Alvan sudah cengar-cengir didepan pintu kelas Alvin ujian. Alvin yang sudah keluar langsung memundurkan muka Alvan dengan tangannya "Najis"
Alvan mengikuti Alvin sampai parkiran. Alvin yang merasa risih mengendus sebal "Kenapa?"
Alvan merengut dan memasang muka manjanya ke Alvin "Jangan galak-galak napa"
Alvin berdecak kesal "Apaan sih. Gua capek pengen pulang"
Alvan mengangguk "Gua izin ya. Nginep"
Alvin mengerutkan dahinya "Tega lu ninggalin gua sendiri dirumah?" Alvan langsung mengelengkan kepala saat Alvin sudah memasang muka yang sebenarnya datar tapi Alvan menganggap muka memelas Alvin.
"Enggak jadi. Iya gua pulang. Jam 10 ya"
Alvin mengangguk. Ia sebenernya sudah pusing gara-gara soal Kimianya yang super duper sulit dan rasanya pengen pulang. Alvan meminggirkan tubuhnya saat mobil Alvin sudah berjalan meninggalkan sekolah.
"Eh, gua gak bisa nginep di Alex. Alvin entar sendirian dirumah. Oh ya, gua beli cemilan dulu kalian duluan aja kerumah Alex" ucap Alvan saat sudah diparkiran mobil teman-temannya.
"ya udah deh. Ketemuan disana aja ya?"
Semua setuju atas pernyataan Daniel toh mereka juga bawa kendaraan sendiri-sendiri dan tidak mungkin ditinggal disekolah ini walaupun satpam disini 24 jam.
Semua sudah memasuki mobil dan meninggalkan sekolah satu persatu tertinggal Alvan dan juga Daniel saja. Daniel tersenyum menatap Alvan "gua duluan ya, ke parkiran motor!"
Alvan mengangguk "hati-hati bawanya"
Daniel langsung ke parkiran motor dan menghilang dari penglihatan matanya. Alvan menghela nafas, sebenarnya dirinya masih lemas karna insiden tadi bahkan tangan kanan-nya masih lemas walaupun sudah kembali normal.
Alvan menghela nafas ia tidak tahu apa yang sedang terjadi didalam tubuhnya kalau dia tidak mengikuti prosedur pengobatan yang semestinya. Tapi, ia juga tidak bisa menarik ucapan bahkan sumpahnya saat ia kesal dengan dokter Raihan dan Alvin. Ah, Alvan pusing sendiri jadinya.
Alvan menatap Alana didepan gerbang sekolah sendirian ingin rasanya melangkah tapi sudah dicegat duluan oleh Nadia-anak kelas 11 MIPA-03.
"Ah mantan mau jahilin calon pacar rupanya" lirihnya saat melihat nadia tiba-tiba sudah menjambak rambut Alana.
"kok calon pacar sih? Ih ogah" ucap Alvan lagi saat sadar atas perkataanya.
Alvan langsung berlari saat Nadia sudah seperti mengancam Alana entah apa. Alvan berjalan kecil saat sudah merasa dekat dengan mereka.
"Awas aja lu deketin Alvan!" ancam Nadia keras.
"Belum bisa move on, Nad?"
Nadia serta Alana langsung menoleh ke pemilik suara alias Alvan yang sudah melipat tangannya didada dan tersenyum manis.
Alvan bisa melihat wajah Nadia yang memerah malu dan marah. Alvan terkekeh "lagian buat apa sih kamu cemburu, Nad? Bukannya kamu yang mutusin aku gara-gara papa kamu gak setuju sama kita?"
Nadia terdiam. Alvan jadi ingin tertawa saat ini dan mengulas senyum miring saja sudah cukup "ya udah. Kita udah jadi mantan. Kamu juga udah tunangan sama orang" ucap Alvan sambil melirik cincin yang terlingkar dijari manis Nadia.
"jadi, kalau aku punya seseorang yang spesial lagi gak masalah dong? Kan kamu juga udah punya, Nad. Gak boleh egois. masa kamu udah ada, aku belum" ucap Alvan pura pura kesal.
Alvan menarik Alana untuk berjalan bersamanya menuju parkiran mobil dan meninggalkan Nadia yang sudah marah dan malu didepan gerbang.
Alvan membuka pintu mobil dan mempersilahkan Alana masuk. Alana menatap Alvan membuat Alvan berdecak "ya udah masuk aja. Gua anter"
KAMU SEDANG MEMBACA
A
Teen FictionBagi Alvin, Alvan adalah segalanya. Alvan adalah nafasnya, Alvan denyut nadinya, Alvan adik sekaligus keluarga satu-satunya. Dirinya bahkan merelakan apapun bagi Alvan. Apapun. Agar Alvan tetap disampingnya dan berjuang dengannya. Bagi Alvan, ia mem...