Sahabat

3.1K 307 37
                                    

"eh van, siomay itu dimakan. Bukan diudek. Kalau lu gak mau, gua makan aja"

Alvan menatap Reno yang sudah berbicara kesal gara-gara daritadi Alvan mengaduk terus makanannya. Alvan menatap siomaynya lalu menghela nafas lemah.

Rasa nyeri,mual,sakit,pusing ahh rasanya Alvan ingin pulang saja lalu tidur. Alvan mendorong siomaynya ke meja Reno "Makan aja!"

"Yang bener?"

Alvan mengangguk lemas dan kepalanya ia sandarkan di tembok kantin. Kebetulan, mereka duduk dipojokan.

"Muka lu pucet parah lu van.. Pulang yuk?" ajak Faris berusaha membujuk Alvan entah untuk keberapa kalinya.

Alvan mengelengkan kepala "nanti aja. Toh, pulangnya cepet juga kan"

"Van.. Gua bilangin Alvin ya?" tawar Alex. Siapa tau Alvin bisa memaksa Alvan pulang.

"enggak! Awas aja lu bilang dia"

Alvan berdiri dan berlari ke kamar mandi kantin yang sebenernya khusus untuk para pedangang disitu.

"Huek huek"

"Huek"

"Huekkk"

Alvan mendongak sedikit agar tahu siapa yang mengurut belakang lehernya agar bisa memuntahkan isi perutnya. Alex.

"Van, rumah sakit ya?"

Alvan mengelengkan kepala "Gua kecapekan doang kok lex. Santai aja"

Alex menghela nafas. Temannya ini benar-benar keras kepala "Van, gua trauma kejadian SD dulu"

"Gak akan terjadi lex, santai aja"

Alex menatap Alvan kesal tapi ia berusaha mempercayai kata-kata Alvan. Alex menatap Alvan yang membersikan mukanya dan keluar dari kamar mandi sudah disambut khusus teman-temannya dengan wajah cemas.

"Anjir! Keluar dari kamar mandi muka lu udah kayak mayat. Pucet bener"

Dak!

Daniel meringis kesakitan ketika Reno sudah menendangnya gara-gara asal ngomongnya barusan. Tapi emang beneran, wajah Alvan benar-benar pucat.

Alvan memejamkan matanya, rasanya mendengarkan teman-temannya adu mulut saja kepalanya ingin meledakan sesuatu belum lagi matanya yang melihat sekeliling makin buram.

Alvan berjalan pelan mengabaikan ocehan temannya. Ia menyeret Alex agar Alex bisa membuatnya tegap dan bisa menjaga keseimbangan Alvan yang berjalan lambat saat ini. Sedangkan teman-teman Alvan sudah mulai mengikuti Alvan berjalan.

"mau ke kelas van?"

Alvan mengangguk. Alex menahan sakit ditangannya akibat Alvan terlalu erat mengegamnya atau bahkan bisa dikatan kalau Alvan sudah meremas tangan Alex saat ini.

"Van, gua bilang Alvin ya? Alvin lagian dikelas sebelah juga. Wajah lu bener bener pucet mampus loh"

Alvan mengeleng lemah dan duduk dibangkunya. Alvan mencoba bergeser ke tempat duduk Alana yang kosong biar Alex dan Faris bisa duduk disebelahnya dengan berdempetan. Sedangkan Daniel dan Reno menyeret kursi dari bangku lainnya.

Alvan memijat pelipisnya. Jam istirahat akan berakhir 10 menit lagi dan kelasnya mulai ramai apalagi banyak sekali anak kelas ujian lain yang main ke ruangan ini. Alvan menengelamkan wajahnya diantara kedua tangannya yang terlipat diatas meja. Teman-temannya mulai ramai dan bercanda bahkan Faris dan Daniel serta Reno sudah mabar game online saat ini sedangkan Alex mengusap pungungnya entah untuk apa tapi Alvan merasa rasa sakitnya lama-lama sedikit hilang.

ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang