I. Cita-Cita (Makan Sayur)

1.5K 164 13
                                    

"Ayah...."

"Iya dek?"

"Cita-cita ayah dulu apa?"

"Cita-cita?"

Sehun mengangguk. Sesuatu yang kurang berjalan baik sepertinya telah terjadi jika dilihat dari ekspresi wajahnya. Maka, Changmin mendekati si anak semata wayang.

"Dulu pas masih kecil atau yang gimana dek?"

Ganti raut bingung di wajah Sehun yang terlihat. "Kok beda yah? Emangnya boleh ya beda cita-cita?"

"Eumm.. biasanya sih gitu.."

"Engga ada yang marah kalo beda cita-cita yah?"

"Loh? Kenapa marah? Siapa yang marahin?"

"Kakek sama nenek ngga marahin ayah?"

"Ya engga dong dek. Kecuali kalo ayah ngga punya tujuan hidup ya bakal dimarahin."

Sehun tambah bingung. "Tujuan hidup itu siapanya cita-cita yah?" Tanya dia.

"Bukan siapanya. Tapi cita-cita sama tujuan hidup biasanya saling berhubungan." Changmin ingin menampar mulutnya sendiri karena mengelurkan kata-kata yang sulit dimengerti Sehun. Dalam hatinya berdoa semoga bukan debat panjang yang akan terjadi setelah ini.

"Kok adek ngga ngerti ya yah?"

"Iya nanti semakin gede adek juga bakalan tau. Karena apa? Cita-cita itu biasanya cenderung berubah pas udah gede nanti."

"Emang ayah gitu juga?"

Changmin mengangguk. "Dulu pas masih kecil ayah pengen jadi pilot."

Binar wajah Sehun berubah senang. "Waaa.. bagus dong ayah! Terus kenapa ayah ngga jadi pilot sekarang?"

"Sebab jadi pilot harus sehat semua badannya. Ayah ada sedikit minus di mata, jadi ngga bisa."

Kata baru lagi untuk Sehun. Dan dia wajib tau maknanya.

"Minus di mata apa ayah?"

"Matanya kurang sehat. Dulu ayah ngga suka makan sayur." Kesempatan Changmin untuk men-sugesti anaknya yang belakangan selalu menolak makan sayur, hingga membuat istrinya mengomel.

Terbukti, raut khawatir sekarang menduduki wajah Sehun. Changmin menyeringai puas.

Terima kasih atas pertanyaan cita-cita yang Sehun berikan.

"Kenapa jadi pilot harus makan sayur yah?"

"Biar sehat semuanya dong dek. Bayangin aja kalo ada pilot yang ngga sehat. Nanti bisa bikin bahaya penumpangnya."

Sehun bergidik. Dia pernah melihat ditelevisi tentang pesawat yang jatuh. Ngeri!

"Kalo ngga makan sayur ngga sehat yah?"

"Iya. Soalnya banyak yang penting buat tubuh ada di sayuran. Adek kan udah suka buah, jadi tinggal makan sayur aja biar sehat. Jajanannya juga harus dikurangin biar adek ngga gampang sakit."

Changmin puas sekali. Umpannya dimakan langsung oleh Sehun. Setelah ini Sehun pasti akan merengek pada mama nya untuk dibuatkan salad sayuran dan buah.

"Adek udah lama ngga jajan tau yah."

"Bagus itu. Pokoknya jangan sering-sering jajan ya. Kalo pengen jajan yang sehat aja."

Dan begitulah obrolan tentang cita-cita antara dua laki-laki tampan berbeda usia. Changmin terus saja menyisipkan sugesti untuk anaknya yang tentu saja langsung ditangkap Sehun dengan baik.

.
.
.
.

Dering telepon membuyarkan konsentrasi Sena yang tengah membuat rancangan dress pernikahan pesanan seorang pelanggan.

Dia segera meletakkan pensil dan mengerlingkan mata ke arah ponsel di sampingnya. Nama suaminya muncul di layar dalam panggilan video.

Pasti Sehun. Pikirnya.

Memposisikan wajah tepat didepan layar, Sena menyentuh ikon video di ponselnya.

"MAMA!!"

Lengkingan suara Sehun yang pertama didengar. Seulas senyum otomatis tergambar diwajahnya. "Semangat sekali anak mama, ada apa sayang?"

"Mama kapan pulang?"

"Eung..?" Sekilas Sena melirik jam. Sudah pukul 4 sore. "Sebentar lagi ya sayang."

"Mama cepetan pulang bikinin adek sayur yang enak kayak dulu itu."

"Sayur yang enak?"

"Salad ma.." Suara Changmin menyahut dibelakang.

"Ooh.. oke deh sayang.. tapi bentar ya mama selesaiin gambar dulu, nanti sekalian mama mampir belanja."

Sehun mengangguk antusias diseberang. Tapi kemudian wajahnya menjadi ragu. "Eum.. mama..."

"Iya?"

"Adek mau jeli boleh ma?" Tanya Sehun sedikit menggumam. Tidak berharap banyak karena mamanya tidak mengijinkan dia makan jeli dan permen semenjak ia menolak makan sayur.

"Boleh. Karena adek udah pinter mau makan sayur lagi."

Ekspresi girangnya tak terbendung lagi. "YAY! AYAAAH ADEK BOLEH MAKAN JELI YAY!"

Sena hanya tertawa melihat Sehun melonjak-lonjak senang. "Tapi dikit aja ya dek.. Inget kan apa kata om dokter kalo adek kebanyakan makan jeli sama permen?."

"Eung!"

"Anak pinter." Lagi-lagi mamanya Sehun tersenyum.

Lalu tiba-tiba wajah Changmin yang muncul dilayar. " Yaudah ya sayang ku tutup teleponnya. Mau mandi."

"Iya, mandi sama Sehun sekalian ya.."

"Oke. Ciumnya mana?"

"Hush.. ayah ih!"

.
.
.
.

😳😳😳

Dedek SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang