Jatuh cinta?

3K 309 41
                                    

"Alvin jatuh cinta. Alvin jatuh cinta. Alvin jatuh cinta. Alvin akhirnya punya cinta. Alvin akhirnya tidak jomblo. Alvin Alvin Alvin"

Alvin rasanya ingin menyumpal mulut Alvan yang dari tadi terus mengoceh dan meledeknya tanpa jeda dan yang paling menyebalkan ia terus bertanya, siapa gadis itu.

"Siapa sih vin? Siapa siapa?"

Alvin tetap berjalan lurus tanpa mengabaikan Alvan yang berusaha berjalan disampingnya walaupun kakinya melangkah debgan cepat.

"Kasih tau dongg... Ih pelit! Alvin pelit!"

Alvin masuk kedalam lift diikuti pula Alvan untuk menuju kamar rawat Alvan. Sebenarnya setelah nego begitu panjang dan rumit, dokter Raihan akhinya setuju kalau Alvan tetap sekolah asalkan ia harus pulang kesini. Bagi Alvan, setidaknya ia tidak 24 jam disini. Bosen.

"Alvin jatuh cinta. Akhirnya Alvin enggak homo. Alvin jatuh ci-awsss!" Alvan meringis ketika kepalanya ditimpuk handphone oleh Alvin gara-gara perkataanya yang sedikit tidak sopan.

"Sakit!"

"bodo amat"

Alvin berjalan dahulu ketika lift itu dibuka. Ia berjalan ke arah kamar rawat Alvan biasanya dan Alvan berlari mengejar Alvin yang jalannya lumayan cepat.

"Eh vin, siapa sih? Kepo gua! Siapa yang berhasil melumpuhkan hati seorang Alvinno Xavier ini"

Alvin membuka kamar Alvan dan Alvan yang memasuki dahulu baru Alvin. Alvin menghepaskan tubuhnya dibrangkar alias rajang rumah sakit Alvan yang begitu empuk sedangan Alvan malah duduk dibawah dan mulai menyalakan televisi.

"Udah minum obat belum?"

Alvan mengangguk "Udah dong! Kasih tauuu siapa gebetan elu?"

Alvin mengelengkan kepalanya meskipun Alvin tahu Alvan gak akan melihat. Anak itu sedang fokus dengan acara ditelevisi.

"Ahhh... Salah bego! Itu kotak hijau aja! Pasti dapet deh 50 juta"

Alvin membenarkan posisi duduknya dan ikutan mengarah televisi yang sedang ditonton Alvan. Super deal itu benar-benar membuat Alvan ngoceh sendiri dan melupakan kalau Alvin sedang kasmaran.

"ehh... Enggak! Box kuning itu. Mobil pasti" sekarang Alvin malah ikut ikutan Alvan bahkan ia sudah duduk disebelah Alvan saat ini.

"Zonk itu anjir! Warnanya norak. Mana ada mobil diwarna kuning. Mobil adanya diwarna item!" sahut Alvan tidak terima pendapatmya ditentang.

"yee... Maunya elu aja warnanya item. Secara, warna kesukaan elu kan item. Enggak enggak ada! Pokoknya di kuning!"

Alvan menatap Alvin jenggah. Ia menisipitkan matanya membuat Alvin bingung sendiri.

"Mau taruhan?" tawar Alvan tiba-tiba

Alvin tidak mau kalah "Ayok! Siapa takut?"

"Okke. Kalo mobilnya di kotak hitam, lu kalah dan kalau lu kalah, lu harus bilang nama gebetan lu, tempat tinggalnya, gimana orangnya dan harus ngenalin gua sama dia! Setuju?" tantang Alvan

"okke! Kalau gua menang, lu jangan bahas-bahas tentang ngeledekin gua jatuh cinta. Risih dengernya. Orang gua gak lagi jatuh cinta"

"Ketauan boongnya. Pipi lu merah"

Alvin tidak menjawab. Ia fokus ketelevisi ketika andika pratama selaku host diacara itu menghitung mundur untuk membuka box warna hitam.

"3.......2......1"

Alvan mengacak rambutnya ketika ia sudah siap untuk melompat penuh kemenangan karna ia sungguh sungguh yakin isi box itu hadiah mobil ternyata hanya 2 unit motor saja. Sialan.

Alvin tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi kembarannya yang kesal-sekesal-kesalnya itu. Alvin bisa bernafas lega tidak perlu repot-repot siapa yang dia sukai ke Alvan.

"yess! Kalah kan lu!" ucap Alvin penuh kepuasan.

Alvan tidak menjawab. Ia masih menatap televisi ketika box kuning pilihan Alvin sebentar lagi mau dibuka.

"3.......2.......1"

Isi box itu adalah kamera yang berharga 10 jutaan. Alvan mendegus kesal, tebakan mereka semua salah. Alvan tersenyum ke arah Alvin yang sudah ingin memaki acara televisi itu tapi ia tahan-tahan.

"yeyeyeye! Yeyyeyeye! Alvin jatuh cinta. Alvin jatuh cinta. Alvin gak homo. Akhirnya Alvin punya gebetan"

Sekarang Alvan terus-terusan meledeknya dengan kata-kata seperti itu. Alvin menghela nafas dan menganti acara lain di televisi sedangkan Alvan berjalan ke kamar mandi.

🌎

Alana berjalan dikoridor rumah sakit dengan senyum manis yang terukir dibibirnya. Hampir semua apalagi yang sering berkunjung dirumah sakit mengenalnya.

Mata Alana bertemu dokter Raihan dan dokter itu terseyum. Alana mengikuti dokter Raihan, memang ia ke koridor niatnya bertemu dokter Raihan.

"Makasih ya Alana, akhirnya Alvan mau disini"

Mata Alana membulat lalu senyumnya semakin melebar "Seriusann?"

"Iya. Seperti kata kamu, anak itu semakin ditentang semakin menurut. Dasar anak aneh"

Alana tertawa "Alhamdulillah deh dok. Kalau boleh tanya kenapa dojter bener-bener sabar banget ngadepin anak kepala batu itu? Serius. Saya saja duduk sebangku saja tidak tahan"

Dokter Raihan tertawa "mereka tanggung jawab saya semenjak mama mereka gak ada. Mama mereka nitipin ke saya, ya saya harus jaga baik-baik. Namanya juga amanah. Apalagi mereka sok-sok kuat padahal tau sendiri. Apalagi Alvin"

"Alvin?"

Dokter Raihan mengangguk "iya Alvin. Sebenarnya daripada Alvan yang sakit parah, Alvin lebih rapuh. Dia sangat pintar nyembunyinya"

Alana terdiam. Ia sebebarnya ingin tahu lebih dalam tapi Alana sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa mereka. Alana sadar kalau Alana hanya teman saja. Alana tidak mau ikut campur terlalu dalam ke masalah orang lain. Masalah dirinya sendiri dan keluarganya saja ia tidak mampu menyelesaikan.

"Saya ke dapur dulu ya dok. Saya mau nganterin makanan. Udah waktunya makan malam. Makasih dok bonus gajinya!"

Alana berlari sedangkan dokter Raihan melihat pungung Alana yang mulai menghilang dari penglihatan matanya. Dokter Raihan menghela nafas,

"Cantik. Kerja keras. Pantes aja kalian suka sama dia. Dasar si kembar"

Haii.... Wkkwkw

Sore yang indah wwkwk...

Terima kasih ya udah supprot cerita ini!❤

Maaf nih, berhubung mulai tidak nyambung dengaan judul dicerita ini. Aku mau ganti judulnya "A" aja. Setuju gak?

Biar nyambung sama judul
wkwkkw

Terima kasih sudah membaca. Kritik dan saran ya❤

Maaf kalo banyak typo😁

Sabtu,13 Juli 2019

ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang