[Sebelas]

3.7K 531 178
                                    


"Oh! Hai Uncle Tae!" Kangji berhambur cepat pada Taehyung yang nyelonong masuk ke dalam rumahnya—agaknya karena pintu depannya lupa dikunci sejak malam—dengan semangat, lantas ber-highfive sampai rambut setengah basahnya bergerak kecil. Wajah cerah setengah padam itu, berhasil disembuhkan oleh adu bibir kedua orang tuanya yang terasa persis seperti pagi-pagi sebelum disembunyikannya luka. Seumur hidupnya ketika paham cara mengamat, ia mengerti apa arti mencintai antara dua orang manusia berbeda kelamin, adalah karena sang ayah selalu memperlakukan ibunya dengan manis. Serangkaian cium dan peluk yang selalu Kangji cemburui selalu terjadi pagi-pagi, atau waktu-waktu ketika berpepatan sekali dengan kedatangan kedua orangtuanya dari profesi masing-masing. Kangji melihat banyak hal menyenangkan dari sipu rona ibunya di pipi saat sang ayah bilang merindu kendati hanya bekerja belasan jam saja. Setiap harinya berisi dengan ribut yang guraunya terbaca jelas antara ia dan ayahnya—memperebutkan siapa yang paling dicintai ibunya. Dan berakhir dengan senyum kemenangannya, dan cemberut sang ayah; kendati yang jadi bagian paling akhir adalah ibunya yang bersikap adil. Kangji senang ciuman barusan masih terjadi begitu alami tanpa dibuat-buat antara ayah dan ibunya; kendati tatap dingin ibunya yang terasa asing itu masih bersemayam di roman sana. Tetapi Kangji cerah melihat wajah ayahnya juga sama padam, dan ia jadi bersemangat menyambut Taehyung karena sejujurnya juga pantulan televisi mati itu tidak terlalu bagus untuk ia tonton khidmat-khidmat.

"Hai, Jagoan," Taehyung menyapa senang, kendati nada itu terdengar lurus-lurus saja, seperti hanya itulah yang bisa disuarakan dari kerongkongan seorang Taehyung yang tidak mudah berekspresi. Wajahnya seperti biasa penuh kejujuran, satu sisi teralih karena Kangji menghampirinya dengan gesit dan serobot higfive, sedang sisi lainnya nampak jengkel saat melihat dua orang berwajah merah itu pasang ekspresi kaku. Ia begitu ingin mengomel, tetapi agaknya tidak baik Kangji mendengar ocehannya perihal tingkah menjijikan kedua orangtuanya. Jadi ia hanya berkomentar pendek; "Dasar orangtua menjijikan," katanya jengkel. Chan terlihat cemberut di akhir kalimatnya, sedang ia hanya melirik sekilas saja sebelum dengar Kangji menanggapi. "Tidak apa-apa, Uncle Tae. Itu Kangji yang berinisiatif, karena Mama dan Papa punya masalah yang perlu diselesaikan."

"Ya ampun," Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya, dan Kangji hanya pasang wajah polos yang cerah dengan cengiran, dimana gigi itu tanggal satu dan nampak lucu. Ia tidak bisa banyak berpikir bagaimana bisa seorang bocah berumur delapan tahun sudah memahami apa yang orangtuanya lakukan—ini karena Kangji terlalu cerdas atau memang dua orang sial itu tidak pandai sembunyikan masalah? Taehyung sedikit-banyak tidak juga memahami secara mendalam perihal rumah tangga, tetapi agaknya memalukan kalau masalah orang dewasa perlu diketahui oleh bocah kecil yang bahkan gigi susunya belum tanggal semua. Ia bahkan enggan menatap Jimin yang pastinya terlihat bodoh, hanya karena kejengkelan ini terasa penuh di kepalanya yang mencintai diskursus. Kepalanya menolak soal 'ciuman orang dewasa' menjadi sesuatu yang wajar diterima anak kecil. Kendati Kangji memunggungi, tetapi apa yang membuat bocah itu menghindar kalau bukan sesuatu yang tabu terjadi di depan matanya, kan? Taehyung tak habis pikir menyoal banyak hal di sini. Satu, tentang ciuman itu, dan yang lainnya soal Kangji yang mengerti kedua orangnya sedang bermasalah. Oke, Taehyung jelas bisa merasakan itu sejak pertamakali Jimin bilang sedang naksir si Kim Suljin, sekertaris baru yang ia rekomendasikan karena perempuan itu adalah asisten dosen di Universitas dimana ia biasa memberikan seminar. Perempuan Kim itu imut tetapi cerdas dalam bidangnya, dan dengan pertimbangan matang, ia ajak saja untuk interview. Barangkali Jimin naksir sejak pandangan pertama, atau diterimanya Kim Suljin benar-benar murni karena perempuan itu layak mendapatkan posisi setinggi sekertaris CEO. Sejak hari-hari di mana Suljin datang, Taehyung tidak mau memikirkan bagaimana hubungan keluarga temannya itu, tetapi ia bisa merasakan banyak perbedaannya. Masalah-masalah mungkin bermunculan pada Ryu Jimin, tetapi teralihkan oleh hadirnya Kim Suljin. Dan ia bisa mencium bau itu terlalu menyengat ketika Chan tandangi Urbaneff café lantas pergi begitu saja dengan keanehannya yang tak luput. Itu adalah poin di mana keluarga kecil Jimin yang selalu dielu-elukan oleh Nodirect sebagai keluarga paling manis sedunia, telah berubah diam-diam. Dan Taehyung jelas menyayangkan hal-hal orang dewasa yang kadang juga kekanakan ini, mesti bocor pada bocah seumuran Kangji.

❝ ᴸᵘᵏᵃ ᵀᵉʳˡᵃʳⁱˢ ❞ BOOK ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang