38

1.4K 197 2
                                    

"Jun" Panggilku sambil duduk di dekat jendela kamarku dan menatap ke luar.

"Hmm?"

"Kau kekasihku kan?" Tanyaku.

"Benar"

"Tidakkah kau sedih aku kehilangan memoriku tentangmu?" Tanyaku lagi.

Jun yang sedang membaca buku pun menghentikan kegiatannya. Ia menghampiriku yang masih duduk lalu menggenggam kedua tanganku dan berjongkok di hadapanku.

"Tentu, aku sangat sedih. Benar-benar sedih. Terkadang aku menangis di malam hari berharap kau akan segera mengingat semua memori indah yang pernah kita lewati bersama. Aku bahkan tidak bisa menjagamu lagi saat kau tidur sekarang, aku mengerti, kau belum bisa terbiasa lagi denganku. Tapi aku sangat mencintaimu, aku akan bersabar untukmu. I'll always be here for you no matter what. Bahkan selama kau belum bisa mengingatku, aku akan tetap menjagamu dan berharap yang terbaik untukmu" Ucapnya. Ia kemudian tersenyum kepadaku. Senyuman tulus yang selalu kudapat darinya.

Aku pun bangkit dari dudukku dan mengarahkan Jun untuk berdiri. Aku memeluknya erat untuk pertama kalinya sejak ingatanku hilang. Jantungku berdegup kencang dan tak biasa. Kurasa aku mencintainya.

"Maafkan aku Jun" Ujarku.

"Hey, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua salahku yang belum bisa menjagamu dengan baik saat itu" Balasnya.

"Aku mungkin seperti baru mengenalmu Jun, tapi aku tau kau pria yang baik"

Jun mengelus rambutku dan mencium puncak kepalaku. Lagi-lagi jantungku berdetak tak karuan. Aku bisa gila karenanya.

***

"Seungkwan, kau tau dimana tempat menaruh sapu? Kamarku kotor sekali" Ujarku.

Lantai kamarku memang terasa sedikit berdebu beberapa hari ini.

"Ah, sebentar, aku yang ambil" Ujarnya.

Tak lama kemudian ia pun datang dengan sebuah sapu dan serokan.

"Mau aku aja yang nyapu?" Tawarnya.

"Tidak usah, biar aku aja"

Aku pun mengambil sapu tersebut dari tangan Seungkwan.

Aku mulai menyapu lantai kamarku yang sedikit kotor. Mulai dari kolong kursi, meja, hingga kolong tempat tidur.

Namun saat aku sedang membersihkan kolong tempat tidur, aku merasakan sapuku menyentuh benda yang cukup keras. Aku pun menaruh sapu tersebut dan melihat ke kolong tempat tidurku.

Aku menemukan sebuah kotak besar berwarna cokelat. Aku pun menariknya keluar. Kotak tersebut bertuliskan "Jun".

Aku pun membukanya.

Kotak tersebut berisikan banyak sekali benda yang akh tidak tau milik siapa. Banyak juga foto-fotoku bersama Jun tersimpan di dalamnya.

Aku mengambil salahsatu foto tersebut dan melihatnya.

Seketika kepalaku terasa sedikit sakit. Sebuah memori lewat di benakku namun aku tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Terasa familiar.

"Apakah aku baru saja mengingat sesuatu?" Gumamku.

"JUNNNN" Ujarku.

"Kenapa?? ada apa??" Jun terlihat panik saat memasuki kamarku.

"Hehe, sini deh"

"Astaga bikin orang jantungan saja"

"Lihat ini semua. Memori kita. Kumohon bantu aku mengingatnya Jun" Ujarku.

Ia pun menatap ke arah kotak tersebut. Dengan perlahan ia melihat isinya satu per satu. Ia tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia meneteskan air matanya.

"K-kau menyimpan semua ini?" Tanya Jun padaku.

"Aku.. tidak ingat, Jun" balasku.

Jun menangis di hadapanku. Aku menariknya ke dalam pelukanku dan mencoba untuk menenangkannya.

"Jun, maafkan aku. Kumohon bertindaklah seperti saat aku masih mengingatmu, dengan seperti itu akan semakin mudah memoriku kembali lagi" Ujarku.

Ia pun mendongak. Ia menatapku dalam seolah-olah ingin membuatku tenggelam di dalam bola mata indahnya yang berwarna cokelat tua.

Ia mengelus pipiku lembut.

"Baiklah kalau begitu" Ujarnya. Ia pun mendekatkan wajahnya dengan wajahku dan mendaratkan ciuman di bibirku.

Aku yang sangat terkejut membuka mataku lebar. Jantungku berdegup kencang. Namun lama-kelamaan aku menutup mataku dan membalas ciumannya.

Bibir itu terasa sangat familiar di bibirku.

Setelah cukup lama, Jun melepasku.

"I love you" Ujarnya.

"I.."

"I love you too" balasku gugup.

Ia menyelipkan rambutku di balik daun telingaku dan tersenyum padaku.

"Aku akan membantumu dengan sabar, baby. Tenang yaa" Ucapnya.

Aku pun mengangguk.


Spring • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang