(05) Bintara

733 188 17
                                    

"Katanya tadi balik duluan Sa, kok ternyata datangnya barengan-" sindir Bintara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya tadi balik duluan Sa, kok ternyata datangnya barengan-" sindir Bintara.

Yang disindir hanya mencibir. Tetap tanpa ekspresi, memandangi layar laptop yang menyala sesekali bergeser ke arah printer yang sedang bekerja di sebelahnya tepat. Sementara Bintara, menunggu di pinggiran kasur.

Bintara dan Sadewa emang udah akrab sejak lama. Apalagi di kelas sebelas ini disatukan dalam kelas yang sama. Mereka berdua dekat, tapi Sadewa tetap saja jarang bicara. Sekalinya bicara, langsung galak. Imej Sadewa emang bener-bener dingin di depan orang-orang. Bintara cukup paham soal ini.

"Lu kalau mau nakal ajakin gue dong, jangan sendirian. Emang lu berani ambil resiko sendiri?" lanjut Bintara. Masih ingin mengundang reaksi Sadewa rupanya.

"Ngomong sekali lagi gue usir lo dari sini,"

Bukannya takut, Bintara malah tertawa. Gemes banget sama cowok satu ini. Niatnya mau galak di depan Sadewa, tapi jatuhnya malah melawak.

"Uuuuh takut, ampun..."

Sadewa beranjak dari kursi, menghampiri Bintara yang sudah berbaring di kasurnya. Meletakkan duapuluh lembar kertas putih hasil print-out kilat barusan.

"Nih, nitip jilid sekalian kumpulin besok ke ketua kelas," kata Sadewa.

"Emang lu besok nggak masuk, Sa?"

"Ya masuk elah, biar gak kelupaan makanya gue titipin ke elo,"

"Hm, aroma kemalasan mulai menyerbak," celetuk Bintara sambil beranjak bangun. Merapikan setumpuk kertas yang Sadewa limpahkan kepadanya, dan beranjak pergi.

Sadewa diam saja, sudah kebal dengan sindiran sindiran halus Bintara. Sindiran yang 99% menurutnya adalah candaan biasa. Malas, ya manusiawi. Namanya juga siswa biasa, pasti punya rasa capek dan jenuh.

"Besok mau jalan ke mana lagi, Sa? Gue bener gak diajak, nih?" tanya Bintara, lagi.

"Jalan kemana sih, Bin. Orang gue gak kemana-mana, tadi tuh cuma mampir bentar ke kedai," sungut Sadewa.

"Waduh, ke kedai pasti ketemu cewek cantik," lagi-lagi Bintara meledek.

Sadewa geleng-geleng kepala. Nggak capek apa ini bocah dari tadi bicara ngawur melulu, begitu batinnya.

"Iya bener ketemu cewek, galak banget dia." timpal Sadewa. "Udah galak, barbar, songongㅡ"

"Coba ngaca sini ke spion motor gue, kalau kurang besar lo ngaca sendiri di cermin kamar lo." potong Bintara. "Kalau kata orang, jodohmu adalah cerminan dari dirimu,"

"Jodoh jodoh pala lu peyang, dia lebih galak dari gueㅡ" Sadewa membela diri.

Bintara langsung mengerutkan dahi. Padahal tadi ia hanya asal bicara soal Sadewa ke kedai untuk bertemu seseorang. Ternyata malah benar begitu adanya.

"TAPI INI LO SERIUS KE KEDAI JANJIAN KETEMU CEWEK??" pekik Bintara.

"Gak janjian anjir, ya tapi ketemu gitu-"

"ㅡMAU NGAPAIN KETEMUUUU DIA?? GEBETAN LO BENERAN, YA??"

"Heh mulutnya sini gue lakban dulu!"

Bintara masih heboh, sementara Sadewa sudah malas menanggapi dan beranjak masuk ke dalam rumah. Membiarkan Bintara jika ingin pulang ya silakan, mau kedinginan di halaman rumah Sadewa ya silakan.

"Lo seriusan, Sa? Tumben amat? Abis kerasukan roh lelembut deh kayanya," celetuk Bintara sambil usil menempelkan telapak tangannya ke dahi Sadewa.

Sontak, ditepis dengan cepat oleh Sadewa. "Sianying gak usah pegang-pegang!"

"DAH SONO LU BALIK!!" usir Sadewa kemudian. Bintara masih ngeyel ingin tahu lebih lanjut.

"IYA INI GUE BALIK NIH!" Bintara balas memekik. "Tapi, kasih tahu dulu siapa tuh ceweknya? Barangkali mantan gebetan gue?"

Sadewa langsung mengepalkan tangan, "YAKALI GUE MAU SAMA BEKAS LO?!?! JIJIK, AMIT AMIT..."

"CEPETAN KASIH TAHU SIAPA, SA!?"

"GAK MAU-"

"GUE SEBARIN NIH KE ORANG-ORANG,"

"GUE JUGA GAK KENAAAALL DIA SIAPAAAAA!?!?!?!"

Bintara mengernyit. Tingkah Sadewa aneh sekali. Bertemu seseorang di kedai, dan orang itu tidak Sadewa kenal, tapi Sadewa sendiri bilang dia galak. Perempuan? Galak? Songong? Lebih galak dan songong dari Sadewa? Bintara yakin, dirinya pasti kenal dengan gadis yang dimaksud Sadewa. Sialan, Sadewa main petak umpet sendiri. Lain kali, Bintara harus ikut Sadewa, kalau nggak ya ngikutin diam-diam.

 Lain kali, Bintara harus ikut Sadewa, kalau nggak ya ngikutin diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang