"Yes! Sedikitt lagii" ujarku sambil menjahit motif luar baju yang aku buat. Melakukan ini membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi karena jika salah sedikit sulit untuk memperbaikinya.
"Daann.."
"Selesaiii"
Aku pun mengambil gunting untuk memotong benang yang masi tersangkut dengan jarum yang aku pegang.
BRAKK
"Akhhh" rintihku.
Jariku tertusuk jarum tersebut dikarenakan terkejut oleh suara keras dari luar kamarku.
"Suara apa itu" gumamku. Aku pun bangkit dari dudukku dan keluar dari kamarku, mengabaikan jariku yang sedikit mengeluarkan darah.
"ASTAGA! PAPAA!"
Aku menemukan papa yang tergeletak di depan kamarku dengan serpihan gelas pecah di tangannya.
"MAMAA, TOLONGGG" Ujarku panik. Jantungku berdetak dengan kencang.
"Ada apa- ASTAGA SAYANG!" Mama yang baru keluar dari kamar segera berlari ke arahku.
"Tadi tiba-tiba papa gak sadar diri maa" ujarku.
"Telpon ambulans!!" Balasnya. Aku pun segera menurutinya.
***
Setelah menunggu beberapa saat, terdengar sirene ambulans mendekati rumahku. Aku pun langsung membukakan pintu untuk mereka.
Beberapa orang ber seragam putih pun masuk dan menggotong papa.
"Pa, ku mohon bertahanlah" ujarku.
Aku dan mama pun ikut memasuki mobil ambulans itu dan berangkat ke rumah sakit.
Aku hanya bisa berdoa di dalam perjalanan agar papa dapat segera pulih.
***
Sesampainya disana papa langsung di larikan ke UGD.
Aku dan mama menunggu hasil pemeriksaan di kursi yang tersedia. Mama menggenggam tanganku erat. Aku pun memeluknya untuk menenangkannya walaupun aku sendiri tidak tenang samasekali saat ini.
Setelah cukup lama diperiksa, dokter pun menghampiri kami.
"Bu, apakah suami anda selama ini sering sakit-sakitan?" Tanya dokter.
"Dia selalu merasa pusing dan kelelahan, terkadang emosinya tidak bisa ditebak, tapi saya hanya memberikan obat sederhana" Jelas mama.
"Melalui pemeriksaan, sepertinya suami ibu telah mengalami depresi sejak lama, yang seharusnya ditangani oleh seorang dokter, dan tadi suami ibu mengalami serangan jantung, ini bisa terjadi karena pekerjaan yang terlalu berat"
"Dan mohon maaf, kami belum bisa menolong anda, kami turut berduka"
"Maksud dokter apa???" Tanya mama panik.
"Suami anda telah meninggal dunia"
Saat itu lah dadaku terasa sakit.
Mama pun berlari ke tempat papa.
"A-apa?? Dokter pasti salah, ini gak mungkin dok! Kumohon coba periksa kembali dok! Tolong!" Ujarku.
"Maaf, kami sudah mencoba semaksimal mungkin tapi jantungnya sudah berhenti berdetak"
Aku pun menyusul mama ke tempat papa dan mendapatkannya sudah terisak sambil memeluk papa.
Buliran air mulai menetes dari mataku. Aku mendekat ke ranjangnya dan menggenggam tangannya.
"Pa.. maafkan aku belum bisa membanggakan papa, kenapa papa harus pergi begitu cepat?" Lirihku. Tangisanku kembali pecah.
Mama pun memelukku dan mengelus kepalaku.
"Kita harus merelakan papa pergi sayang" Ujar mama masih terisak.
***
Beberapa tangkai bunga ku taruh di atas tanah berbatu yang sudah menutupi papa.
Aku melihat mama mengelus batu nisan yang sudah terukir nama papa di atasnya.
"Semoga papa tenang disana" Ujarku.
Aku dan mama pun beranjak. Dengan berat hati, kami pun melangkah menjauh dari tempat papa sekarang.
Menuju rumah yang akan terasa sepi, hampa, tanpa kehadiran seorang papa yang sangat hebat. Yang sangat kami cintai.