[ 26 : Epilog ]

26.3K 1.8K 134
                                    

Jangan lupa vote + komen yorobun~ 🌸






Pria bersurai hitam yang tengah duduk di sofa single itu tampak gelisah. Meski mimik wajahnya tampak tenang, tapi tidak hatinya. Ia sedikit gusar

Pria tampan itu menghela napas pelan, menggosok kedua telapak tangannya kemudian mendongak, dan menemukan pantulan dirinya di cermin

Ia mengamati penampilannya saat ini. Hanya seorang pria berbalut tuxedo berwarna hitam, rambut sudah tertata rapi dengan make up tipis. Ia tersenyum ketika menyadari setampan apa dirinya

Tapi itu terjadi hanya sebentar, sampai senyum itu luntur karena kecemasan yang kembali dilandanya

Ia kembali menghela napas untuk mengurangi rasa gusarnya. Tapi

"Tsk!"

Pria itu menoleh ketika satu - satunya pintu di sana terbuka. Dan menemukan seorang pria tinggi tampan dengan balutan tuxedo tengah tersenyum ke arahnya

"Apa kau gelisah, Mark?"

Lee Johnny, pria tinggi bergelar Ayah itu terkekeh setelah melemparkan pertanyaan pada putranya

"Seharusnya ayah tidak bertanya" Mark menjawab dengan datar, "Aku gugup sekali"

Setelah berkata demikian, Mark kembali menunduk. Tangannya kembali membelit satu sama lain, sesekali ia menggigit kecil bibir bawahnya. Ayolah! Ia sangat gugup

Sebuah tepukan pada pundaknya membuat Mark mendongak

"Ayah mengerti apa yang kau rasakan" Johnny menarik kursi kecil kemudian mendudukan dirinya di sana, "Dulu, aku bahkan jauh lebih gugup dibanding dirimu"

"Aku tidak percaya"

Johnny mengedik sebelum melanjutkan ceritanya, "Kau tau, Bunda mu hampir saja membunuhku jika aku benar lari ketika pemberkatan"

Mark menyerngitkan keningnya saat mendengar kekehan dari Ayahnya, "Mengapa Ayah lari? Apa kau dipaksa menikah dengan Bunda?"

"Tidak. Aku tidak terpaksa atau dipaksa menikah dengan Bunda mu. Aku sangat mencintai dirinya" Johnny tersenyum, "Hanya saja..."

"Hanya saja?"

"Aku hampir berlari ke toilet karena ingin buang air besar saking gugupnya" Ujarnya kemudian tergelak mengingat kelakuannya sendiri

Mark ikut tergelak. Entah karena cerita atau mendengar gelak tawa Johnny sendiri. Dan itu cukup mengurangi rasa gugupnya

"Astaga! Ayah! Kau-- haha"

Johnny menggeleng kecil sebelum bangkit dari duduknya, "Sudah, ayo, semua orang sedang menunggu mu"

Mark ikut berdiri, menghela napas halus kemudian tersenyum. Memantapkan dirinya bahwa ia bisa dan tidak akan gagal di acaranya nanti

"Jangan khawatir dan cukup tenang. Percaya bahwa semua akan baik - baik saja"


-----*-----

Pintu besar berwarna putih itu terbuka. Terlihat dua pria di sana, seorang pria paruhbaya dengan tubuh tegap nampak menggandeng lengan seorang pria manis di sebelahnya. Senyum malu - malu nampak terlihat di wajah manis pria bersurai ash brown itu

Kemudian muncul dua anak kecil dengan sekeranjang bunga dari samping kedua pria di sana. Mereka berjalan beriringan sesekali menebarkan sedikit bunga berwarna merah itu

Sesampainya di atas altar, pria paruhbaya itu menuntun tangan anaknya untuk disatukan dengan pria tuxedo hitam yang memang sedang menunggu kehadiran mereka

I (don't) Want Mom [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang