Alvan membuka matanya dan matanya pas ke arah jam dinding yang bertengger di dinding kamarnya.
Jam 06.30
Alvan membulatkan matanya. Ini hari senin. Itu artinya harusnya ia masuk jam 06.00 karena ada upacara. Dia telat 30 menit. Bisa gawat.
Alvan bangkit dari kasurnya malah ia terlilit sama selang infusnya sendiri. Alvan berdecak kesal ia lupa kalau semalam ia drop tapi Alvan gak boleh bolos untuk hari ini dan seminggu kedepan bahkan kalau bisa seterusnya sampai akhir bulan.
Karna sudah mau kenaikan kelas, guru-guru biasanya mengadakan ulangan. Entah dadakan atau diberitahu tapi ada saja nilai ulangan harian yang harus mereka masukan ke dalam rapor nanti. Alvan dengan telaten membuka infusnya pelan-pelan agar darahnya tidak mengucur seenaknya diawal pagi harinya.
Setelah infusnya terlepas, Alvan langsung membuka nasal cannulane lalu menghirup udara dikamarnya sebanyak mungkin dan ia hembuskan setelah merasa bahwa dirinya aman dan baik baik saja Alvan berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya dengan kilat lalu mencuci tangannya sampai sebatas lengan dan kakinya juga. Tidak ada waktu untuk mandi, ini saja dirinya sudah telat.
Alvan menganti piyamanya dengan seragan putih abu abu kebanggaan SMA Tunas Bangsa. Setelah ia mengaca dan memberi rambutnya yang pirang sejak lahir itu dengan sedikit gel rambut serta ia juga tidak lupa menyemprotkan parfum yang benar-benar banyak biar teman temannya tidak tahu kalau dirinya belum mandi.
"Ganteng juga gua, okke lets go!" Alvan mengambil tassnya yang ada dimeja belajar tapi ia mengerutkan dahinya ketika ada surat dari Alvin disitu
Gak usah sekolah dulu. Lu harus bener-bener istirahat kalau lu gak mau lu mati konyol disekolah. Itu saran gua
Alvin yang ganteng
Alvan terkekeh sendiri kembarannya memang begitu mulutnya sedikit pedes tapi Alvan tahu itu cara Alvin buat ngungkapin rasa sayangnya.
"sorry vin, gua gak nurutin elu"
Alvan berlari kecil menuju garasinya dan pelayannya tidak berani menegur Alvan karena kalau dicegah juga percuma sifat Alvan keras kepala.
Cuman 6 menit versi mengebut Alvan, Alvan sudah sampai disekolah. Alvan memakirkan mobilnya didepan warung 'Mak Karni' alias tempat bolos anak-anak SMA sekolahnya dan terkadang juga sekolah lain.
"Mak... Nitip ya" pesan Alvan yang dipanggil Mak itu menganggukan kepalanya "ya udah sana. Wes telat awakmu le"
Alvan sekarang di belakang gerbang sekolah bingung sendiri. Ia sendari tadi mengusap kepala belakangnya yang sebenarnya masih pusing karna efek samyang kemarin tapi ia harus mengikuti ulangan harian. Kasian teman-temannya kalo tidak ada Alvan, nilai mereka akan jeblok bahkan bisa-bisa gak naik kelas.
Alvan berusaha memanjat pelan-pelan ke gerbang belakang sekolah setelah berhasil Alvan menepuk sedikit bagian badannya yang kotor dan menegakkan badannya yang sebenarnya tidak terlalu kurus.
"eh van, loncat juga?"
Alvan merasa diajak bicara menoleh ke belakang lalu tersenyum melihat temannya, Alex juga loncat.
"iya. Telat. Kemarin kemaleman tidurnya"
"Halah. Biasanya juga pagi juga lu tidur"
Alvan terkekeh pelan dan bahunya dirangkul Alex untuk berjalan menuju kelas mereka dengan mengendap-ngendap. Jangan sampai ketahuan kalau tidak bisa-bisa dihukum push up 50 kali oleh pak bahrun.
KAMU SEDANG MEMBACA
A
Teen FictionBagi Alvin, Alvan adalah segalanya. Alvan adalah nafasnya, Alvan denyut nadinya, Alvan adik sekaligus keluarga satu-satunya. Dirinya bahkan merelakan apapun bagi Alvan. Apapun. Agar Alvan tetap disampingnya dan berjuang dengannya. Bagi Alvan, ia mem...