(06) Sadewa

619 174 7
                                    

"Mantep, nilai lo bagus terus pasti tahun depan lolos SNMPTN-" celetuk Bintara sambil mengamati hasil ulangan Biologi kemarin yang dibagikan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mantep, nilai lo bagus terus pasti tahun depan lolos SNMPTN-" celetuk Bintara sambil mengamati hasil ulangan Biologi kemarin yang dibagikan hari ini. Lagi-lagi, Sadewa dapat nilai paling baik di kelas. Padahal, persiapan Sadewa jauh lebih buruk ketimbang Bintara. Sementara Bintara yang bolak-balik ke perpustakaan buat belajar, pinjam buku dsb, nilainya masih berada di bawah Sadewa.

"Lo kebanyakan gaul di ekskul kali, Bin. Coba lo berhentiin semua ekskul lo-" bisik Sadewa lirih, takut yang lain dengar nanti ikut tersinggung.

Bintara cuma menyengir. Tidak sepenuhnya setuju dengan apa yang dikata Sadewa, tapi kan kembali lagi itu cuma pendapat. Menurut Sadewa mungkin begitu, tapi menurut Bintara lain lagi.

"Iya, kelas duabelas nanti kan udah gak boleh ikut, Sa. Jadi puas-puasin di waktu sekarang iniㅡ" Bintara membela diri.

"Oh ya, Sa. Gue tadi kontak sama sepupu lo yang di kelas IPA-6 itu, siapa sih namanya gue agak lupa, dia ajak belajar bareng-"

"Si Clara maksud lo?" tanya Sadewa.

"Naaahh iya, Clara. Lo mau ikut sekalian, nggak? Rame-rame kok, pasti seru." ajak Bintara dengan mata berbinar.

Sadewa mendengus, "Rame rame? Mau belajar apa main monopoli?

"Anjir, gak gitu juga. Maksudnya, kalau banyak yang ikut kan bisa diskusi bareng gitu. Saling tukar ilmu, siapa tahu bermanfaat-"

Akhirnya, dengan segala macam bujuk rayu dari Bintara, Sadewa mau ikut. Meskipun setengah hati, takut ia tak nyaman dengan kondisi di lapangan nanti. Tapi, demi membahagiakan hati seorang sahabat, okelah mari berkorban.

Bintara bilang, mereka atur jadwal belajar bareng di salah satu kafe, tapi bukan yang kemarin Sadewa pergi untuk mengikuti si gadis bermasalah. Kafe kali ini letaknya lebih jauh dan cenderung sepi, kebanyakan pengunjungnya ternyata juga siswa sekolah, tapi nggak seramai kafe yang dekat SMA. Mungkin disini lebih fokus buat belajar atau kegiatan serius semacam itu.

"Mana belum ada yang datang?" tanya Sadewa saat sampai di dalam ruangan.

Bintara menggeleng, segera mengecek ponsel dan benar ada pesan masuk belum dibaca dari Jinendra atau yang lebih biasa dipanggil Aji.

"Kata Aji, tadi ada tambahan limabelas menit dari guru Bahasa Inggris makanya sekarang telat datangnya kesini-"

Sadewa manggut-manggut, paham. Tapi kemudian dirinya tersadar. "Aji? Jadi Clara temennya Aji juga?"

"Iya, Aji yang pernah ikut stand-up comedy waktu classmeet semester satu di kelas sepuluh, jadi juara satu juga. Ahahahaha," jelas Bintara diiringi gelak tawa.

"Ih, gue tahu kalo soal Aji. Yang gue tanyain tuh, emang Clara temenan sama Aji?" Sadewa mengulangi pertanyaannya.

Bintara kembali mengangguk, "Yoi, bro. Aji sama Clara kan sekelas."

Mendengar jawaban Bintara, rasanya kepala Sadewa mendadak pusing. Baru saja kemarin dia bertemu Aji, dan mengetahui fakta kalau gadis yang dia ikuti adalah teman sekelasnya Aji. Jangan-jangan, hari ini Sadewa akan kembali berhadapan dengan si gadis itu?

Nggak, nggak. Sadewa lebih baik pulang mungkin daripada harus berada satu meja lagi dengan gadis yang belum ia tahu namanya sekalipun. Sadewa beranjak dari kursi tanpa bicara, membuat Bintara kaget dan refleks menahan tangannya.

"Oi, mau kemana?! Tuh, mereka udah datang!" seru Bintara menunjuk tiga orang siswa yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

Sialan, kenapa Sadewa jadi yang gugup begini? Harusnya kan dia bersikap biasa saja, kalaupun akhirnya Bintara akan tahu ya biarkan. Mungkin memang sudah jalannya.

 Mungkin memang sudah jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang