juga mama mulai mencari pekerjaan ke beberapa tempat untuk membiayai sekolahku yang tidak murah, yang seharusnya menjadi tanggung jawabku sebagai anak satu-satunya.

Namun usaha mama tidak terbayar karena selalu ditolak.

Dari situ pun aku terpikir untuk berhenti sekolah dan segera bekerja. Tapi mama selalu menyuruhku untuk tetap melanjutkan kuliah ku sampai lulus dan itu akan memakan waktu dua tahun lagi.

Sejeong pun selalu menyemangatiku. Tapi aku bahkan tidak bisa melihat mama kesusahan. Itu membuat hatiku tersiksa.

***

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu rumahku, membuatku menghentikan aktivitasku menjahit baju.

Aku pun bangkit dan membukakan pintunya.

Seorang pria berparas cantik dengan sebuket bunga berdiri di depanku.

"Hey" sapanya.

Aku melangkah mundur ketakutan.

Ya, dia adalah Yoon Jeonghan. Seorang pria yang pernah kusangka adalah teman baikku.

"M-maaf, kau tidak perlu takut, aku tidak akan melakukan apapun padamu, aku janji. Bisa kita bicara sebentar?"

"Disini saja" ujarku.

"Baiklah. Maafkan aku, sungguh. Aku sangat menyesali perbuatanku yang sudah lancang kepadamu. Aku sangat sangat menyesal. Aku pun tidak tahu apa yang aku pikirkan saat itu, aku benar-benar lupa, maafkan aku. Aku telah menghancurkan pertemanan kita karena ini, maaf" Ujarnya panjang yang kemudian mengulurkan tangannya.

Aku hanya melirik ke arah tangannya namun tidak membalasnya.

"Ah, aku mengerti jika kau belum bisa memaafkanku" Ujarnya lagi lalu menurunkan tangannya.

"Aku memaafkanmu, Jeonghan-ah. Tapi mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk aku berteman seperti dulu lagi bersamamu" Ujarku.

"B-benarkah?? Ah maksudku terimakasih. Aku janji tidak akan mengulanginya kembali, dan tidak masalah soal itu aku pun mengerti" Balasnya.

Aku mengangguk kecil.

"Oiya, maaf juga aku sudah telat berminggu-minggu tapi aku baru dengar beritanya beberapa hari yang lalu. Aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu, ini untukmu" Ujarnya sambil menyodorkan buket bunga yang sedaritadi ia pegang.

"Terimakasih jeonghan-ah"

"Jangan bersedih, aku yakin ayahmu sudah tenang sekarang. Dan terimakasih juga telah memaafkanku."

Aku pun tersenyum ke arahnya.

"Kalau begitu aku pamit dulu, sampai jumpa"

"Sampai jumpa"

Jeonghan pun pergi dari rumahku. Aku membalikkam badan dan kembali ke kamar dengan se buket bunga dari Jeonghan.

Kalau boleh jujur aku pun merindukan berteman dengannya. Aku merindukan sosok Jeonghan yang selalu menghibur, Selalu curang ketika bermain game haha. Aku merindukannya.

Tapi disaat bersamaan aku masih trauma olehnya. Meskipun waktu itu dia belum bertindak lebih lanjut tapi tetap saja. Kali ini Jun tidak ada, siapa yang akan menolongku jika itu terjadi lagi?

***


"Mama pulang" Ujar mama dengan wajah yang lesu.

"Gimana ma??" Tanyaku langsung menghampiri mama.

Mama menggelengkan kepalanya. Ya, lagi-lagi mama ditolak dari lamaran pekerjaannya. Hatiku terasa sakit melihat mama seperti ini.

"Ma, aku berhenti sekolah ya?"

"Apa?? Tidak! Kamu harus lulus sayang"

"Tapi ma, aku gak mau nyusahin mama, aku mau mama bahagia, aku ga bisa liat mama seperti ini ma" Ujarku.

Mama pun terdiam.

"Ma, di kamar ada beberapa baju yang sudah aku buat. Aku akan coba untuk menjualnya, dan jika orang suka, aku akan buat lebih banyak"

"Terimakasih sayang" Balas mama sambil tersenyum kemudian mencium dahiku.

***

Aku mulai mengambil foto baju-baju buatanku dan membuka online shop. Aku berharap akan ada banyak pembeli.




Spring • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang