(bonus) Andai Waktu Bisa Diputar

202 38 3
                                    

"Lama banget sih!" gerutu Aji begitu Kania datang, tergopoh-gopoh dengan Kaira di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lama banget sih!" gerutu Aji begitu Kania datang, tergopoh-gopoh dengan Kaira di belakangnya.

"Kak Kania nihh, ribet banget dandannya mentang-mentang mau nyusulin pacarnya-" Kaira berkomentar, tak kalah menggerutu. Yang disalahkan, hanya ketawa renyah sambil kembali asyik dengan ponsel di tangannya.

"Jangan berisik dah lo berdua, gue jodohin lama-lama!"

Aji dan Kaira saling pandang, kikuk. Aji buru buru mengalihkan pandangan, tepat saat sebuah mobil berhenti di depan mereka.

"Mas Aji, ya?" tanya seorang bapak yang duduk di bangku sopir, membuka jendela dan menghampiri Aji dari sana.

"Oh iya benar, pak." Aji segera mengangkat kopernya, memberi kode pada kedua kakak beradik yang masih diam di tempat untuk mengikutinya masuk ke mobil grab yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu.

Aji duduk di depan, di samping driver. Sementara Kania dan Kaira di tengah. Kaira sudah bersiap untuk tidur, di lain sisi Kania masih berpacu dengan benda elektronik di genggamannya.

"Kak, ntar kalo udah deket bandara bangunin yah, aku mau bobok bentar." ucap Kaira.

"Hmmmm-" jawab Kania hanya berdehem, tidak menoleh sedikitpun.

"Tidur aja, Ra. Palingan di jalan juga macet," celetuk Aji.

"Oke, kak." jawab Kaira singkat.

Aji melirik ke belakang diam-diam. Menangkap sosok sahabatnya yang sibuk berdiam diri menatap layar ponsel tiada henti. Sepertinya sedang asyik dengan Sadewa di ujung sana. Sedikit bergeser ke samping Kania, sosok gadis yang kelihatan seumuran dengannya walau masih lebih muda satu tahun di bawahnya itu, sudah benar benar tertidur. Adik Kania itu memang lucu, kekanakan sekali.

"Ngapain lo ngelihatin adek gue? Naksir ya?" suara Kania membuyarkan lamunan Aji. Buru-buru Aji membalikkan badan, kembali menghadap ke jalan raya.

"Sembarangan aja kalau ngomong," tukas Aji, pelan.

Kania tak menanggapinya lagi. Kembali fokus pada deretan pesan yang dikirim Sadewa di ponselnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kania gemas sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kania gemas sendiri. Tapi malu juga kalau dipikir pikir. Gadis itu akhirnya memilih mengunci layar ponselnya, tak akan menggubris jika Sadewa masih memporakporandakan hatinya. Merasa wajahnya makin panas dan merah, Kania kemudian menarik jaket yang ia pakai untuk menutupinya daripada ada yang mengolok-oloknya.

Ia terdiam di balik jaketnya. Tidak menangkap sepasang mata yang diam diam kembali memperhatikannya dari kejauhan. Yang kelihatan menyesali keterlambatannya, dan merelakan kenyataan bahwa mereka akan tetap menjadi sahabat sampai selamanya.

 Yang kelihatan menyesali keterlambatannya, dan merelakan kenyataan bahwa mereka akan tetap menjadi sahabat sampai selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang