part ini, mengandung unsur fucek dan dosa.
.
.
.
Malam itu Jisoo menangis lagi. Meringkuk diatas ranjangnya yang dingin, diatas takdir tuhan yang pahit.
Bukan, bukan lagi mengenai pembicaran hangat Junmyeon dan kekasih gelapnya yang sedang mengandung. Atau suara desahan yang menjijikkan dibawah sana, apakah dia tidak tahu berhubungan seks di usia kehamilan muda itu sedikit beresiko sebab sering pendarahan?.
Junmyeon menamparnya untuk yang pertama kali. Itu luar biasa menyakitkan. Jisoo hanya merasa, entah bagaimana ini semua terjadi.
Semua berawal dari menghadiri undangan variety show. Junmyeon yang terlalu berlebihan menampilkan romansa kepada seluruh khalayak seoul, dengan niat mengusir segala gimmik mengenai kekasih gelapnya yang mulai tercium masyarakat.
Rupanya menarik animo baik masyarakat ini disalah artikan oleh sang kekasih gelap, si chorong- chorong itu menjadi sangat posesif. Ia berniat untuk bunuh diri. sebab rasa cemburu tidak berarah.
Dan si Junmyeon tolol, menyangkut pautkan dengan ciuman yang Jisoo berikan saat para host menantangnya untuk mencium mesra sang suami di pipi.
"Benar-benar sialan! kau melakukan hal bodoh itu agar anak dan kekasihku mati?!" Begitu bentakkan Junmyeon beberapa jam yang lalu.
Kedua tangannya meremas kedua bahu Jisoo kuat, tidak peduli betapa pilunya Jisoo merintih kesakitan akan bahunya. Menahan perih tercabik hatinya oleh kekecewaan mendalam.
"Hentikan bajingan! aku tidak mau disentuh oleh pria sepertimu!"
Junmyeon mendorong wanita itu sekuat tenaga, membuat tubuhnya yang mungil terbentur dengan dinding kamar. Untung saja, ia masih punya kesadaran dengan kepala linglung dan kaki yang bergetar.
"Pria sepertiku? harusnya aku yang mengatakan itu, jalang,"
"Kau pikir aku tidak tahu dengan siapa kau melalui malam-malam panjang saat kau tidak pulang?!""Siapa namanya? bobby? atau seokjin?, atau si taeyong. Atau bahkan semuanya menggaulimu?"
"Dengan siapapun itu, bukan urusanmu bodoh!"
plakk.
Lalu kesunyian meraja, Jisoo menggeram dalam hatinya, air matanya luruh tidak henti lalu diikuti hentakkan pintu. Lelaki itu pergi menjauh, menghilang, meninggalkan, jisoo dan semesta perasaannya.
____
Malam itu terasa sangat panjang bagi Jisoo, banjir di matanya belum surut, perih di pipinya tidak seberapa dengan hinaan dan cacian Junmyeon beberapa jam lalu. Belum lagi dengan penghianatan dan kasus-kasus lain cerita percintaan mereka yang hangat.
Menyedihkan. Harusnya ia tidak menerima ajakan Junmyeon berbulan-bulan lalu, harusnya ia mengatakan pada ibu mertuanya kalau ia tidak hamil, harusnya venice bukan tempat dengan kenangan seburuk itu, harusnya malam itu tidak terjadi,
Harusnya Jisoo tidak jatuh cinta pada si keparat jantan itu.
Harusnya ia ikut tinggal bersama Jennie di New Zeland, atau kembali berhubungan dengan seokjin untuk balas dendam. Atau mengambil jalan tengah, tidak kembali ke korea untuk menyelesaikan masalah mereka di Paris, dan menghilang di Indonesia.
Bukannya merelakan masa indahnya hanya untuk menikahi tuan tak berhati. fucek.
Jisoo berusaha memejamkan matanya setelah melihat jarum pendek menetap di angka satu. lalu berbalik mencari tempat ternyaman untuk beristirahat.
Sekonyong-konyong wanita cantik itu hampir melompat dari peraduannya sebab pintu kamar yang disentak kuat-kuat.
Pelakunya sudah dapat di tebak, bau alkohol menyeruak membuat Jisoo ingin memuntahkan isi perutnya. Tidak dengan bayinya.
Lelaki itu kembali, Jisoo tidak suka itu. Ia ketakutan.
"Kau belum tidur, pelacur?"
Tanyanya dengan suara serak, menaruh botol kaca yang isisnya sisa setengah itu di meja nakas. Jisoo yakin, Junmyeon belum sepenuhnya mabuk, lelaki itu memang luar biasa sarkastik.
dilihat dari tindak-tanduk lelaki itu, alarm dalam diri Jisoo berbunyi kuat. siaga satu, bahaya.
Mulai dari tatapannya yang mesum, dan bagaimana sensualnya ia membuka baju. Memamerkan kembali otot-otot berlapis di sepanjang perutnya, dan sebuah tatto kecil yang nyaris tidak terlihat.
"Kau bisa tidur di kamar lain." Usir Jisoo saat sang suami hendak mendudukkan bokongnya ke ranjang yang empuk.
"Lalu kau pikir aku harus menurutinya?"
Jisoo masih mencoba tenang, ia sedikit ketakutan jika berada dekat dengan pria itu. Maka ia harus mengambil jalan tengah, yakni tidur di tempat lain.
Namun belum tiga langkah mencapai pintu keluar, lelaki itu malah menariknya, terduduk di pangkuan pria itu. sial, ini sungguh jalan cerita yang sangat klise.
"Kau wangi, habis melayani pejantan yang mana?" bisik Junmyeon setelah menelaah leher Jisoo dengan hidungnya.
"Lepaskan aku, asshole." Maki Jisoo, membuat lelaki setengah mabuk itu naik pitam.
Ia menghempaskan Jisoo kembali ke peraduannya, sinar matanya berubah tajam seolah menelanjangi wanita itu. ia tidak suka Jisoo berlagak seperti seorang pemberontak, Jisoo hanya miliknya, tidak ada yang bisa mengganggu gugat hal itu.
"Katakan bahwa kau tidak pernah melayani lelaki lain selain aku."
Jisoo tidak bergeming membuat lelaki diatasnya itu geram, hingga mencumbu bibirnya kasar. Memainkan lidah wanita itu tanpa ampun dan mengabsen setiap inchi bibir ranum itu dengan sangat tergesa-gesa.
Ini menjijikkan, jisoo merasa bibirnya dipenuhi dengan arak amis. Setelah cukup puas, lelaki itu tersenyum mengerikkan. "katakan!"
Jisoo meringis dengan pergelangan tangannya yang digenggam kuat oleh Junmyeon, lelaki itu meletakkannya diatas kepala sehingga tidak ada kemungkinan Jisoo bisa menamparnya balik.
Dia harus berbohong.
"Ya, aku pernah melayani lelaki lain selain dirimu bajingan! siapa yang kau sebut, bobby? seokjin? atau siapapun itu!"
Air muka Junmyeon berubah, ditatapnya tubuh Jisoo bagai seonggok sampah, menjijikkan, kotor.
"Kau memanggilku keparat bukan? maka akan aku tunjukkan,"
"Sampai dirimu, tidak bisa berjalan esok, dan tidak lancang, jalang."Malam itu, Junmyeon menunjukkan keperkasaannya dengan cara paling jantan menurutnya. Ia mencecap, menggigit, menusuk, apapun yang dapat memuaskan hasrat dan amarahnya. Ia menjadi bajingan malam itu.
Tidak peduli akan membiru, Jisoo adalah wanita murahan yang sangat-sangat-sangat pantas mendapatkan hal itu. Tidak peduli darah yang mengucur kembali. Tidak peduli akan masa lalu.
Menepis segala kemungkinan yang pernah ia pikirkan sebentar, mengenai perasaannya pada sang istri yang sebenarnya. toh, memang benar dari dahulu ia tidak pernah mencintai Jisoo, jisoo saja yang terlalu berperasaan.
najis baperan. Makinya dalam hati.
"Tolong henti.. junmyeon.. anakmu, dia akan kesakitan.."
Junmyeon tuli sebab nafsu, ia akan segera mencapai puncak membiarkan Jisoo meringis, ia tetap membabi buta.
Menghinakan Jisoo adalah jalan satu satunya yang Junmyeon tempui.
_____
"Halo chorong, ku dengar kau berhasil? mari berpesta!"
itu adalah ajakkan paling menarik yang pernah wanita cantik itu dengar. Ia harus segera bersiap.
*****
haloo, masih stan jisoo-junmyeon ? udah pindah aja jisoo- taeyong or jisoo- bobby :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario
Fanfiction"Mari kita menikah" Bukan hanya contoh keberhasilan perjodohan dua keluarga, mencakup juga bagaimana dua insan yang sama konflik cerita percintaan dengan kekasih tak sampai bersatu. Menikah, berlaku sebagai sepasang suami-istri yang bahagia melalui...