"Adek lagi apa?"
Sehun terkejut ketika tiba-tiba suara sang mama terdengar. Tubuh kecilnya terlonjak dan membuat Sena tertawa.
"Mama bikin kaget tau." Ucapnya. Bibir lucu Sehun mengerucut khas dia sekali.
"Mama penasaran sih, soalnya adek daritadi di situ belum pindah. Emangnya ngga penuh?"
"Ihhh! Mamaaaa! Adek tuh ngga sedang pup." Bocah itu mulai merengek dan Sena semakin senang. Entah kenapa menggoda Sehun menjadi hobi nya belakangan ini. Mungkin dia tertular sifat jahil suaminya.
"Ya terus ngapain di pojokan gitu? Nyari tikus?"
"Enggak! Ih mama tuh ya. Adek lagi nyobain nih mainan baru katanya bisa nyala kalo gelap."
Sehun memperlihatkan sebuah benda kecil pada mamanya. Sangat kecil sampai Sena harus menyipitkan mata agar lebih jelas melihat bentuk benda itu.
"Apa itu dek?"
"Mainan kan mama. Tadi adek udah bilang."
Sena menarik pipi Sehun. "Dih.. sok banget kamu."
"Hehe.."
"Emang beneran bisa nyala?"
"Ngga bisa ma. Padahal daritadi dedek udah coba pencet-pencet."
"Ya kali bukan dipencet caranya? Emang ngga ada kertas apa gitu biasanya buat petunjuk?"
Sehun menggeleng. "Ini kan hadiah coklat yang tadi dedek minta mama beliin di toko tadi."
"Trus kenapa dedek bilang nyala di gelap? Katanya ngga ada petunjuknya?" Lagi. Sena menarik pipi Sehun.
"Habisnya bentuknya cuma kayak gini kan ngga bisa di apa-apain."
Sehun sekali lagi menatap benda kecil berbentuk bintang yang ia dapat dari camilan coklat susu berbentuk telur tadi.
"Mungkin aja rusak?" Kata Sena tiba-tiba.
Sehun melihat pada mamanya dengan pandangan sedikit kecewa. "Tapi kan seharusnya ngga rusak ma."
"Nggak apa-apa. Namanya juga mainan bawaan." Sena akan beranjak tetapi urung karena anaknya yang hampir menjadi kakak itu terisak.
"Adek kenapa nangis?" Dipeluknya Sehun dan diusap punggungnya.
"Kan sayang ma, udah dibeli tapi ngga bisa dipake." Muka Sehun ditekuk. Anak itu memang tau bagaimana menghemat barang.
"Ya udah nunggu ayah pulang ya, nanti siapa tau ayah bisa benerin."
Sehun mengangguk. Walau mukanya masih ditekuk.
"Makan yuk.. daritadi dedek belum makan lho.."
"Mama masak apa hari ini?"
"Cuma masak sup kepiting sama belut panggang. Ayah lagi sering lembur, jadi harus makan yang banyak proteinnya."
"Ayah kasian ya ma.."
Sena mengernyit. "Kasian kenapa?"
"Ayah sering pulang malem pas dedek udah tidur. Pas bangun ayah udah kerja. Kan kasian ayah ngga tidur banyak kayak dedek."
Seulas senyum menghiasi bibir Sena. Sedikit banyak Sena bangga pada Sehun. Anaknya itu memiliki empati yang tinggi. Tanpa banyak bicara tetapi banyak mencontohkan. Begitu Sena dan Changmin mengajari Sehun.
"Ayah kerja untuk dedek sama mama. Makanya dedek harus ngerti gimana berterima kasih sama ayah."
"Eung? Kalo gitu nanti pas ayah pulang dedek ucapin terima kasih sama ayah ya ma!" Kata Sehun antusias.
"Ngga gitu juga sayang.. berterima kasih sama ayah itu dengan cara adek jadi anak baik."
"Kan dedek udah jadi anak baik ma."
"Iya, adek memang anak baik. Dan harus baik terus ya... soalnya nanti yang dapet balasan dari kebaikan adek ya adek sendiri."
"Kok dedek? Kenapa bukan ayah ma?"
"Ya memang gitu. Kita hidup harus selalu berbuat baik. Bayangin kalo adek jahat ke orang-orang, nanti juga akan dapet balasan kejahatan juga. Adek mau dijahatin orang?"
Sehun langsung menggeleng dan bergidik. "No no no. Dedek ngga mau jadi orang jahat. Nanti masuk penjara. Hiyyy...."
Penjara? Boro-boro. Lihat polisi saja Sehun takut.
.
.
.🤭🤭🤭
PS : 1k view wow🤩
thankyou😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Dedek Sehun
RandomBocah ✔ Manja ✔ Ucul ✔ Ganteng ✔✔✔ 🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼 Cerita ini mengandung alur dan bahasa campur aduk⛔