Dunia malam

3.8K 334 10
                                    

"ALVAN!"

Teriakan menggema dari Alvin yang baru menginjakan kakinya dirumah membuat para pekerja dirumahnya menghindar dari Alvin. Percayalah tatapan marah dan murka seorang Alvin membuat nyali mereka ciut.

"ALVANNO XAVIER!"

Teriakan Alvin semakin keras dari lantai satu. Lebih tepatnya di ruang televisi mereka. Alvan keluar dari kamarnya dengan perasaan kesal dan melihat kebawah Alvin sudah menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"SINI KAMU! TURUN!"

"ENGGAK!"

"TURUN!"

Alvan menatap Alvin dengan senyum miringnya lalu mulai turun ke bawah dengan perlahan. Perlu waktu hingga 5 menit untuk Alvan berada didepan Alvin saat ini.

"Kenapa marah-marah?" tanya Alvan bahkan nadanya meremehkan. Alvin menatap Alvan marah tapi sekaligus aneh, Alvan tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Lu gila!"

Bug!

Alvan murka mendengar ucapan Alvin. Alvan sudah mulai menonjok muka yang sama persis dengannya hingga sudut bibirnya berdarah dan tersungkur.

"Lu yang gila! Apa hah! Lu ngorbanin apa yang ada ditubuh lu untuk gua. Lu gak mikirin masa depan lu gimana?!"

Alvan mengatur nafasnya yang mulai tidak teratur karena emosinya. Alvin masih menatapnya datar,

"Gua bahkan gak tau apa yang harus gua lakuin kalau elu gak ada,van"

Alvan menatap Alvin masih dengan amarahnya sedangkan Alvin menatap Alvan seolah putus harapan. Alvan memundurkan langkahnya saat Alvin mulai berdiri dihadapnnya.

"Kita emang kembar vin, tapi gak semuanya yang harus lu berikan sama gua! Lu berhak buat bahagia! Lu berhak buat ngeraih cita-cita lu, vin! Lu berhak hidup tanpa bayang-bayang gua! Sekarang apalagi yang gua ambil dari kehidupan elu setelah cita-cita elu gua rampas? Apalagi yang gua ambil setelah ginjal elu dan lu gak bisa jadi atlet basket? Apalagi?!"

Alvan berlari meninggalkan Alvin yang mengejarnya. Alvan berhenti disebelah laci khusus untuk kunci kendaraan dirumahnya. Alvan mengambil kunci motor ninjanya yang ia beli dua tahun yang lalu tapi Alvin memarahi habis-habisan sampai ia tidak diperbolehkan memakainya lagi. Alvan menurut. Sekarang, Alvan tidak peduli. Alvin saja tidak menuruti kata-katanya setahun yang lalu.

Alvan berjalan cepat ke garasi tapi tangannya dicekal oleh Alvin. Alvan menangkisnya dan menatap Alvin tajam

"Sekarang. Jangan pernah. Lu ikut campur. Apapun. Urusan gua" ucap Alvan penuh penekanan dan mendengar itu Alvin seolah dunianya runtuh saat ini.

".... Sekarang, gua mau kita sendiri-sendiri. Kita emang kembar. Tapi urusan dan masalah kita beda. Jangan pernah urusin masalah gua lagi. Termasuk penyakit sialan gua"

Alvan berbalik dan Alvin terjatuh seketika. Alvan sempat melihat Alvin melalui spion motor ninjanya dan ia menutup matanya sebelum ia membukanya lagi dan meninggalkan Alvin yang hancur dibelakangnya dan pergi dari rumahnya dengan motornya.

Maafin gua. Gua cuman gak mau elu harus nangung beban gua yang terlalu berat sampai elu harus ngorbanin diri elu dan masa depan elu buat gua. Maaf. Maaf. Maaf

Alvin termenung dikamar Alvan sendari tadi Alvan meninggalkan dirinya sendirian. Alvin hanya berharap Alvan segera pulang. Alvin menghela nafasnya ketika mengingat ucapan adiknya itu.

"Ahh... Alvan lu dimana sih!"

Alvin mulai menghubungi teman-teman Alvan lagi menanyakan keberadaan kembarannya namun nihil. Bahkan tidak ada seorang-pun yang tahu dimana Alvan.

"dek... Kemana sih. Kalau kambuh gimana! Gak bawa obat lagi"

Alvin dari tadi mengerutu sendirian. Ia sudah mengerahkan beberapa anak buah Vino untuk mencari Alvan setelah ia menghubungi Vino tadi. Alvin benar-benar cemas kali ini. Ia tidak mau adiknya kemana, Alvin menatap jam dinding dikamar Alvan yang berdetak menunjukan pukul 12 malam.

Alvin berjalan dan mengambil kunci mobilnya. Ia harus mencari Alvan saat ini. Harus!

Jantung Alvan berdebar ketika kakinya sudah ada dipintu diskotik. Bau Alkohol yang menyeruak hingga ke pintu tempatnya berdiri membuatnya ingin cepat-cepat pergi dari situ. Alvan menggelengkan kepalanya entah kenapa ingin disini. Alvan ingin menenangkan kepalanya dari berbagai masalah, dan orang-orang tempat ini paling pas.

Alvan terhenti saat ada dua orang bertubuh kekar serta wajah mengerikan menghadangnya

"KTP!"

Alvan menyerahkan KTPnya dan salah satu diantaranya menatapnya "18 tahun? Sana! Belajar! Balik pas udah gede"

Alvan berdecak. Ia mengeluarkan uang di dompetnya dan memberikan kedua orang itu dengan uang berwarna merah muda dan mereka tersenyum lalu tidak menghadang Alvan lagi.

Alvan hampir saja menutup telingganya setelah kakinya memasuki pintu itu dan kalau saja ia tidak ditatap oleh mbak-mbak bertubuh super duper sexy Alvan sudah menutup telingga dan pergi dari situ.

Alvan berjalan menghambiri bar ia tersenyum kepada barista yang ada dihadapannya "vodka satu"

"satu gelas atau botol?"

"botol"

"pakai es atau biasa?"

Alvan mengeryit bingung "bawa aja dua-duanya"

Barista itu terkekeh lalu mengangguk dan semenit kemudian ia membawakan pesanan Alvin 1 botol vodka dan dua gelas , yang satu dimasuki es batu dan satu kosong.

Barista itu duduk dihadapan Alvan dan menatap Alvan yang sedang kebingungan. Lalu barista itu menuangkan vodka Alvan ke gelas yang dipenuhi dengan es batu.

"Ini sih paling enak"

Alvan menole kepada barista itu. Ia tersenyum "thanks"

Alvan mengangkat gelas itu tapi ia menaruhnya dimeja. Alvan bingung bagaimana rasanya. Ini pertama kalinya bagi Alvan kesini. Dirinya hanya tau jenis minuman yang seperti itu hanya vodka karna sering dibahas oleh Daniel serta Alex yang memang sudah sering kesini entah untuk apa. Katanya sih senang-senang.

"Minum aja. Enak kok. Lu pertama kali ya?"

Alvan menatap barista itu lagi dan menatap barista itu kikuk tapi senyuman barista itu mencairkan suasana seolah si barista sudah sering menemukan jenis-jenis orang seperti Alvan.

"Gua Eras"

Alvan menerima uluran mengajak berkenalan itu serta senyum palsu Alvan tampilkan untuk menghargai orang dihadapannya "Gua Alvan"

Haii sebenernya aku udah siapin stock buat beberapa hari kedepan sih ada kalau 10 part wkwkkw tapi berhubung aku anaknya punya prinsip kalau mau 'post' satu bab ya harus lanjutin satu bab lagi. Biar utuh dan enak aja wkwkkw

Tapi tanganku lagi sakit😂 yaa maaf ya  kalau ada typonya...:"(

Alasan. Biasanya sakit gak sakit ya typo. Namanya gak teliti😂 ini beneran sakit kok tapi whahahahha...

Okke lah curhatnya. Semoga makin betah ya aku mau bobo dulu. Bye bye

Senin,24 juni 2019

ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang