Sehun sedang libur sekolah. Tidak hanya satu dua hari tetapi 2 minggu atau lebih, menunggu pengumuman lagi dari dinas, begitu kata wali kelasnya kemarin. Kata bu Sunny, sekolah libur agar para murid tetap sehat dan tidak terkena virus. Sehun banyak melihat dari televisi kalau sebuah virus yang bu Sunny katakan kemarin sedang menyerang dunia.
Sehun takut, tentu saja. Tetapi kata bu Sunny tidak perlu takut, yang terpenting tetap waspada. Selalu mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah terutama bagian hidung, mulut dan mata. Tidak pergi ke tempat ramai, dan menghindari menyentuh benda diluaran sana.
Karena takut, Sehun juga menyuruh ayahnya tidur sendiri karena ayahnya masih tetap masuk kerja seperti biasanya. Sehun tidak mau tertular. Mama nya juga tidak boleh tertular. Kalau mama nya tertular nanti siapa yang akan Sehun peluk sebelum tidur?
Iya, walaupun sudah punya kamar sendiri dan tidur sendiri, tetapi Sehun masih sering meminta mama nya untuk menemani sampai dia tertidur.
Dan sekarang Sehun sedang menonton televisi setelah makan malam. Dia punya kebiasaan baru yaitu menonton tayangan berita atau apa saja yang menyiarkan kabar terbaru tentang si virus. Dia menonton televisi sambil membawa sepiring buah yang sudah dipotong kecil oleh mamanya.
Sambil mulut Sehun mengunyah, sesekali dia akan berkomentar apa saja tentang tayangan yang dilihatnya.
Sehun sudah persis seperti seorang pengamat.
"Serius amat dek," suara berat lelaki memecah konsentrasi Sehun yang sedang asik mengamati tayangan berita.
"Ayahhh! Jangan deket-deket adek! Ih sana ayah!" Sehun langsung berteriak heboh ketika ayahnya mendekat. Segera ia memberingsut lalu melakukan gerakan menyilang dengan kedua tangannya.
"Dih, adek gitu banget sama ayah."
"Habisnya ayah ngga nurut adek kerja dirumah aja." Kata dia sambil mengambil ancang-ancang kabur.
"Kan ayah udah bilang kalo ayah sehat. Tiap hari dikantor juga ada yg ngecek kok."
"Kan ayah lewat jalan-jalan yang banyak orang juga."
"Cuma lewat, ngga ngobrol sama siapapun, ngga pegangan sama siapapun juga." Jengkel juga Changmin lama-lama.
"Tetep aja kan ayah..."
"Lagian ya dek, ayah tuh kerja, penting ini. Ngga kayak orang-orang itu. Udah dibilang sekolah libur itu buat memutus rantai penyebaran virus, kenapa masih ada yang pergi jauh buat liburan? Kenapa masih keluar-keluar buat hal yang ngga penting?" Changmin benar-benar tidak habis pikir dengan orang-orang seperti itu.
Sehun diam, mulai mencerna kata-kata sang ayah.
"Lebih penting mana coba, ayah yang kerja apa mereka yang seharusnya ngga keluar rumah tapi malah seenaknya sendiri pergi kemana-mana buat liburan?"
"Ya... ayah sih. Tapi kan ayah juga bisa kerja dirumah." Sehun ngeyel, dan Changmin menahan diri agar tidak menjitak kepala anaknya.
"Ngga semua kerjaan ayah bisa dikerjain dirumah tau dek."
Tiba-tiba, Changmin berpikir untuk menggoda anaknya.
"Adek kok gitu sih? Yaudah ayah ngga mau sama adek juga kalo gitu. Ayah mau sama mama di dapur."
"JANGAAAAAANNNNN!!"
"Mama aja ngga pernah protes, wleee." Makin suka Changmin kalau anaknya mulai panik. Ia julurkan lidah untuk menantang Sehun. Kakinya yang panjang melangkah pelan-pelan ke arah dapur.
Bocah kelas dua SD itu triple panik. Merasa sang mama dalam 'bahaya' ketika ayahnya hampir mencapai dapur. "Mamaaaaa!! Jangan deket ayahhh!! Ayaaahh jangan deket mamaaa!!"
"Mama sayang~~~~ yuk sama ayah aja, adek ngga usah ditemenin." Changmin ngadi-ngadi.
"MAMAAAA!!!"
"Aduhhh, kenapa sih ribut mulu ini laki berdua." Sena keluar dari dapur sambil ngomel. Pusing dia karena dari dua hari lalu mendengar adu mulut suami dan anaknya.
"Ayah nih nakal sama adek." Sehun cemberut.
"Adek aja yang lebay, orang udah dibilang kalo ayah sehat, ngga percaya."
"Kan buat jaga-jaga ih ayah. Emangnya ayah ngga takut?"
"Takut sih tapi kalo takut aja trus ngga ngapa-ngapain ya buat apa sih dek." Kata Changmin.
Kini dia memiliki kebiasaan baru atas inisiatifnya sendiri yaitu mengganti baju kerjanya dengan baju lain tepat di pintu masuk-- eitss pintu pasti sudah ditutup sebelumnya ya, masa iya Changmin mengumbar perut sixpack nya secara gratis di luar? bisa-bisa istrinya mengeluarkan larangan masuk rumah dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Dia juga mencuci tangan dengan hand sanitizer lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum benar-benar berinteraksi dengan Sehun dan Sena.
Iya, se detail itu Changmin. Makanya dia jengkel ketika Sehun selalu menghindarinya.
"Yang penting udah pola hidup sehat tiap hari. Jaga kebersihan dan jaga tubuhnya biar ngga gampang sakit." Sena menyahut. "Adek makan yang banyak gizinya biar sehat terus."
"Adek kan tiap hari makan wortel." Sehun bangga dengan pencapaiannya.
"Ya jangan cuma makan wortel dong dek, sayur lain juga dimakan."
"Sayur lain juga dimakan kok, kalo pas pengen." Sahut Sehun enteng.
Ngekkk
"Ayaaaahhhh! Pipi adek jangan ditarikkkkk!"
"Gemes ayah lama-lama. Sekali lagi kayak gitu ayah taruh adek di kandang ayam punya kakek." Kata Changmin tanpa melepas tangannya dari pipi Sehun.
"Aaaakk! Ngga mauuu! Iyaa maaf adek ngga gitu lagi."
"Bilang yang bener."
"Maaf ayah, adek ngga akan ngeyel lagi."
Changmin lalu melepas tangannya dari pipi Sehun. "Iya, ayah juga minta maaf udah main tangan. Adek boleh kok punya pendapat, tapi jangan ngeyel terus menganggap pendapat orang lain ngga bener karena adek merasa bener."
"Iya yah..maafin adek." Sehun menunduk. Dia sadar sedikit keterlaluan beberapa hari ini karena secara tidak langsung menganggap ayahnya membawa penyakit.
"Ciyeeee ~ udah baikan." Sena menyahut ketika dua lelaki beda umur itu kini berpelukan.
Uuuhh ~ mau juga dipeluk.
.
.
.
.🙃🙃🙃
Stay safe everyone❣️
Jangan bepergian kemana-mana dulu kalau tidak penting ya...!
Demi kalian, demi kita semua💖

KAMU SEDANG MEMBACA
Dedek Sehun
SonstigesBocah ✔ Manja ✔ Ucul ✔ Ganteng ✔✔✔ 🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼🍼 Cerita ini mengandung alur dan bahasa campur aduk⛔