Minggu yang begitu menegangkan telah berlalu. Ujian nasional telah usai. Kini tinggal menunggu hasilnya. Aku tidak ingin mengecewakan kedua orangtuaku, dan diriku sendiri. Aku yakin aku bisa memasuki universitas impianku itu.
***
"Hai" sapa seorang lelaki yang terlihat ramah.
"Hai?" Balasku bingung.
"Aku Lee Seokmin, dari kelas 12-5 kau bisa memanggil ku seokmin" ujarnya sambil menjulurkan tangannya. Aku pun menjabat tangannya.
"Hai seokmin, senang berkenalan denganmu." Balasku.
"Begini, maukah kau menjadi pasangan prom ku minggu depan?" Tanyanya sambil tersenyum lebar.
"Prom?? Astaga aku melupakannya. Haruskah aku menerimanya?"
Aku menolehkan kepalaku kepada Yeonji yang berada di sebelahku. Ia tersenyum sambil mengangguk mantap.
"Baiklah"
"YES!"
Aku menatap Seokmin itu dengan bingung.
"A-ah maaf, terimakasih. Bagaimana jika nanti sepulang sekolah kita makan siang bersama? Kita baru berkenalan, aku ingin lebih mengenalmu" ujarnya.
"Aku tidak keberatan" balasku.
"Baiklah aku akan menunggu mu di basement nanti, sampai jumpa!"
Kami pun berpisah.
"Kau mengenalnya?" Tanyaku pada Yeonji.
"Iya, aku sekelas dengannya di kelas 10" balasnya.
Aku menganggukkan kepalaku mengerti.
"Dimana ada dia pasti ada keramaian. Dia tipe orang yang seru dan menyenangkan. Penghibur dan sangat ramah. Bagaimana menurutmu? Tampan?"
"Yaa, dia manis. Dia juga terlihat ramah" balasku.
"Jadikan ini kesempatanmu untuk berpindah dari Jun"
"Sepertinya itu mustahil. Aku sudah terlanjur mencintainya, Yeonji."
"Hhh, baiklah, aku hanya ingin yang terbaik untukmu"
***
Sepulang sekolah aku segera menuju basement untuk menemui Seokmin.
Sesampainya di basement, aku mendapatkan seokmin yang sedang menunggu. Ia mengenakan jaket berwarna hitam polos yang lengannya digulung hingga sikut membuatnya terlihat keren.
"Hey" sapaku.
"Oh, hey! Ayo kita berangkat. Pakai motor tidak masalah kan?" Tanyanya.
"Tentu" balasku.
"Apa kau ada jaket?" Tanyanya lagi.
Aku menggelengkan kepalaku.
Ia membuka tasnya dan mengeluarkan jaket yang sama seperti yang dipakainya hanya saja yang ini berwarna putih.
"Pakailah ini, kau bisa masuk angin jika tidak" ujarnya sambil menyodorkannya padaku.
"Terimakasih" ujarku sambil memakainya.
"Apa kau selalu membawa 2 jaket?" Tanyaku sambil tertawa kecil.
"Tidak. Aku sudah merencanakan untuk mengajakmu makan sejak tadi malam, aku pikir kamu tidak akan membawa jaket ke sekolah, jadi aku bawa jaket itu, hehehe" balasnya sambil menggaruk kepala bagian belakangnya yang kuyakin tidak gatal.
"Begitu, baiklah terimakasih"
"Ayo"
Ia pun menuntunku ke tempat dimana motornya berada.
Setelah duduk di belakangnya, ia mulai menjalankan motornya. Tanpa sengaja, mataku mendapatkan sosok yang sedaritadi memperhatikan kami. Wajahnya begitu familiar untukku. Ya, dia Jun. Ia menatapku dingin sambil menggertakkan rahangnya yang membuatku sedikit takut. Aku pun segera menghadapkan wajahku ke lain arah untuk memutuskan kontak mataku dengannya.
Di tengah perjalanan, aku menikmati angin musim gugur yang terus menerpa wajahku.
Musim gugur memang dingin. Namun seragam musim gugur yang cukup tebal sudah cukup untuk menghangatkanku, jadi aku jarang membawa jaket.
Motor yang dibawa Seokmin pun berhenti di depan sebuah kedai sup.
"Sudah sampai" ujarnya.
Aku pun turun dari motornya.
Kami memasuki kedai tersebut dan memilih tempat duduk di dekat penghangat.
"Ini tempat langgananku, percayalah sup disini enak sekali" ujarnya.
"Kalau begitu aku akan pesan apa yang kau pesan" balasku. Ia mengacungkan jempolnya.
"Ibu! 2 mangkuk seperti biasa!"
"Siap, pangeran! Hahaha"
Aku pun ikut tertawa melihatnya.
Sambil menunggu pesanan, kami berbincang untuk lebih mengenal satu sama lain. Mulai dari tempat lahir, hobi, hingga aktivitas sehari-hari. Ternyata benar, Seokmin adalah orang yang sangat seru dan asik. Sudah berulang kali ia membuatku tertawa hingga perutku sakit.
"Jadi, apa kau tertarik dengan seseorang?" Tanyanya.
"Ya, begitulah" balasku sedikit sedih.
"Ada apa? Ceritakanlah" ujarnya.
"Kau tau Jun?" Tanyaku.
"Wen Junhui? Siapa yang tidak tau dia" balasnya.
"Sudah sekitar 4 bulan aku berteman sangat dekat dengannya. Itu semua karena ia ingin aku membantunya untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Namun sepertinya aku salah mengartikan perlakuannya yang selama ini begitu manis padaku. Aku mulai menyukainya, bahkan mencintainya. Tapi ia lebih memilih untuk bersama Soora. Aku mulai menjauhinya sejak itu demi kebaikanku dan juga kebaikan dia. Karena jika ada kesalahpahaman, kau tau sendiri Soora seperti apa. Akhirnya sekarang aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya." Jelasku panjang lebar, dan secara tidak sadar aku mulai meneteskan airmataku.
Seokmin segera menghapus air mataku dengan ibu jarinya.
"Jangan bersedih, jika dia memang untukmu, dia akan kembali. Jangan khawatir" ujarnya dengan senyum lebar khasnya.
Aku mengangguk kecil.
"Toktok"
"Siapa?"
"Lee seokmin"
"Lee seokmin siapa?"
"Lee seokmin si anjing laut!"
Ia pun menirukan gaya anjing laut yang berhasil membuatku tersenyum.
Hingga akhirnya ibu pemilik kedai membawakan dua mangkuk sup ke arah meja kami.
"Kekasihmu? Cantik sekali" Tanyanya pada seokmin sambil menaruh kedua mangkuk tersebut di atas meja.
"Doakan saja" bisik Seokmin kepada ibu itu yang masih terdengar olehku.
Kami pun menyantap sup yang sangat enak itu tanpa perbincangan karena rasanya yang terlalu enak.
***
"Terimakasih Seokmin-ah"
"Aku pulang dulu, sampai jumpa!"
Aku pun melambaikan tangan padanya yang sudah menjauhi rumahku.
Aku masuk ke dalam rumah dan menuju kamarku. Tingkah laku Seokmin yang lucu selalu tiba-tiba muncul di kepalaku yang membuatku sesekali ketawa karenanya.
Aku senang telah mengenal orang baru yang sepertinya. Ia telah menghiburku hari ini.
"Terimakasih Seokmin-ah" gumamku.
***