Brak..
Tubuh mungil dengan berat tidak lebih dari 46 kilogram itu baru saja terjun bebas dari ranjang empuknya ke lantai marmer yang memberikan bunyi cukup kuat.
Hening beberapa saat, sebelum akhirnya mata bulat itu terbuka lebar.
Bukan tentang cahaya dan udara Pagi Venesia, tetapi,
Oh tidak, bayinya!.
Jari lentik Jisoo turun kebawah meraba sesuatu, gundukan yang sangat ia khawatirkan jika terjadi apa-apa seperti, keguguran?.
Hell, Seperti cara alternatif gadis remaja di luaran sana yang belum dianugrahi dua gunung diatas pusar, itu hanya Busa.
Jisoo dan jiwa keibuannya yang melekat, hanya takut jika Busa yang Junmyeon belikan mahal-mahal ini sobek. Lelaki Kim satu itu juga sangat terniat untuk membohongi khalayak ramai dengan menyewa dokter bayaran yang akan mematahkan opini banyak orang kalau Jisoo pura-pura hamil.
Walau itu adalah hal yang benar.
"Kau, tidak apa?."
Seseorang dari balik selimut muncul, bertanya seperti orang autis. Memang pada kodratnya, lelaki tidak memiliki kepekaan. Saat pembagian perasaan peka oleh Tuhan, para ruh lelaki tidak datang, hanya beberapa. Yang lain sudah berdiam diri di kandungan Ibu, teori Kim Jisoo.
Menyibak selimut tebal itu, Junmyeon memaparkan tubuh indahnya. "Maksudku, busanya? Apa bayi itu tidak sobek?"
Jisoo lekas berdiri dan ikut menyibak tirai kamar Hotel mereka, menampilkan sudut kota Venesia yang strategis dari Bauer Palazzo yang mereka tinggali untuk beberapa hari Di Negara Pizza ini.
"I'm Jisoo, I'm okay. The baby is broken." Balas Jisoo sambil berusaha menghirup aroma Kota bulan madu impiannya.
Dan dia memang datang kemari untuk bulan madu, bukan bersama dengan suami impian, melainkan dengan Junmyeon.
Kepergian mereka berdua yang mendadak menjadi perbincangan tersendiri, tapi keluarga mereka untungnya mendukung. Meski hanya berharap anak-anak budiman mereka ini menghasilkan banyak cucu-cucu mungil dan lucu, entah itu hanya sebatas angan-angan atau akan mereka berdua kabulkan.
Jisoo ingin punya bayi kembar tiga atau empat, Junmyeon ingin punya anak sebelas atau empat belas.
Mereka berdua tidak akan pusing akan biaya setiap anaknya nanti, mereka akan menjadi keluarga Sultan keturunan kaum Borjuis nantinya dengan empat belas anak.
Katakan, dari segi mana lagi mereka berdua tidak punya kecocokkan?.
"Kenapa setiap tidur denganmu aku selalu bangun dengan tragis?" Tanya Jisoo setelah mempersilahkan staff Hotel masuk untuk menyiapkan sarapan.
Junmyeon mengendikkan bahunya lalu beranjak menuju meja setelah memakai bajunya. Tidak, mereka tidak melakukan apapun semalam.
Hanya saja Jisoo melakukan story di sosial medianya sambil tidur bersama sang suami yang tidak beratasan, dengan bayi busa mereka, atau kata lain dari drama Jisoo adalah panjat sosial. Menampilkan kesan erotis sekaligus menampar para manusia yang pintar, yang tahu kalau mereka hanya pura-pura.
Drama Jisoo memang seperti kasih Tuhan, tidak berkesudahan.
"Plan hari ini apa?" Tanya Junmyeon sambil menatapi istrinya yang sibuk terbawa suasana romansa pengantin baru yang sangat kental di Kota Venice ini.
Senyum hati Jisoo mengembang, pertanyaan bagus. "Intinya jangan mengacaukan hari ini."
"Kalau tidak?,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario
Fanfiction"Mari kita menikah" Bukan hanya contoh keberhasilan perjodohan dua keluarga, mencakup juga bagaimana dua insan yang sama konflik cerita percintaan dengan kekasih tak sampai bersatu. Menikah, berlaku sebagai sepasang suami-istri yang bahagia melalui...