(09) Sadewa

572 161 1
                                    

"Duluan ya manteman, sampai jumpa di lain waktu!" seru Clara sambil melambaikan tangan  ke yang lain, (baca; Bintara dan Sadewa yang masih berdiri di dekat motor masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duluan ya manteman, sampai jumpa di lain waktu!" seru Clara sambil melambaikan tangan  ke yang lain, (baca; Bintara dan Sadewa yang masih berdiri di dekat motor masing-masing. Serta Aji dan Kania yang masih bersiap). Clara pamit duluan, beralasan mendapat panggilan penting mendadak dari Felix. Tentu saja kabur setelah mengembalikan catatan Kania yang baru ia fotocopy kilat bersama Aji.

Dan perihal Kania, sesuai apa yang ia ucapkan tadi bahwa ia tidak keberatan kalau harus pulang bersama Aji.

"Hati-hati di jalan," pesan Bintara sebelum Aji melajukan motor. "Inget Ji, lo bawa dua nyawa jadi jangan ngebut-"

"Hadeh, iya iya bawel amat lo Bin," tukas Aji. "Dah ye, orang cakep mau balik dulu-"

"Duluan ya," imbuh Kania.

Bintara manggut-manggut, kemudian memandangi perginya Aji dan Kania dengan tenang. Ketika akan beranjak dari tempat, Sadewa menghentikan langkahnya.

"Bin, lo kenal deket sama Kania?"

"Biasa aja, sih. Ya nggak deket banget, cuma kenal gara-gara satu ekskul musik." jawab Bintara. "Kenapa lu? Naksir sama dia?"

Sadewa refleks langsung meninju perut Bintara dengan kepalan tangan kanannya. "Sembarangan," komentarnya sambil memonyongkan bibir.

Bintara ketawa, "Ya kan cuma dugaan sementara, gitu aja marah...berarti emang iya nih,"

"Ngomong sekali lagi gue tendang lo dari muka bumi,"

Sangar. Bintara tetap cekikikan sendiri, kemudian melanjutkan langkah ke motornya. Sadewa jadi kesal, susah untuk berkompromi dengan Bintara. Suasana hatinya suka berubah-ubah kaya anak cewek, dih dasar Bintara.

Karena motor Sadewa dan Bintara terparkir berdekatan, jadi mau tidak mau Sadewa harus mendengar tawa ledekan dari Bintara. Salah Sadewa juga sih, susah membedakan mana yang serius meledek mana yang cuma bercanda karena Bintara gemas sama tingkahnya yang kaku di depan orang lain.

"Kania tuh, gimana ya...pintar, tapi agak introvert juga sih menurut gue. Hampir mirip lah sama elu yang kaku kaya kanebo kering kalau disatuin sama orang asing."

"Anjirㅡ"

"Mirip banget. Sama sama pintar, tapi suka pelit omong. Kurang tahu ya, entah Kania galak kaya elo apa nggak,"

"GALAK. DIA GALAK, LEBIH DARI GUE!"

"Bangsat, ngapain teriak-teriak?!" seru Bintara sambil menutup telinganya.

Sadewa mencibir, "Menyuarakan aspirasi,"

"Dih, emang tahu apa lo soal Kania? Ketemu aja baru pertama ini, kan? Kumat kan sotoy-nya..."

"Enggak. Gue berpendapat apa adanya sesuai yang gue lihat," kata Sadewa dengan raut wajah serius. Bintara memutar bola matanya malas.

"Paling gak sengaja lewat depan kelas dia, terus timing-nya pas Kania lagi galakin Clara,"

"Aㅡ"

Tahu-tahu Sadewa berhenti mengucap begitu saja. Tenggorokannya serasa tercekat saat ingin mengatakan tentang gadis yang beradu jotos dengan anak IPS waktu, yang juga sempat ia ceritakan pada Bintara yang penasaran, dengan deskripsi 'cewek galak, barbar, songong' itu semua mengarah ke Kania.

"Nah kan bener? Udahlah, buang-buang waktu aja lo tuh, Sa. Bentar lagi maghrib, ayo balik!" pekik Bintara sambil mengenakan helm warna hitam miliknya.

Mungkin ada baiknya disimpan sendiri aja dulu,

Sadewa hanya diam, tapi batinnya sedang berkecamuk. Hatinya mengatakan bahwa lebih baik dia merahasiakan soal pertemuannya dengan Kania waktu itu. Tetapi diri Sadewa terlanjur kesal.

"Bengong lagi buset dah kenapa sih ini anak?!"

"Iya iya serah lo, emang gue yang selalu salah." protes Sadewa.

"Dangdut asik asik, jos."

Bintara memang manusia paling menyebalkan bagi Sadewa. Dan Sadewa, tidak mungkin untuk memulai mencari tahu soal Kania melalui Bintara. Belum mulai cerita aja udah kaya begini repotnya mengurus keusilan Bintara. Sadewa menyerah menghadapi Bintara.

 Sadewa menyerah menghadapi Bintara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang