"Seungkwan-ah, tolong kontak kembali perusahaan thailand yang waktu itu memesan baju, katakan saya sudah selesai membuatnya" Ujarku pada asistenku, Boo Seungkwan.
"Baik bos" balasnya.
Tiga tahun yang lalu aku memutuskan untuk berhenti kuliah, dan disinilah aku sekarang, di dalam apartemenku di lantai paling atas berkutat dengan beberapa tumpuk kertas di atas mejaku.
Aku tidak pernah menyesali keputusan ku itu.
Semenjak aku memutuskan untuk menjual baju-baju buatanku, banyak orang yang menyukainya karena desain nya yang unik. Dari situ aku mendapatkan penghasilan yang cukup banyak dan aku mulai membuat lebih banyak baju. Sampai akhirnya aku membuka sebuah butik yang juga cukup berhasil dan sekarang mempunyai banyak cabang di Korea. Setelah itulah namaku terdengar hingga ke negara-negara lain. Dan sekarang membuat baju untuk para artis dan orang-orang terkenal sudah seperti kebiasaanku.
Mama tinggal bersamaku. Aku senang mama tidak harus bekerja lagi. Tapi aku selalu belum puas untuk membuat mama bangga dan bahagia yang membuat diriku bekerja sangat keras.
***
"Seungkwan-ah, bagus tidak?" Tanyaku pada Seungkwan.
"Wah, siapa itu bos? Ganteng" Ujarnya.
Aku pun melirik ke arah bingkai foto berisi foto aku bersama Jun yang baru aku taruh di sebelah foto mama dan papa.
"Dia kekasihku" Balasku.
"Mwo?? Bos punya kekasih?? Saya sudah kerja sama bos sepuluh bulan kok saya baru tau?"
"Kamu belum jawab pertanyaan saya! Bagus tidak kalau saya taruh disitu?"
"Lebih bagus kalau di taruh di sisi satunya bos biar sisi kanan orangtua bos, sisi kiri kekasih bos, jadinya gak numpuk"
"Baiklah"
Aku pun menuruti perkataan asistenku itu.
"Jadi gimana bos? cerita" Ujar sengkwan.
"Apanya gimana?" Tanyaku.
"Ituuu bos kekasih bos ituu ceritaa" rengeknya.
"Nanti kalau saya nangis kamu yang beliin tisu ke supermarket ya"
"Nangis? Kenapa nangis bos kan kata bos dia kekasih bos? HAH APA DIA UDAH MENING-"
"Belum!" Balasku memotong pembicaraannya.
"Terus kenapa bos?"
"Dia itu pria yang paling baik yang pernah saya temui, dia perhatian, lembut, manis, dan tampan. Kami berhubungan sejak empat tahun yang lalu, sejak saya lulus SMA. Dia dari Cina, tapi tinggal disini karena orangtuanya membawanya kesini saat dia masih kecil lalu meninggalkannya di Korea. Namun tiga tahun yang lalu ia diminta untuk kembali ke Cina. Dan tanpa sepengetahuanku terlebih dahulu, ia pergi begitu saja dan meninggalkan surat yang isinya mengatakan bahwa ia tidak akan bisa mengontakku lagi ketika disana dan menyuruhku untuk selalu menunggunya. Sejak saat itu kami tidak pernah mengontak satu sama lain" Jelasku panjang.
Aku menoleh ke arah Seungkwan yang sudah meneteskan air mata.
"KENAPA JADI KAMU YANG NANGIS??" Ujarku kemudian menjitak dahinya.
"Eh hehe maaf bos, sedih. Terus bos? Kenapa bos masih setia nunggu tanpa kepastian? Saya jadi bos sih udah cari pria lain, yang kaya saya misalnya" Ujarnya. Aku menjitak dahinya sekali lagi.