[ 15 ]

17.8K 2.1K 108
                                    

Setelah kejadian siang itu, Jisung hanya mengatupkan bibirnya setiap ditanya entah itu Mark atau Jeno. Kedua orang dewasa itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak manis berumur lima tahun itu. Dan mereka mengerti, mungkin Jisung memerlukan waktu untuk merajuk sampai rasa kesalnya hilang

Fyi, Jeno kembali bermalam di sana tapi ia tidur di kamar khusus tamu. Tidak seperti malam sebelumnya

Pagi ini, Jeno sudah kembali disibukan dengan peralatan dapur juga bahan makanan dan Mark yang menemani kegiatan Jeno dari kursi makan dengan kopi panas buatan pria bermarga Jung

Tak lama Jisung datang masih mengenakan piama favoritnya, berjalan gontai kemudian mendudukan dirinya disamping Jeno berdiri. Tangannya ia bawa untuk melingkari kaki jenjang sang mama lalu menempelkan pipi gembilnya di sana. Sedangkan Jeno sudah tidak terkejut dengan perilaku anak itu. Dan mungkin ia akan terbiasa

"Ma..."

Suara parau khas bangun tidur terdengar di telinga Jeno, "Ada apa sayang?"

"Haus.."

Mark yang gemas melihat tingkah anaknya lantas menghampiri kemudian menggendong Jisung. "Mau minum apa? Air putih atau susu?"

"Mau air putih pa.." Jisung menjatuhkan kepalanya pada pundak Mark, "..tapi yang dingin"

Mark mengangguk, kemudian melangkah menuju lemari pendingin dengan gelas kosong di tangan kirinya. Menuangkan cairan bening itu pada gelas lalu mengembalikan botol ke dalam lemari pendingin

Jisung menerima sodoran gelas dari Mark, tanpa berbasa-basi Jisung menghabiskan air itu kemudian memberikan gelas yang kembali kosong pada Mark

"Terima kasih pa" Mark tersenyum tapi merasa bingung di saat bersamaan ketika mendengar gumaman Jisung

Pasalnya, jarang sekali Jisung seperti ini. Terlebih jika pagi hari. Biasanya ia lebih memilih menjerit dan membuat kegaduhan, terkadang Mark hanya menggeleng melihat aksi jahil putranya pada bibi Kim. Tapi tidak untuk pagi ini, ia sedikit...tenang?

"Hei, ada apa dengan jagoan papa hm?"

Jisung menggeleng, "Papa.. Bolehkah aku tidak hadir ke sekolah hari ini?"

"Kenapa eoh?" Jeno menyahuti pernyataannya Jisung

Dan Jisung kembali menggeleng pelan, "Hanya tidak ingin" gumam anak itu sembari memasukan kepalanya ke cengkuk leher Mark

"Apa ia sakit lagi hyung?"

Jeno bertanya pada Mark, kemudian tangannya memegang cengkuk Jisung untuk memastikan suhunya

"Bagaimana?"

"Suhunya stabil" tangan Jeno bergerak turun, mengusap pelan punggung Jisung, "Jisung kenapa? Mau cerita ke mama?"

Jeno maupun Mark memasang ekspresi bingung saat Jisung mendongak. Mata sipit anak bersurai karamel itu berkaca - kaca, bibirnya melengkung ke bawah, seolah tengah menahan tangis

Jisung membuka tangannya, meminta Jeno untuk memindahkan gendongannya dari Mark. Ketika sudah berpindah Jeno kewalahan kala tangis Jisung pecah

"Sayang, kamu kenapa?" Jeno menatap khawatir Jisung lalu mendongak untuk berpandangan dengan Mark, "Hyung, Jisung kenapa?"

"Aku juga tidak tau. Jisung-ah ayo cerita, papa dan mama tidak akan mengerti jika kau hanya menangis seperti itu"

Bukannya menjawab, Jisung justru semakin menjadi. Bahkan tangisnya kini bercampur dengan suara parau dan sesegukan

Membuat Mark dan Jeno semakin khawatir, tapi mereka mencoba untuk tenang

"Okay.. Tidak apa-apa jika Jisung tidak ingin bercerita"

I (don't) Want Mom [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang