9

2.3K 350 8
                                    


Satu minggu lagi kami akan menghadapi ujian nasional. Sudah banyak persiapan yang aku lakukan dan aku yakin aku sudah siap. Aku sangat memperjuangkannya karena untuk memasuki universitas impianku dilihat dari nilai ujian nasional dan aku tidak akan bersantai-santai karena ini impianku sejak kecil untuk menjadi seorang desainer. Oleh karena itu aku memperjuangkan sekolah desain terbaik di Korea.

Namun terkadang di sela-sela belajarku, pikiran tentang Wen Junhui masuk ke kepalaku begitu saja. Sudah satu setengah bulan kita tidak berinteraksi sama sekali. Aku sangat merindukannya. Menatapnya saja sudah membuatku sedih. Dan ketika aku benar-benar merindukannya aku akan membuka ponselku dan melihat wallpaperku yang berisikan aku dan Jun yang sedang bermain ayunan di taman kesukaan kami. Kami terlihat bahagia di foto itu. Seperti dua sahabat yang sudah berteman sejak kecil.

Kalian mungkin heran mengapa aku harus menjauhi Jun. Aku hanya tidak ingin adanya kesalahpahaman diantara kita. Dan aku juga tidak ingin dia disakiti oleh kekasihnya itu. Aku pun ingat sebuah kalimat yang pernah Yeonji katakan kepadaku.

"Terkadang kita harus rela menahan sakit dan sedih demi melihat orang yang  kita cintai bahagia"

Jika Jun memang bahagia bersamanya, aku pun akan senang. Namun yang aku lihat selama ini bukanlah Jun yang ceria melainkan Jun yang selalu terlihat lesu. Dan aku sangat mengkhawatirkannya.

***

Semakin harinya nilai Jun semakin bagus. Bahkan di hasil uji coba minggu kemarin ia mendapatkan rata-rata 90 yang membuat guru dan para siswa terkejut.

Aku sangat bangga padanya. Aku sangat yakin bahwa dia akan mendapatkan hasil yang bagus Ujian Nasional nanti dan dia akan masuk ke universitas impiannya di Busan.

***

Kriiingg kriiiingg

Bel istirahat berbunyi.

"Ayo kita makan bersama" ujar Yeonji sambil menarik lenganku.

"Ah, Maaf aku sudah kenyang tadi pagi aku makan banyak" ujarku yang dibalas oleh anggukan dari Yeonji.

"Baiklah kalau begitu, aku makan dulu, byee"

"byee"

Aku memutuskan untuk pergi ke atap sekolah untuk sekedar menikmati pemandangan dari atas.

Aku menelusuri tangga satu persatu yang mengantarkanku ke atap sekolah. Namun ketika aku membuka pintu atap, aku disambut oleh sebuah pemandangan yang tidak mengindahkan suasana hatiku.

Aku mendapatkan Soora yang sedang memeluk pinggang Jun sambil menyandarkan kepalanya di dadanya.

"Oppa" ujarnya.

"Hm?" Balas Jun.

Soora mendongakkan kepalanya untuk menatap jun yang jauh lebih tinggi darinya.

"Kau mencintaiku kan? Aku mencintaimu, oppa" ujar Soora.

"Hhhh" Jun menghela nafasnya.

"Soora-ya, kau tahu bahwa aku sangat sangat mencintai-"

Brakk

Aku menutup pintu tersebut dengan keras dan segera kembali ke kelas tidak ingin mendengar kelanjutan dari kalimat yang sudah pasti akan membuat hatiku sakit.

Aku tidak menangis. Sudah begitu banyak luka yang diberikan olehnya.

***

"Kau masih memikirkannya?" Tanya Yeonji di dalam bus sepulang sekolah.

"Memikirkan apa?" Tanyaku kembali.

"Jun" balasnya.

Aku mengangguk.

Spring • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang