prolog

1.2K 117 6
                                    

"Mari kita menjadikan pamor drama ini sebagai sesuatu yang menguntungkan, daripada itu perjodohan ini akan selesai dengan manis." Ajaknya sukarela, sementara aku masih linglung dengan apa yang terjadi.

"Tidak, jangan gila. Aku masih berstatus sebagai kekasih orang, persetan dengan perjodohan dan rengekan fans diluar sana yang meminta kita untuk menjadi pasangan di dunia nyata." 

Ternyata penolakkan mentah-mentah itu membuat lelaki didepanku menjadi gemas, "6 bulan, lalu selesai. Kau harus pikirkan dari segi keluarga, dan juga.. kakak tirimu yang mengidap brother complex itu."

"Yakinlah drama ini akan berjalan dengan sangat baik, projek yang menguntungkan lagi besar. Namun ingat, kita harus profesional."


*****

sialan!

Aku tidak bisa menahan umpatanku lagi, lelaki yang sedang menyekapku dengan drama ini benar-benar bajingan. Dengan bodohnya ia mengatakan bahwa kami terlibat dalam cinta lokasi yang dalam sejarahnya adalah hal paling tidak profesional oleh para pelakon.

Entah kenapa pertemuan hari itu berakhir dengan kata deal, itu adalah sebuah penyesalan terbesar.

"Aku pikir hanya aku yang merasakan debaran ketika beradu peran dengan dirinya, ternyata tidak dia juga merasakannya. Kemudian kamu juga sangat beruntung dijodohkan oleh keluarga." Tuturnya meyakinkan, aku hanya menahan rasa dongkolku sedari tadi dengan senyuman manis.

"Kami juga meminta maaf atas keterkejutan kabar ini, sebab dari pihak kami memutuskan mengadakan konfernsi pers sesaat setelah pertunangan, namun berita itu lebih dulu bocor ke publik."

"Wah, pesangan ini memang benar-benar beruntung. Lalu, kapan pernikahan akan diadakan setelah pertunangan ini, Kim Jisoo?"

Aku tersenyum canggung sesekali meraba mata cincin pada jari manisku, cincin pertunangan yang barusaja dipasangkan oleh tunanganku tercinta, Kim Junmyeon.

"Mengenai pernikahan.. kami menyerahkan semuanya pada keluarga. Doakan saja, pada waktu dekat ini.." Jawabku sambil menengok ke arah Ibuku yang tersenyum manis.

Ibu Oh-- Ibu tiriku yang disebelahnya ada anak kandungnya, Oh sehun yang secara otomatis menjadi kakak tiriku itu berwajah masam, raut wajahnya menunjukkan ketidak-sukacitaan akan kabar gembira ini. 

Ayahku sedari tadi berbincang dengan rekan bisnis, bersama calon besannya. "Semoga dimudahkan sampai harinya." Itu adalah doanya sambil menepuk nepuk bahu Junmyeon, tadi sempat ku lihat matanya berair. 

Selain keluarga, ada juga rekan bisnis Junmyeon serta teman-teman aktris dan idol. Diantaranya ada sejeong, Jessica jung dan yang paling fenomenal Sooyoung, adik dari Ibu Junmyeon. Berikut adalah cuplikan pesta pertunangan beberapa jam yang lalu sebelum konferesnsi pers.

"Oh my God, Junmyeon! Kau akan segera menikah, padahal aku saja baru putus dari seunghyun." Ocehnya sembari mengambil beberapa foto. Tak lama berselang dari itu, prosesi pertunangan akan dilakukan.

"Kim Jisoo, maukah kau menerimaku sebagai calon suamimu? Tinggal beberapa pekan kita akan hidup bersama, aku akan menepati janjiku untuk mencintaimu sepanjang hayat, dan kau akan menjadi hadiah tuhan untukku yang paling indah. Yang akan merawat bayi-bayi lucu kita nantinya.."

Beruntung, epiglotisku saat itu berfungsi dengan baik. Kalau tidak, aku bisa saja muntah saat itu, apalagi para tamu undangan sedang berseri-seri dalam keromantisan lelaki didepanku. 

"Aww, romantisnya.."
"Demi tuhan, jika aku jadi Jisoo, aku akan pingsan saking romantisnya Junmyeon."

Aku tidak bisa menahan diri untuk memutar dua bola mataku, muak. Membuat Junmyeon kepanasan.

"Terima! terima! terima!"

"Dear Kim Junmyeon, Aku tidak bersedia." 

Raut wajah Junmyeon berubah drastis, bibirnya kelu yang aku lihat. Suasana pesta juga tiba-tiba menjadi diam. Beberapa orang berbisik-bisik, tampak tidak terima dengan jawabanku.

"Aku tidak bersedia.. untuk tidak menjadi karunia tuhan yang paling indah untukmu.."

Seluruh khalayak pesta langsung saja menghadiahiku dengan tatapan bahagia, ada yang menggerling sambil mengataiku suka sekali menggoda Junmyeon.

"Aku jadi tidak sabaran untuk menjadi ibu dari anak kita yang lucu, namun aku lebih tidak sabaran untuk mengucap janji suci di altar.."

Aku tersenyum nakal, lalu setelahnya Junmyeon menarik pinggangku. Mengangkat satu alisnya dengan senyum menawan. Lelaki dengan tuxedo abu-abu itu menggerling, mendekatkan wajahnya diwajahku.

Menempelkan bibirnya pada bibirku, dan menekannya pelan. Aku mengalungkan tanganku pada pundak kokohnya, menimbulkan riuh kesetanan para penonton.

"Profesional, projek ini baru saja dimulai." Bisiknya pelan, sambil menenggelamkan kepalanya dipundakku.

.

.


ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang