(20) Kania

405 107 64
                                    

Di mata Arjuna, melihat Sadewa sudah berani bertindak sejauh ini jelas meyakinkan dia kalau Sadewa memang menyimpan sesuatu di balik sikapnya pada Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di mata Arjuna, melihat Sadewa sudah berani bertindak sejauh ini jelas meyakinkan dia kalau Sadewa memang menyimpan sesuatu di balik sikapnya pada Kania. Jadi, untuk apa susah susah membuat misi rahasia kalau pada akhirnya tokoh utama sudah bergerak karena hati nurani sendiri. Ini bagus, Arjuna diam-diam tersenyum menyaksikan dua orang yang masih kaku bercakap satu sama lain.

Beruntung, tak perlu memutar otak untuk mencari alasan agar ia bisa melipir dari sana segera, panggilan masuk di ponselnya tentu saja menyuruh Arjuna untuk menjauh. Meskipun cukup kaget melihat nama 'Kak Bintara' tertera di layar yang menyala.

"Eum, aku keluar dulu ya kak, mau angkat teleponㅡ" kemudian Arjuna berlari, tak menghiraukan tatapan tajam dari Sadewa yang berniat mencekiknya karena berani kabur di saat menegangkan seperti ini. Sumpah demi apapun, Sadewa lebih gugup daripada kemarin.

"Apa jangan-jangan, lo sakit gara-gara minum mogu-mogu?" tanya Sadewa, hati-hati.

Kania mengernyit, perlahan lalu terkekeh. Membuat raut wajah Sadewa makin mengerut melihat respon darinya. Kalau dipikir-pikir Sadewa ini ternyata makin kesini makin lucu, batin Kania.

"Hah? Sa, tolong udah jangan nanya macem-macem. Kemarin badan gue emang lagi nggak fit aja, bukan karena lo ataupun mogu-mogu yang lo kasihㅡ" terang Kania sambil menahan untuk tidak tertawa.

Oh, wow. Sadewa bahkan tidak siap untuk melihat wajah Kania sebahagia ini. Sadewa pikir, Kania malah akan lebih garang dari sebelumnya. Nyatanya tidak, Sadewa salah besar.

"Hehe, ya kan gue takutnya lo sakit gara-gara gueㅡ" jawab Sadewa kemudian, pura-pura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pemuda itu menyembunyikan senyum malu di balik wajah tanpa ekspresinya. Dan walau ditahan sekuat apapun, ia akhirnya tersipu.

"Santai, kan udah gue bilang dari awal gue orangnya santai," kata Kania.

"Tapi kemarin gue ngeselin lagi, jadi sungkan."

Sontak, gelak tawa Kania menggelegar dalam ruangan, membuat Sadewa sampai membelalakkan matanya kaget. Kania mungkin kerasukan setan, begitu menurut pikiran kotor Sadewa.

"Yaudah lah, lupain aja yang kemarin. Gue udah berubah pikiran, kalaupun kemarin gue sempat meragukan eloㅡsekarang udah nggak," kata Kania.

Sadewa benar-benar tidak mengantisipasi hal ini akan terjadi. Dia kira Kania masih dingin ketika menghadapinya. Seharusnya Sadewa senang, tetapi ia malah bingung sendiri. Gugup ketika mau menyahut semua ucapan Kania. Sementara Kania masih tertawa kecil melihat ke arahnya.

Masih kikuk sendiri, Kania kembali berkata sambil melempar senyum. "Makasih ya, kemarin udah mau nolongin gueㅡ"

Sadewa balas tersenyum. "Ah iya, sama-sama."

"Hmm minggu depan udah UAS, kenapa badan malah sakit semua sih Kania begoㅡ" gumam Kania pelan.

"Jaga kesehatan, Nya. Banyakin istirahat aja dulu,"

#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang