Sejak kecil Jisoo bukanlah sosok anak perempuan yang suka di manja, dia belajar mandiri untuk jadi orang sukses kedepannya. Sejak kecil juga dirinya tidak langsung tinggal di rumah mewah atau mansion-mansion milik ayahnya. Rumah kayu lapuk dan bobrok menjadi tempat berteduhnya saat hujan dan panas bersama ayah dan ibu.
Dia berjuang masuk sekolah seni walau sempat berdebat dengan ayahnya karena tuan Kim ingin anak semata wayangnya itu menjadi manager bank atau perusahaan. Tapi berbeda dengan ibunya yang selalu mendukung apapun yang Jisoo inginkan. Masa-masa sulit Jisoo hadapi dimana ia harus sibuk memenangkan casting saat itu juga ibunya pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Lalu beberapa tahun setelah ayahnya mendirikan suatu perusahaan elektronik yang tetap maju sampai sekarang, ayahnya menikah lagi dengan Ibu Oh. Ibu kandung Oh Sehun-- teman sebangku Jisoo kala sekolah yang juga memiliki adik angkat bernama Park Jinyoung dari panti asuhan.
Jisoo sangat senang dengan kabar bahwa dia akan segera bersaudara dengan Sehun. Namun lama kelamaan sikap lelaki itu berubah padanya, makin dingin. Berbeda dengan sikap Sehun dahulu. Begitu juga kehadiran Ibu Oh dan jinyoung yang meramaikan meja makan. Percayalah, memiliki ibu tiri tidak semengerikan kisah Cinderella.
Kadang kala Jisoo dan Ibu Oh akan melakukan kegiatan ringan bersama. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Ibu Oh memang tidak menggantikan sosok ibunya, Namun Ibu Oh persis seperti Ibunya yang dia rindukan.
Seperti saat ini Jisoo sedang berkumpul dengan teman-temannya dan Ibu Oh memberi pesan-pesan singkat yang manis padanya.
"Calon pengantin tersenyum-senyum sendiri, pesan mengenai apa dari calon suamimu?" Goda Lisa, perempuan yang dua tahun lebih muda darinya itu bersiul menggoda. Walaupun terbilang masih cukup muda, karirnya di kancah internasional sangat gemilang.
Jisoo berdecak sebal. "Makanya cepatlah menikah!, lalu kamu akan merasakan sensasinya."
Wajah Jisoo makin masam dibuatnya. Tidak terasa dia akan segera melepas masa lajang, membuka 'jalan' bagi teman-temannya.
"Postinganmu itu sungguh gila! Beginilah kalau pasangan sedang panas-panasnya." Goda Chaeyoung lagi, gadis itu menumpahkan minuman dari botol ke gelas kecilnya.
"Apa kalian tidur bersama? Melakukan 'itu'? Kalian sungguh tidak sabar padahal tinggal menghitung hari-"
"Hei!, berhenti mengoceh hal tidak bermutu. Cepatlah menyusulku, terutama kamu Chaeyoung! Suruh Chanyeol cepat menikahimu, dan kau Lisa hati-hati jadi perawan tua!" Kesal Jisoo mengikuti Chaeyoung untuk menenggak habis minumannya.
"By the way, dimana Jennie? Apa dia terlalu sibuk debut solo hingga tidak datang di pesta lajang ku?" Tanya Jisoo sambil bergumam.
"Dia sedang diperjalanan."
Jisoo mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Namun siluet tubuh seseorang yang tidak sengaja tertangkap sudut retina memaksa matanya untuk menyipit, dia cukup familiar dengan itu. Atau.. dia cukup merindukan sosok pemilik siluet tubuh tinggi itu?.
Makin kemari, makin tertimpa cahaya lampu kafe yang terang siluet itu. Pancaran mata Jisoo berubah menjadi sendu ketika siluet itu berubah menjadi tubuh tinggi berkulit putih yang kini juga menatapnya terkejut.
"K-kim seok jin.." ucap Jisoo hampir tidak bersuara, pita suaranya terkecat menjadi parau manakala lelaki itu balas menatapnya terkejut. Enam tahun itu waktu yang tidak singkat, dan mereka dipertemukan kembali.
Jisoo salah dengan mengira mereka tidak akan dipertemukan kembali. Dan detik-detik ini mematahkan opini Jisoo.
Sayup-sayup terdengar panggilan nama lelaki itu oleh seseorang, temannya. Sontak lelaki itu langsung memutus kontak matanya dan beralih menuju mejanya. Enam tahun itu tidak singkat, namun Jisoo tidak percaya bahwa pertemuan mereka akan sesingkat dan sepedih ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario
Fanfiction"Mari kita menikah" Bukan hanya contoh keberhasilan perjodohan dua keluarga, mencakup juga bagaimana dua insan yang sama konflik cerita percintaan dengan kekasih tak sampai bersatu. Menikah, berlaku sebagai sepasang suami-istri yang bahagia melalui...