(02) Kania

1.2K 255 19
                                    

Darimana asal usul pemuda tadi, bagi Kania emang nggak begitu penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darimana asal usul pemuda tadi, bagi Kania emang nggak begitu penting. Seribu kali yang lebih penting adalah perihal menemui Aji yang tiba-tiba menelfon saat Kania tengah mencari ojek tadi.

"Sianying ngajakin makan tapi mendadak-" protes Kania sambil menarik kursi.

"Mau kagaaak, nggak mau yaudah nih gue pulang,"

"Dih najis, ngambekan!"

Aji malah tertawa, sembari menulis menu yang akan dipesan di selembar kertas berwarna biru muda.

"By the way nih, gue kira lo ajak Clara jugaㅡ"

"Oh, si Clara lagi ada jadwal sama kembarannya,"

"Ooh.."

Biasanya, kalau ngumpul begini Clara yang bakal jadi moodmaker, ngoceh sana sini mulai dari ceritain soal Felixㅡkembarannya itu, lalu histeris saat Aji memancing kalahnya dia waktu bermain game lawan Aji, ada juga ngegosipin gosip tetangga yang kemarin dia denger, sampai kisah klasik pedekate salah satu kating yang ngincer Clara dari jaman MOS, siapa lagi kalau bukan Kak Calvin.

Tapi bukan berarti tanpa Clara bakalan jadi nggak asyik. Selama ada Aji, pasti tetap ada yang ngoceh sepanjang waktu. Apalagi lawakan receh Aji yang gak akan gagal bikin perut Kania sakit saat menertawakannya.

"Kepiting kalo jadi dua namanya apa hayo?"

Kania mengernyit. "Apaan anjir?"

"Kepotong," jawab Aji, lantas tertawa ngakak.

"Bangsat." umpat Kania lirih, mencoba menahan tawa selagi si mbak pelayan mengantarkan pesanan ke meja. Seperti biasa yang Aji pesan pasti es kelapa muda pakai gula merah dikit. Kalau Kania, cukup es lemon yang menurutnya adalah minuman paling seger sedunia.

"Tumben gak pesen gado-gado," tanya Kania, melirik ke hadapan Aji.

"Bosen, lagi pengen makan ayam." jawab Aji.

Sudah tradisi, kalau waktunya makan semua bakal anteng sibuk sendiri-sendiri menyantap makanan. 'Dilarang bacot saat makan' adalah slogannya. Kania dan Aji sama, soal kecintaan sama yang namanya makanan. Jadi kalau disuruh anteng, nikmatin makanan ya berdua bakal anteng. Kalau ada Clara, beda lagi ceritanya. Clara pasti tetep komplain ini itu, karena ya gitu udah bawaan dari lahir.

Selesai makan, baru lanjut ngobrol lagi. Aji noleh kanan kiri, siapa tahu ada anak smansa yang juga ada di tempat yang sama. Tapi kayanya belum ada yang Aji kenal. Padahal biasanya, selalu ada aja yang tiba-tiba datang, nepuk punggung sampai bikin kaget, eh ternyata si A, si B, si Cㅡmasih temen. Kafetaria ini emang sih tempatnya strategis, deket dari sekolah dan harga yang dipatok juga cocok buat anak sekolah. Makanya mayoritas pengunjung juga anak sekolah, apalagi di jam jam pulang sekolah kaya begini.

"Tadi gue kira lo udah sampai rumah," kata Aji.

"Belum, masih di sekolah. Ada urusan penting," timpal Kania.

"Cielah, masih sibuk aja nih si bos. Bentar lagi ujian semester loh, jangan sibuk mulu-"

"Iye gue tau, lagian juga gak penting banget urusannya, cuma pengen gue selesaiin cepet-cepet.."

Kania kembali menyeruput es lemon yang tinggal seperempat gelas. Kemudian menyenderkan badan pada tembok di samping. Membiarkan Aji sibuk mengedarkan pandangan ke sebarang tempat, gak paham juga sama ini anak.

"Eh, ada Sadewa! Duduk sini, Sa!" seruan Aji langsung membuat Kania mengurungkan pejaman matanya.

Kania menoleh ke arah pandangan mata Aji sekarang, mencari tahu siapa yang Aji kenali. Sialan, Kania nggak sedang mimpi kan?

 Sialan, Kania nggak sedang mimpi kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang