3

3.3K 487 2
                                    

Matahari pagi yang menyinari wajahku membangunkanku dari tidurku yang lelap.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Aku pun bangkit dari tempat tidurku dan membantu mama membuatkan sarapan. Papa masi terlelap di tempat tidurnya. Pasti ia lelah karena pekerjaannya.

Setelah sekitar setengah jam, aku dan mama pun akhirnya selesai menyiapkan sarapan. Mama kemudian membangunkan papa dan mengajaknya untuk sarapan bersama.

Aku sangat meridukan masa-masa seperti ini. Sebelum aku beranjak dewasa dan dipenuhi dengan segala kesibukkan sekolah, serta papa yang semakin banyak pekerjaannya sehingga harus lembur setiap hari. Aku sungguh merindukannya.

Ditengah-tengah kegiatan sarapan, tiba-tiba papa bertanya.

"Kamu belum punya kekasih? Sebentar lagi kuliah lho, papa ingin cepat-cepat punya cucu"

Aku tersedak mendengar perkataan papa dan langsung meneguk air putih yang berada di dekat piringku. Terlihat mama yang sedikit menyenggol papa dengan lengannya.

"Entahlah pa, aku belum tertarik" balasku.

"Ya, mama harap kalau kau punya kekasih, dia orangnya baik hati, pintar, sopan, dan tegas" lanjut mama. Aku hanya tersenyum kecil.

Suasana sarapan bersama pun menjadi sedikit canggung akibat pertanyaan papa tadi. Aku pun memutuskan untuk mencairkan suasana.

"Jadi pa, bagaimana papa di kantor? Apa semua baik-baik saja? Ada kah hal yang seru terjadi di kantor papa?" Tanyaku.

Papa pun bercerita tentang banyak hal yang dialaminya minggu ini, dan aku sangat senang akan hal itu.

***

11.00

"Ah bosannyaa" gerutuku sambil menatap layar ponselku yang kosong.
Aku kemudian secara tidak sengaja melihat sudut layar ponselku yang memperlihatkan hari saat ini.

Sabtu.

Apa aku melupakan sesuatu?

"AH, YATUHAN" pekikku.

"Hari ini aku janji membuat tugas makalah bersama Jun, bagaimana ini aku belum mandi, ya ampun. Baiklah aku harus bergegas" aku berkutat sendiri di dalam kamar.

Aku pun segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke cafe sebrang sekolah yang beberapa hari yang lalu Jun beritahu.

Setelah selesai, aku langsung pamit kepada mama dan papa untuk mengerjakan tugas.

***

Aku terduduk di dalam bus sambil terus melirik jam tanganku.

11.40

Masih dua puluh menit lagi.

Setelah sampai di halte tujuan ku, aku pun turun, dan segera berjalan cepat menuju cafe tersebut.

Sesampainya disana, aku belum melihat tanda-tanda keberadaan Jun. Aku pun merasa lega dan segera mengambil tempat duduk di dekat jendela agar aku bisa sesekali melihat ke luar.

"Permisi, mau pesan apa?" Tanya seorang pelayan menghampiriku.

"Bisakah aku memesan nanti? Aku masih menunggu temanku datang" ujarku.

"Baiklah"

"Terimakasih"

***

Sudah sekitar 45 menit dan Jun belum datang juga.

"Mungkin aku harus menghubunginya" ujarku sambil mengeluarkan ponselku.

"Ah aku lupa aku tidak memiliki kontaknya" lanjutku.

Aku pun memutuskan untuk mulai mengerjakan makalahnya sambil menunggu dia datang.

***

Aku memesan minuman untuk diriku yang kehausan menunggu Jun yang belum kunjung datang.

Aku memerhatikan ke luar jendela mengharapkan sosok orang yang kutunggu.

Sekarang sudah dua jam. Makalahnya sudah selesai dan Jun tidak datang juga.

Aku pun menghela nafas.

"Bodoh. Kau bodoh. Apa yang kau harapkan? Mana mungkin seorang Wen Junhui akan datang di hari sabtu untuk mengerjakan tugas. Kau telah dibodohi olehnya" gerutuku pada diri sendiri.

Aku pun beranjak dari tempat duduk tersebut dan pulang ke rumah.

***

Drrtt drrtt

Getaran dari ponselku membangunkanku dari tidurku yang nyenyak.

Nomor tidak dikenal.

Siapa yang menelpon pukul tiga pagi?

Aku pun mengangkatnya.

"Hey, ini aku, Jun, maafkan aku kemarin tidak datang, bisakah besok-"

"Makalahnya sudah selesai, silahkan melanjutkan istirahatmu kembali Wen Junhui"

Klik

Aku memotong ucapannya dan memutuskan telpon nya.

"Ganggu saja!" ketusku dan segera kembali tidur.

Di hari minggu itu ponselku tidak berhenti-berhentinya bergetar. Namun aku menghiraukannya, mengetahui bahwa semua notifikasi yang masuk itu dari Jun.

Spring • Junhui ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang