(36) Kania

330 53 15
                                    

"Hmmm, bau-baunya ada yang mau nyusul Bintara sama Clara jadian nih yeeeeee-" Aji bersorak saat sebuah motor berhenti tepat di depan kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmmm, bau-baunya ada yang mau nyusul Bintara sama Clara jadian nih yeeeeee-" Aji bersorak saat sebuah motor berhenti tepat di depan kelasnya. Sedetik kemudian, dua orang turun dari sana dengan membawa perlengkapan yang begitu banyak sampai seorang di antaranya memekik kesal karena si oknum bernama Aji hanya asik menggodai mereka berdua tanpa berniat sedikitpun membantu.

"Cot lo gak peka banget sih, ini barang kan juga kebutuhan kelas lo, masa dia aja yang bukan anak kelas kita dengan ikhlas bantuin, sementara lo malah cengengesan gak guna banget jadi manusia!!!"

"Garangnyaaaaaa, mentang-mentang lagi sama Sadewa kok makin menantang gini yaa? Harusnya lo jadi anggun kalau lagi deket sama Raden Mas satu ini-" sahut Aji, masih berusaha meledek.

Kania geleng-geleng kepala, heran kenapa bisa punya temen bentukan kaya Aji begini. Hhh, kesel.

Sementara itu, karena mendengar keributan di luar, beberapa anak mulai berhamburan keluar kelas. Tidak bisa dipungkiri memang suara Aji vs Kania benar-benar memekakkan telinga setiap orang. Termasuk Felix yang juga tergopoh-gopoh keluar karena hafal betul kalau ada suara Aji di sana.

"Ada apa sih kok rame bener?" tanyanya, sambil menghampiri Aji dan Kania. Oh ya, jangan lupakan oknum bernama Sadewa yang hanya terdiam membisu selama pertempuran sengit antara kedua orang yang sama-sama tidak mau mengalah, sedikit kekanakan. "Loh ada babang ganteng juga, kok pas banget datengnya barengan sama neng geulis Kania-"

Felix bodoh. Emang bego banget, dimanakah letak kepekaan seorang Felixiano? Tertimbun di kolong meja bersama bungkus makanan yang lupa gak dibuang, kayanya.

"Berisik lu, Lix. Mending bantuin bawa ini!" perintah Kania. Felix langsung menuruti, gak kaya Aji yang malah ngeledekin gak ada henti.

Aji meringis kecil, pada ujungnya juga ikut bantuin sih. Takut juga nanti semburan Kania makin panas dan pedas. Tapi sambil bantuin masih tetep ngeledek kecil-kecil.

"Enak ya, sekarang udah punya cowok jadi apa-apa ditolongin sama dia-" bisiknya pada Kania yang menata vas bunga di meja guru.

Kania membalas Aji, dengan melempar tatapan tajam pada cowok itu. "Gausah ngada-ada, kita cuma temenan."

"Hmmmmm temen katanya, ntar diem-diem udah jadian aja kaya si Clara sama Bin..." jawab Aji, menyindir.

"Lo tuh kenapa sih, Ji? Jangan bilang lo cemburu sama Bin?"

"Bego! Mana ada?! Gue mah gasuka sama Clara-" bantah Aji. "Gak nyambung deh lo, Nya-"

Kania mencibir. "Lo kalau kesepian bilang aja, ntar gue cariin cewek buat pedekate sama elo...daripada lo homoan sama Felix-"

"Bangsat!" umpat Aji. "Ledekin aja terus ledekin, mentang-mentang lo semua udah pada punya gebetan, gue sendiri yang jombowan-"

"Lah, makanya gue kan mau bantuin, daripada lengket mulu sama Felix ntar lo dikira homoan sama dia kan-"

#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang